76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR’AN
Syaikh Mustafa Al-Maraghi
Penyusun: Drs. M. Thalib
Design Sampul: Pro-Graphic Studio
Khaththath: Kathur. S
Cetakan Pertama: April 1989
Penerbit: CV PUSTAKA
MANTIQ
Jl. Kapten Mulyadi
253
SOLO
Meet just a few of your Jewish Supremacist Warmongers
From left to right: William Kristol, Richard Perle, Ari Fleischer, Israili Prime Minister and Mass-Murderer Ariel Sharon, Paul Wolfowitz, Elliott Abrams, Douglas Feith
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai penuntun dan petunjuk jalan yang lurus.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sallalahu
‘Alaihi wa Sallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kitab suci Al-Qur'an yang terdiri dari 30 Juz tersebut, tujuh juz
khusus berbicara kepada dan mengenai Bani Israil. Dengan begitu besarnya porsi
yang diberikan AI-Qur'an kepada bangsa Yahudi ini, kita dapat tahu betapa
besarnya perhatian Allah terhadap bangsa Yahudi ini, sekaligus mengingatkan
kepada Nabi Muhammad Sallalahu ‘Alaihi wa Sallam dan ummatnya akan
sepak-terjang Bangsa Yahudi ini baik di masa nabi-nabi sebelumnya ataupun yang
dihadapi Rasulullah sendiri. Dan bagi kita relevansinya juga hingga saat ini
bahkan hingga masa yang akan datang.
Mengingat pentingnya informasi ini sebagai pelajaran bagi ummat yang mau
belajar dari sejarah, AI-Qur'an berbicara tentang akhlak dan karakter bangsa
Yahudi ini sepanjang sejarahnya. Dengan demikian segala sepak terjang ummat
Yahudi dengan gerakan Zionismenya semata-mata tidak beranjak dari sifat azali
mereka yang perinciannya dijabarkan dalam buku ini.
Sebagai sumber induk buku ini adalah kitab tafsir Al-Qur'an karya Syaikh
Musthafa Al-Maraghi yang telah berhasil
disusun dengan format seperti ini. Sebab kami yakin, untuk mengenalkan siapakah
figur yang mengaku dirinya sebagai "Bangsa Pilihan Tuhan", tidak lain
adalah Kitabullah sendiri. Biarlah Al-Qur'an yang mengungkapkan sendiri kepada
kita yang mungkin tidak sempat mempelajari Al-Qur'an seutuh itu.
Dengan demikian mungkin penyajian ini terasa tidak komprehensif malahan
terasa kering, namun yang jelas keabsahan dan keuniversalan buku ini terjamin
karena berasal dari Kitabullah.
PENERBIT
{mospagebreak}
DAFTAR ISI
Pengantar Penerbit
Pengantar Penyadur
Bangsa Yahudi adalah bangsa yang:
1. Pertama Kali Kafir Kepada Muhammad Sallalahu ‘Alaihi wa
Sallam
2. Suka Memutarbalikkan Kebenaran
3. Diingatkan Allah Karena Keingkarannya Terhadap Nikmat Allah
4. Diuji dalam Perbudakan Raja-raja Mesir
5. Menyembah Berhala di Tengah Bimbingan Nabinya
6. Diperintahkan Untuk Melakukan Bunuh Diri Massal
7. Mengingkari Sifat Ghaib dan Berpaham Materialisme
8. Berbuat Aniaya di Tengah Nikmat Allah
9. Paling
cerewet Terhadap Nabinya
10. Cepat
Melanggar Janji Allah
11. Paling Suka Mempermainkan
Perintah Nabinya
12. Paling Keras Menolak Kebenaran Ilahi
13. Tidak Dapat Diharapkan
Beriman Kepada Nabi
14. Paling Suka Mengatur Tipu
Daya
15. Suka Memperjualbelikan
Agama Allah
16. Beranggapan Tidak Disentuh
Neraka Kecuali Sebentar
17. Paling Sedikit Orang-orang
Baiknya
18. Paling Senang Bermusuhan
Sesamanya
19 Paling Sombong dan
Membanggakan Etnisnya
20. Paling Rakus Terhadap
Kesenangan Dunia dan Takut Mati
21. Benci Terhadap Malaikat Jibril
22. Paling Suka Mengingkari
Perjanjian
23. Paling Suka Mengikuti
Khurafat
24. Paling Dengki Terhadap Nabi
Muhammad dan Ummatnya
25. Paling
Keras Berupaya Mengkafirkan Ummat Islam
26. Tidak
mengakui Agama Nashrani
27. Menyatakan
Allah Berputra
28. Membenci
Kebebasan Beragama
29. Membenci
Agama Ibrahim
30. Rasialis
dan Apologetik
31. Tidak
Malu Bersikap Sok Tahu
32. Menganggap Dirinya Paling
Pintar
33. Hanya Menuruti Kemauannya
Sendiri
34. Paling Mengenal Ciri Nabi
Muhammad Tapi Mengingkarinya
35. Dikutuk Allah karena
Merahasiakan Kebenaran
36. Paling
Fanatik Terhadap Tradisi dan Leluhurnya
37. Menganggap Dagang dan Riba
Sama Saja
38. Menjadikan Agama Sebagai
Alat Kebohongan
39. Terlarang
Kaum Mukminin Untuk Bersetia Kawan
40. Pertama-tama Merencanakan
Pembunuhan Isa As.
41. Paling Senang Membuat Siasat
Keragu-raguan
42. Suka Mengingkari Amanah
Allah
43. Mengada-ada Urusan Agama
44. Menjadikan Agama Sebagai
Alat
Memperbudak Bangsa Lain
45. Ingin Membuat Agama Lain
Sebagai Tandingan Islam
46. Kedzalimannya
Mempersulit Hatinya Melihat Kebenaran
47. Suka
Menghalangi Orang Berjalan Pada Kebenaran.
48. Suka
Berpecahbelah dan Meruusak Paham Agama
49. Tidak
Suka Melihat Kebaikan Ummat Islam
50. Suka
Mencela Allah Sebagai Fakir
51. Senang
Membuat Ukuran Kebenaran Menurut Seleranya Sendiri .
52. Suka Mencari Pujian Palsu
53. Menganggap Dirinya Paling
Bersih
54. Memeras Orang Lain Apabila
Berkuasa
55. Selalu
Dengki Kepada Keberuntungan Orang Lain
56. Senang
Membuat Kelaliman Dalam Hukum
57. Berusaha
Mempengaruhi Ke Arah Kesesatan Apabila Dijadikan Teman
58. Senang
Mempermainkan Para Nabi
59. Mengaku
Membunuh Isa As.
60. Diharamkan
Allah Memakan Makanan Yang Baik
61. Mengaku
Menjadi Anak Tuhan dan Kekasih-Nya
62. Paling
Pengecut
63. Dibebani
Hukum Yang Berat Karena Mentalnya Bobrok
64. Paling
Cepat Bersikap Menolak Kebenaran dan Menyukai Kebohongan
65. Menyuruh
Rakyat Berkonfrontasi dengan Orang-orang Yang Benar
66. Gemar
melakukan Usaha-usaha kotor
67. Lebih
Takut Kepada Manusia Daripada Kepada Allah
68. Senang
Mengejek dan Mempermainkan Agama Islam
69. Menyatakan
Allah itu Bakhil
70. Gemar Membangkitkan
Peperangan
71. Suka
Mendustakan Kebenaran Yang Tidak Disenanginya
72. Berani
Membunuh Nabi-nabinya
73. Dilaknat
Oleh Nabi-nabinya .
74. Ulamanya
Tidak Perduli Terhadap Kemungkaran di Masyarakat .
75. Mau Bekerjasama dengan
musuh-musuh Agama Demi Menghancurkan Islam
76. Paling
Keras Permusuhannya Terhadap Islam
PENGANTAR PENYUSUN
Hanya kepada Allah kita panjatkan puji dan syukur. Shalawat dan salam
semoga Allah limpahkan kepada Rasulullah Sallalahu ‘Alaihi wa Sallam,
keluarganya dan sahabat serta para pengikutnya yang mukhlis.
Wa ba'du, bersama ini kami sajikan kepada para pembaca baik muslim
maupun non-muslim, sebuah kajian elementer tentang "Karakter Yahudi"
yang haqiqi.
Kami pilih masalah ini menjadi obyek kajian, karena kita semua, tanpa
kecuali, terkena gelombang penghancuran dunia yang berjalan secara sistematis,
terarah dan terprogram secara berencana dan dengan dana tak terbatas. Kita tak
pernah sempat sadar sesaat pun untuk mengenali Sumber Bencana dan arah
munculnya kekuatan raksasa perusak dunia ini. Karena itu, kini kita harus sadar
bahwa ada kekuatan jahat yang selalu memproduksi semua kejahatan di muka burni
ini. Siapakah dia itu? Dan bagaimana sesungguhnya karakter mereka? Buku ini
merupakan jawabnya.
Dalam buku ini kita akan mendapatkan informasi yang akurat, aktual dan
faktual, bahwa memang Bangsa Yahudi sebagai suatu golongan manusia telah
ribuan tahun lalu berkelana dan menjadi biang segala kerusakan dunia. Mereka
tidak saja penindas bangsa lain, tetapi bahkan mereka perusak agama dan
pembunuh nabinya sendiri. Bukti-bukti kejahatan mereka dikupas dalam AI-Qur'an
dari A hingga Z-nya.
Para pembaca kami harapkan membaca buku ini dengan
cermat, kritis dan sikap terbuka. Seluruh uraian yang dipaparkan di sini hanya
bersumber pada AI-Qur'an dan Hadits Rasulullah Sallalahu ‘Alaihi wa Sallam.
Tambahan ilustrasi hanya sekedar memudahkan para pembaca memperoleh gambaran
jelas masa kini, masa di mana kita dapat menghayati kehidupan yang penuh dengan
gejolak perkembangan Internasional.
Selanjutnya, kami perlu paparkan di sini, bahwa
buku ini adalah saduran dari Tafsir Al-Maroghi tentang ayat-ayat Qur'an yang
bertalian dan berbicara tentang kaum Yahudi. Jadi bukan khusus karya Syaikh
Musthafa Al-Maroghi.
Maka segala ilustrasi dari buku ini adalah tanggung
jawab Penyusun. Semoga bermanfaat.
Penyusun{mospagebreak}
1. BANGSA
PERTAMA KALI YANG KAFIR KEPADA NABI MUHAMMAD SALLALAHU ’ALAHI WA SALLAM.
Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 41 Allah menerangkan,
bahwa Bangsa Yahudi/Bani Israil adalah bangsa yang pertama kali kafir kepada
Nabi Sallalahu ‘Alaihi wa Sallam.
"Dan berimanlah kamu kepada apa yang Aku turunkan
yang membenarkan apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang
pertama kali kafir kepada-Nya dan janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan
harga murah, dan hanya kepada Akulah hendaknya kamu bertaqwa!
Dalam ayat ini Allah
berbicara kepada Bangsa Yahudi, sebagai bangsa yang telah sering kedatangan
Nabi. Bangsa ini menerima kitab-kitab suci dari langit, tetapi merupakan bangsa
yang paling benci kepada orang-orang mu'min. Bangsa Yahudi diajak untuk menjadi
orang pertama untuk beriman kepada Nabi Muhammad supaya bangsa-bangsa lain
bersedia mengikuti jejaknya.
Kepada bangsa Yahudi
Allah berfirman supaya mereka beriman kepada Al-Qur'an sebagai pelaksanaan
memenuhi janji kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi janji kepada
Allah dengan mengikuti perintah dengan beriman kepada Al-Qur'an dan Nabi
Muhammad adalah suatu tindakan lebih penting, dari lainnya. Sebab langkah
semacam ini merupakan dasar yang pokok dan tujuan utama.Al-Qur'an diturunkan
untuk membenarkan keterangan keterangan yang tersebut dalam Taurat dan Kitab-kitab para Nabi
sebelumnya. Perintah-perintah yeng tersebut di dalamnya yakni berupa ajakan
bertauhid, meninggalkan perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan dengan
terang-terangan maupun dengan tersembunyi, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah
perbuatan kemungkaran dan sebagainya yang membawa kepada kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Ini sama dengan ajaran Musa dan para Nabi sebelumnya,
karena semuanya itu tujuannya satu, yaitu menetapkan kebenaran dan memberi petunjuk
kepada manusia serta melenyapkan kesesatan dalam aqidah.
Tetapi bagaimanakah
sikap Bangsa Yahudi terhadap teguran Al-Qur'an ini? Mereka bahkan cepat-cepat
bersikap kufur kepada Al-Qur'an. Padahal seharusnya mereka berada pada barisan
depan untuk beriman kepada Nabi Muhammad dan Al-Qur'an ini. Karena mereka telah
mengetahui kebenaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdasarkan keterangan
Kitab-kitab suci mereka, yang telah menyampaikan kabar kedatangan Nabi akhir
zaman. Dalam buku-buku tarikh dijelaskan, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam datang hijrah ke Madinah, kaum Yahudi Madinah mendustakannya. Kemudian
langkah mereka ini diikuti oleh orang-orang Yahudi Bani Quroidhah, Bani Nadhir,
Yahudi Khoibar dan meluas kepada golongan Yahudi lain-lainnya.
Terhadap sikap mereka
yang kufur ini, maka Allah kemudian memperingatkan secara keras dengan
titah-Nya: "Janganlah kamu bersikap mendustakan kenabian Muhammad dan
kitab suci yang dibawanya serta menolak petunjuknya, karena ingin menukar
dengan kesenangan dunia yang sedikit". Para
pendeta dan pemimpin Yahudi karena ingin memperoleh pengaruh, harta, pangkat dan
kedudukan di mata rakyatnya. Mereka mendustakan kebenaran Nabi. Sedangkan
golongan awam bangsa Yahudi menolak kebenaran Nabi Muhammad, karena ingin mendapatkan
kasih sayang dari para pemimpin. Ingin memperoleh nasib baik dan takut
menghadapi permusuhan dan kemarahan para pemimpin dan masyarakatnya.
Sikap pemimpin dan
masyarakat Yahudi mendustakan kebenaran Nabi Muhammad adalah perbuatan yang
merugikan diri sendiri. Perbuatan mereka ini dikatakan menukar keridho'an
dengan kemurkaan, rahmat dengan siksa baik di dunia maupun di akhirat.
Seharusnya memang
Bangsa Yahudi sebagai bangsa yang menerima wasiat Nabi Musa dan Nabi Isa a.s.
untuk beriman kepada Nabi akhir zaman menjadi pionir menyambut kebenaran Al-Qur'an,
bukan menjadi pionir yang kafir kepada Al-Qur'an dan Nabi Muhammad.
2. BANGSA YANG SUKA MEMUTARBALIKKAN KEBENARAN
Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu campur-adukkan kebenaran dan kebatilan dan janganlah
kamu sembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahuinya." (Al- Baqarah:
42)
Dalam ayat ini para pendeta bangsa Yahudi mendapatkan peringatan keras,
karena perbuatannya mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan. Yang dimaksud dengan
mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan ialah merubah ayat Taurat maupun
Injil, sehingga tidak lagi dapat dibaca maksud aslinya. Misalnya, mereka telah
merubah kata Muhammad dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Ibrani dengan
kata "Paraclet" yang artinya orang yang punya sifat terpuji.
Walaupun kata "Paraclet" sama artinya dengan kata
"Muhammad" tetapi perubahan kata tersebut menimbulkan pengertian yang
kabur. Akibatnya nama yang telah tegas disebut dengan kata "Muhammad"
menjadi sulit untuk dimengerti orang dan lenyaplah kebenaran yang dikehendaki.
Ayat ini pun menjelaskan cara pendeta Yahudi melakukan perbuatan-perbuatan
sesat dan menyesatkan. Kitab Suci Taurat dan Injil yang ada pada mereka
hal-hal sebagai berikut:
1. Mengingatkan tentang munculnya Nabi-nabi palsu di tengah-tengah mereka, dan
terjadi pada rnereka keanehan-keanehan yang mengejutkan hati.
2. Allah akan membangkitkan seorang Nabi dari keturunan Ismail di
tengah-tengah mereka, dia akan mendirikan satu ummat, dia adalah anak keturunan
Hajar. Dan Allah terangkan tandatanda Nabi keturunan Ismail ini dengan terang,
tidak samar sedikit pun dan tidak kabur.
Lalu para pendeta dan para rahib mengaburkan hal ini kepada masyarakat
dengan menukar yang benar dengan kebatilan. Mereka kaburkan kepada masyarakat
bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah di antara Nabi-nabi
yang diterangkan oleh Taurat tanda-tanda kepalsuannya. Mereka sembunyikan
sifat-sifat yang sesuai dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah
rnereka ketahui. Mereka sembunyikan pula pengetahuan mereka tentang
sifat-sifat para Nabi yang jujur dan cara mereka mengajak manusia ke jalan
Allah. Mereka menolak jalan yang lurus dengan tidak mau beriman kepada Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, dengan menambahkan keterangan-keterangan dusta,
tradisi-tradisi, bid'ah yang dibuat berdasarkan takwil dan mengikuti ucapan-ucapan
dan perbuatan-perbuatan sebagian orang-orang dahulu yang mereka jadikan sumber
agama. Dan beralasan bahwa orang-orang dahulu lebih mengerti maksud ucapan
para Nabi dan lebih fanatik sikapnya dalam mengikuti mereka. Karena itu, maka
bagi orang-orang yang datang kemudian, hendaklah mengikuti ucapan mereka itu,
bukan sabda para Nabi yang sulit kita mengerti. Begitulah anggapan mereka.
Tetapi alasan ini tidak
diterima Allah, dan dinyatakan sebagai perbuatan mencampuradukkan dan
menyembunyikan kebenaran yang ada dalam Taurat sampai saat kita ini. Begitu juga “Allah tidak menerima ulama yang datang
kemudian dari agama dan syari'at apapun yang meninggalkan kitab-Nya "dan
mengikuti ucapan ulama dahulu dengan alasan seperti di atas. Semua yang
diketahui berasal dari kitab Allah wajib kita amalkan dan kalau ada sesuatu
yang tidak kita mengerti, hendaklah bertanya kepada ahlinya. Jika kita sudah
mengerti dan mengetahui, maka wajiblah kita amalkan.
Ayat ini sekali pun
khusus tertuju kepada Bani Israil, namun dapat mencakup semua orang yang
berbuat seperti mereka. Karenanya orang yang menerima suap untuk mengubah
kebenaran dan membatalkannya atau menolak memberitahukan apa yang wajib
diberitahukan, atau menyampaikan ilmu yang wajib disampaikannya, tetapi hanya
mau kalau diberi upah, maka perbuatan-perbuatan tersebut termasuk dalam
ketentuan ayat ini.
3. BANGSA YANG DIPERINGATKAN ALLAH KARENA KEINGKARANNYA TERHADAP NIKMAT
ALLAH
Allah berfirman:
'Wai, Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu
dan ingatlah bahwa Aku telah melebihkan kamu atas segala ummat di alam ini. Dan takutlah kamu kepada satu hari yang
seorang tidak akan dapat membela orang lain sedikit pun dan tidak akan diterima
syafaat darinya dan tidak diambilnya tebusan dari padanya dan mereka tidak akan
mendapat pertolongan! (Al- Baqarah 47-48).
Ayat ini mengingatkan Bani Israil akan nikmat Allah yang pernah mereka
terima, tetapi selalu mereka lupakan. Di dalam ayat, ini dijelaskan rupa
nikmat yang diterima oleh Bangsa Yahudi ini, yaitu berupa karunia kelebihan
dari bangsa lain.
Bangsa Yahudi memperoleh kelebihan dari bangsa-bangsa lain sekalipun
dibandingkan dengan mereka yang telah maju kebudayaan dan peradabannya,
seperti bangsa Mesir dan Bangsa Palestina.
Mereka dipanggil dengan nama bapak mereka, karena bapak mereka inilah yang
menjadi sumber kebanggaan dan kemuliaan mereka. Nikmat dan, kelebihan itu
semua disandarkan kepada mereka, karena kedua hal tersebut memang telah
mencakup. Kelebihan ini hanyalah mereka peroleh karena mereka berpegang kepada
perbuatan-perbuatan hina, karena orang yang menganggap dirinya terhormat,
tentulah ia akan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang hina.
Allah mengingatkan mereka akan kelebihan ini untuk menyadarkan mereka bahwa
Dzat yang memberikan kelebihan mereka ketimbang ummat lain, dapat pula
memberikan kelebihan itu kepada orang lain seperti Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam dan ummatnya. Juga untuk menyadarkan bahwa merekalah yang lebih
patut dibandingkan dengan semua bangsa lain untuk memperlihatkan ayat-ayat yang
dibawa oleh Muhammad. Karena orang yang diberi kelebihan lebih patut baginya
mendahului melakukan yang baik daripada orang lain yang di bawahnya. Dan
kelebihan ini jika berupa banyaknya para Nabi pada mereka, maka tak ada satu
pun ummat menandingi mereka. Tetapi dengan kelebihan ini tak berarti bahwa
tiap-tiap pribadi dari mereka ini lebih mulia dari pribadi-pribadi ummat
lainnya. Di samping itu tidak menghalangi kemungkinan diunggulinya mereka oleh
bangsa-bangsa yang paling remeh sekalipun, jika mereka menyimpang dari jalan
kebenaran, meninggalkan tuntutan para Nabi mereka, sedangkan bangsa lain
justru mengambil petunjuk para Nabi itu.
Adapun jika kelebihan ini berupa dekatnya mereka kepada Allah lantaran
mengikuti syari'atNya, maka kelebihan itu hanya terbukti pada para Nabi dan
orang-orang yang mendapatkan petunjuk darl kalangan manusia di zamannya serta
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sepanjang mereka masih
berketetapan hati melaksanakan syari'at itu dan menempuh jalan yang membawa
mereka berhak untuk mendapatkan keutamaan.
Di samping Bani Israil ini diperingatkan atas nikmat yang mereka terima,
juga disusul dengan ancaman, agar mereka takut kepada siksa Allah yang pasti
akan datang. Ancaman yang menyertai peringatan ini seolah-olah dapat dikatakan
sebagai satu pernyataan marah yang tak tertahan karena kerusakan moral yang
sangat berat pada Bani Israil ini. Dengan kata lain seolah-olah Allah
berfirman: "jika kamu wahai Bani Israil, tidak mau ta'at kepada-Ku
sesudah menerima nikmat-Ku, maka sekarang takutlah kamu menghadapi siksa berat
dari Aku pada suatu saat di masa datang."
Bangsa Yahudi mempunyai suatu anggapan yang sangat sesat terhadap hukum
pembebasan Allah di akhirat kelak. Walaupun mereka menjadi bangsa yang menerima
kitab-kitab suci dari Allah, tetapi aqidah mereka tetap sesat seperti halnya kaum
penyembah berhala, yang mengkiaskan pengadilan akhirat dengan pengadilan yang
berlaku di dunia.
Mereka menyangka, adalah mungkin untuk membebaskan orang-orang berdosa
dari siksa dengan jalan membayar tebusan, atau pertolongan orang-orang yang
dekat dengan hakim, sehingga hakim mengubah pendapatnya dan membatalkan apa
yang telah diniatkannya.
Keingkaran Bangsa Yahudi terhadap pembalasan akhirat yang serba adil dan
anggapan mereka bahwa pengadilan di akhirat dapat dipengaruhi oleh suap dan
pembelaan orang-orang tertentu adalah bukti nyata keingkaran mereka kepada
nikmat Allah.
4. BANGSA YANG PERNAH DIUJI DALAM PERBUDAKAN RAJA-RAJA MESIR
Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Kami menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut
Fir'aun, mereka menimpakan siksa yang kejam, menyembelih anak-anak laki-lakimu dan
membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan dalam hal itu terdapat ujian besar
dari Tuhan kamu" (Al -Baqarah:49).
Kepada orang-orang Yahudi yang hidup dimasa turunnya Al-Qur'an, Allah
menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat-Nya yang pernah dialami oleh nenek
moyang mereka. Karena pemberian nikmat kepada suatu ummat merupakan pemberian
kepada segenap perorangannya baik yang mengalami nikmat itu ataupun yang tidak,
sebab peninggalan yang ada di kalangan ummat itu akan diwarisi oleh generasi
berikutnya.
Berbagai macam bencana yang diingatkan kepada kaum Yahudi dalam Al-Qur'an
adalah bencana yang telah menimpa bangsa ini akibat perbuatan yang dikerjakan
oleh segenap orang Yahudi.
Para ahli sejarah menceritakan bahwa orang pertama dari kalangan Bani
Israil yang masuk ke Mesir ialah Nabi Yusuf as., kemudian datang
saudara-saudaranya bergabung kepadanya. Lalu mereka berkembang biak dan dalam
masa empat ratus tahun mencapai jumlah enam ratus ribu orang, yaitu ketika
mereka keluar dari Mesir karena penindasan Fir'aun dan kaumnya. Karena ketika
itu Fir'aun melihat bertambah banyaknya kaum Yahudi di negerinya mendesak
Mesir, maka ia mulai membudakkan mereka, dan memaksa kerja berat dalam pelbagai
bidang pekerjaan dan perusahaan. Akan tetapi sekalipun begitu, jumlah mereka
semakin bertambah di samping tetap berpegang kepada kebiasaan dan tradisi
mereka, tanpa mau berbaur sedikit pun dengan masyarakat Mesir dan tidak
berpartisipasi dalam perjuangan mereka, sampai kepada sikap egoisme, enggan dan
perasaan lebih tinggi dari bangsa lain, karena keyakinan bahwa mereka bangsa
pilihan Tuhan dan manusia yang paling mulia. Kenyataan ini mencemaskan bangsa
Mesir dan khawatir kalau kaum Yahudi semakin bertambah besar akan mengalahkan
dan merampas negeri mereka. Karena itu bangsa Mesir yang giat, aktif, suka
kerja dan berpikiran tajam menjadi susah, lalu berusaha membinasakan mereka
dengan jalan membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan
mereka., Kemudian Fir'aun memerintahkan kepada semua kabilah supaya membunuh
setiap bayi laki-laki bangsa Israil.
Para ahli sejarah meriwayatkan bahwa ketika. Allah mengutus Musa kepada
Fir'aun dan kaumnya, ia mengajak mereka supaya mereka beriman kepada-Nya dan
Musa minta kepada mereka agar membebaskan Bani Israil, tidak menganiaya dan
menindas. Tetapi justru Fir'aun menyiksa mereka lebih hebat lagi dan menganiaya
mereka dengan lebih kejam.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan yang terdapat dalam Kitab Keluaran pada
Kitab Taurat, bahwa Allah memberitahukan kepada Musa yang menyatakan bahwa la
akan menjadikan hati Fir'aun keras terhadap Bani Israil, akan lebih menganiaya
dan tidak akan melepaskan pergi bersama Musa, sampai Allah perlihatkan
ayat-ayat-Nya. Sesudah Musa mengajak Fir'aun supaya iman, ia bertambah zalim
dan durhaka. Lalu menyuruh kepada orang-orang yang mengerjapaksakan Bani Israil
supaya bersikap lebih keras lagi terhadap mereka, tidak memberi upah yang dulu
biasanya diberikan sebagai upah kerja bangunan, memaksakan mengumpulkan batu
dan mengerjakan semua bangunan yang dibangun tanpa keringanan sedikit pun.
5. BANGSA YANG MENYEMBAH BERHALA DI TENGAH BIMBINGAN NABI-NYA
Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa empat puluh malam, lalu
kamu menjadikan anak sapi sebagai sembahan sepeninggalnya dan kamu adalah
orang-orang yang dzalim:' (Al-Baqarah: 51).
Ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah selama 40 malam berada di bukit
Tursina, maka bangsa Yahudi ditinggalkannya di bawah pimpinan Nabi Harun. Nabi
Musa menanti di bukit Tursina ini adalah untuk memenuhi permintaan Kaum Yahudi
kepadanya, agar Allah memberikan sebuah Kitab Suci sebagai bukti kebenaran
kenabiannya. Lalu Tuhan berjanji kepada Musa akan memberikan Taurat dan
memberi tempo kepadanya untuk menunggu. Menurut mereka saat-saat menunggu itu
selama bulan Dzul-Qaidah dan sepuluh hari Dzul-Hijjah, tetapi mereka
menganggapnya lama, lalu membuat anak sapi dari emas untuk disembah. Mereka
berbuat dzalim kepada diri sendiri lantaran perbuatan syiriknya ini dan
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yakni menyembah anak sapi yang dibuatnya
dari emas sebagai ganti menyembah kepada Pencipta mereka dan Penciptanya.
Peristiwa Bangsa Yahudi di zaman Nabi Musa ini dikisahkan kembali oleh Al-Qur'an
kepada Bangsa Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam dimaksudkan untuk menyatakan tingkah laku dan karakter Bangsa Yahudi
yang begitu rusak. Sebab mereka tadinya minta kepada Nabi Musa agar Allah
menurunkan Kitab Suci kepada mereka, tetapi sebelum Kitab Suci tersebut turun
mereka telah menyambutnya dengan perbuatan-perbuatan jahil dan sikap menantang.
Akan tetapi perbuatan jahil mereka ini kemudian dihapuskan oleh Allah
setelah mereka lebih dahulu bertobat. Allah tidak cepat-cepat membinasakan
kaum Yahudi yang mengingkari ajaran Nabi Musa ini, bahkan menunda sampai Nabi
Musa turun dari bukit Tursina adalah merupakan nikmat pula bagi mereka. Dalam
sejarah ummat manusia hanya Bangsa Yahudilah yang menukar penyembahan kepada
Allah dengan penyembahan kepada berhala yang berupa patung anak sapi dari emas.
Demikianlah kehinaan dan rendahnya jiwa bangsa Yahudi yang tak mau menjadi baik
walaupun dipimpin oleh seorang Nabi.
6. BANGSA YANG DIPERINTAHKAN MELAKUKAN BUNUH DIRI MASSAL
Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
sungguh kamu telah menganiaya dirimu sendiri, karena menjadikan anak sapi
sebagai sesembahan. Sebab itu bertaubatlah kamu kepada Penciptamu, lalu
bunuhlah dirimu sendiri. Demikian itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu,
lalu Dia menerima taubatmu. Sungguh Dia Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang." (Q S. Al-Baqarah: 54).
Ayat ini menerangkan perintah Allah kepada Bangsa Yahudi di zaman Musa as.
agar melakukan bunuh diri masal karena kedurhakaan mereka kepada Allah dengan
melakukan penyembahan berhala ketika Nabi Musa sedang berada di atas bukit
Tursina. Bangsa Yahudi merupakan bangsa yang sangat durhaka karena mereka
menyembah patung anak sapi sebagai ganti dari menyembah Allah, Pencipta
sekalian. alam.
Di dalam ayat ini disebutkan kata-kata "bunuhlah diri-diri kamu"
yang dapat berarti bahwa orang-orang yang durhaka di antara ummat Nabi Musa as.
disuruh bunuh diri masal, atau dapat pula berarti bahwa orang-orang yang telah
menyembah berhala disuruh oleh Allah agar dibunuh oleh orang-orang yang tetap
beriman.
Kisah pembunuhan massal ummat Nabi Musa ini termaktub dalam Kitab Taurat
yang ada sampai sekarang. Disebutkan bahwa Nabi Musa berseru kepada mereka:
"Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku". Lalu
berkumpullah seluruh Bani Levi.
Nabi Musa menyuruh mereka mengangkat pedang mereka. Kemudian sebagian mereka membunuh sebagian lainnya. Bani Levi melakukan
seperti yang diperintahkan Musa. Dan pada hari itu tewaslah kira-kira 3000
orang.
Taubat dengan bunuh
diri massal yang diperintahkan kepada Bangsa Yahudi ini adalah dimaksudkan
membersihkan diri mereka dari bibit orang orang durhaka yang ada di
tengah-tengah masyarakat mereka, sehingga kelak kemudian hari masyarakat ini
diharapkan menjadi bersih dan baik.
Di dalam sejarah
agama Samawi hanya Bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Allah untuk melakukan
bunuh diri massal sebagai jalan bertaubat secara tuntas. Hal ini membuktikan
bahwa Bangsa Yahudi merupakan golongan manusia yang sangat bobrok dalam
kerusakan mental dan moralnya.
7. BANGSA YANG PERTAMA MENGINGKARI SIFAT GHAIB DAN BERFAHAM MATERIALISME
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:.55-56)
“Dan ingatlah ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan jelas, maka kamu disambar
petir sedang kamu menyaksikannya. Kemudian
Kami bangkitkan kamu sesudah kematianmu supaya kamu bersyukur."
Bangsa Yahudi yang dipilih oleh Nabi Musa untuk menyertainya 'pergi ke
bukit Tursina ketika Musa kembali kepada mereka yang tiba-tiba didapatinya
telah menyembah patung anak sapi dengan penuh keingkaran dan kesombongan
berkata kepada Musa: "Kami tidak akan sudi mengakui kebenaran ucapanmu,
bahwa Kitab Suci yang engkau bawa itu dari Allah, dan engkau telah mendengar
firman-Nya serta Allah menyuruh supaya menerima dan mengamalkan Kitab suci Nya
sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan mata kepala sendiri".
Ucapan Kaum Yahudi kepada Nabi Musa sebenarnya hanyalah sebagai alasan
yang dicari-cari, supaya perbuatannya menyembah patung anak sapi dapat
dimaklumi oleh Nabi Musa as. Namun karena kedurhakaan dan kecongkakan mereka
yang sangat keterlaluan ini mengakibatkan mereka binasa disambar petir.
Orang-orang Yahudi yang masih taat kepada Nabi Musa selamat dari bencana ini.
Di dalam Taurat disebutkan, bahwa sebagian dari orang-orang Yahudi yang
mengikuti Musa berkata, "Mengapa Allah hanya khusus berbicara ke pada
Musa dan Harun saja, tetapi tidak berbicara kepada kita!
Maka tersebarlah hal ini kepada Bani Israil seluruhnya, lalu mereka
bertanya kepada Musa sesudah kematian Harun, "Sesungguhnya nikmat Allah
kepada Bangsa Israil adalah karena Ibrahim dan Ishak. Lalu mencakup seluruh
bangsa ini. Sedangkan engkau tidak lebih baik daripada Ibrahim. Karena itu
engkau tidak berhak menguasai kami tanpa adanya keistimewaan. Dan kami tidak
akan percaya kepadamu sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan
nyata." Lalu mereka dibawa Musa ke suatu tempat perkemahan tertentu,.
Tiba-tiba bumi terbelah dan menelan sebagian dari mereka dan dari jurusan lain
datang api, lalu menyambar sisanya.
Bangsa Yahudi yang sama sekali tidak mau menggunakan akal sehatnya, tetapi
hanya menurutkan bisikan setan adalah suatu kaum yang sungguh sungguh berwatak
materialis. Walaupun mereka telah terpenuhi permintaan-permintaannya kepada Nabi
Musa berupa mendapat makanan yang turun dari langit ataupun musibah sebagai
bukti yang terjadi di hadapan mereka sendiri akibat kedurhakaan mereka
sendiri, tetapi mereka tetap ingkar kepada seruan dan ajakan tauhid.
Di bawah pimpinan Nabi Musa, Bangsa Yahudi telah memperlihatkan sikap
kejahilan yang tak ada taranya. Karena mereka meminta kepada Musa agar dapat
melihat Allah dengan mata dan kepala sendiri. Sungguh tak ada golongan manusia
di permukaan bumi ini yang watak materialis dan pandangan materialisnya
seperti bangsa Yahudi. Karena itu tidaklah mengherankan kalau bangsa Yahudi
merupakan pionir dari semua pandangan sesat seluruh jagat ini.
8. BANGSA YANG SUKA BERBUAT ANIAYA DI TENGAH NIKMAT ALLAH
Allah berfirman : (Al-Baqarah:57)
"Dan Kami naungkan awan di atasmu dan Kami turunkan Manna dan Salwa
kepadamu. Makanlah makanan yang baik-baik yang Kami karuniakan kepadamu; dan
mereka tidaklah berbuat aniaya kepada Kami, akan tetapi mereka menganiaya
terhadap diri mereka sendiri.“
Ketika Bangsa Yahudi keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah, lalu
tinggal di gurun pasir yang panas, kemudian mereka mengadu kepada Nabi Musa,
agar ia mohon kepada Allah mengirimkan awan untuk menaungi mereka sampai mereka
tiba di daerah yang dijanjikan. Lalu Allah naungi mereka dengan awan sepanjang
perjalanan menuju daerah yang dijanjikan. Selain itu mereka pun mendapatkan
makanan Manna dan Salwa yang menjadi bekal mereka selama dalam perjalanan di
padang pasir yang tandus dan panas, selama mereka tinggal di daerah yang
dijanjikan itu. Ini dalam Kitab Keluaran disebutkan: "Mereka makan Manna
selama empat puluh tahun dan rasanya makanan ini seperti roti dipoles madu,
sebagai pengganti roti. Karena mereka dihararnkan makan buah-buahan dan
sayur"
Namun apa gerangan sikap bangsa Yahudi menghadapi nikmat Allah yang
melimpah ini? Nikmat ini justru menjadikan mereka semakin keras kepala dan
ingkar kepada Nabi Musa as. Sebab apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa mereka
tolak dan apa yang beliau larang justru mereka langgar. Keingkaran mereka ini
menyebabkan berbagai malapetaka dan adzab Allah turun kepada mereka, sehingga
mereka hidup dalam kesusahan dan penderitaan.
Ayat ini memberikan pelajaran bahwa setiap tuntunan ilahi kepada manusia
hanyalah mendatangkan kebahagiaan selama manusia mau mematuhinya. Tetapi bila
manusia itu mengingkarinya niscaya akan menimbulkan penderitaan diri sendiri.
Sejarah bangsa Yahudi menjadi saksi atas malapetaka yang menimpa mereka karena
berbuat dzalim dan sikap kufur terhadap nikmat Allah.
9. BANGSA YANG PALING
CEREWET TERHADAP NABINYA
Allah berfirman: (Al-Baqarah:61)
"Dan ingatlah ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak akan
sabar dengan satu macam makanan. Maka mohonlah untuk kami tumbuh-tumbuhan bumi
berupa sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihrrya, kacangnya dan bawang
merahnya.
Musa berkata, "Apakah kamu mau menukar yang lebih baik dengan yang
lebih rendah? Turunlah kamu ke suatu negeri karena di sana kamu memperoleh
apa-apa yang kamu minta. Dan kepada
mereka ditimpakanlah kehinaan dan kemiskinan, mereka patut mendapat murka dari
Allah. Demikian itu karena mereka telah mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
Nabi-Nabi dengan tidak benar. Demikian
itu karena kedurhakaan mereka dan mereka melewati betas.
Nenek moyang Bangsa Yahudi di masa Nabi Musa as. gemar meminta hal-hal yang
sulit kepada Nabi Musa dengan maksud untuk mempermainkannya. Contohnya yang
nyata ialah kata-kata mereka kepada Nabi Musa, "Kami tidak akan dapat
bersabar dengan satu macam makanan seperti ini, yaitu Manna dan Salwa."
Mereka menyuruh Nabi Musa agar meminta kepada Allah untuk menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan berupa sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan
bawang merah. Tetapi Nabi Musa menjawab dengan kata-kata, "Apakah kamu
mau menukar makanan yang baik dengan makanan yang lebih jelek?"
Kemudian Nabi Musa menyuruh mereka pergi meninggalkan padang Tih dan
tinggal di tempat lain, jika mereka inginkan apa yang mereka minta.
Karena bumi yang Allah tetapkan kepada mereka ini hanya akan mereka diami
beberapa waktu saja, sehingga di situ tidak perlu ditumbuhkan sayur-mayur.
Allah tidak menetapkan mereka tinggal di sana, kecuali untuk menghilangkan lemahnya tekad mereka
mengalahkan negeri-negeri lain, yang penduduknya biasa makan satu macam
makanan saja. Padahal untuk dapat melepaskan diri dari apa yang tidak mereka
sukai itu hanyalah bisa dengan jalan berani menyerang negeri-negeri yang
dijanjikan yang ada di depan mereka. Dan Allah menjamin untuk menolong mereka.
Karena itu, hendaklah mencari cara yang dapat memberi jalan kemenangan bagi
mereka.
Bangsa Yahudi sebagai golongan manusia yang durhaka telah melakukan
kejahatan yang luar biasa dengan membunuh Nabi-nabi yang Allah kirim kepada
mereka.
Mereka telah membunuh Asy'iya, Zakariya, Yahya dan lain-lainnya tanpa
alasan yang benar atau suatu tuduhan yang boleh dijadikan alasan untuk
membunuh. Karena orang yang berbuat salah adakalanya secara kabur beranggapan
bahwa dia benar. Kitab mereka mengharamkan membunuh orang lain bukan Nabi,
maka apalagi membunuh Nabi, kecuali ada alasan yang membenarkan demikian. Dan firman-Nya
"Dengan tidak benar", padahal membunuh Nabi-nabi sudah tentu tidak
ada alasan yang membenarkannya, adalah untuk lebih menyatakan keburukan mereka
dan menjelaskan secara gamblang bahwa mereka berbuat itu bukan karena salah paham
atau mentakwilkan hukum sesuai yang disyari'atkan kepada agama mereka.
Akibat kedurhakaan dan sikap-sikap cerewetnya kepada Nabi-nabi, kemudian
Allah menjatuhkan hukuman kepada mereka. Dijadikan mereka berjiwa hina,
berkelakuan rendah dan bermental lemah. Mereka akhirnya menjadi bangsa yang
berwatak plinplan, bersikap mudah menyerah kepada paksaan atau kekuatan yang
dapat menimbulkan ketakutan pada diri mereka. Bangsa Yahudi telah memiliki
sikap kerdil, sehingga tampak bekasnya pada wajah mereka.
Walaupun Bangsa Yahudi selalu menerima teguran dari para Nabinya, tetapi
karena sikapnya yang cerewet, mereka selalu melanggar apa yang diajarkan para
Nabi itu pada mereka. Sesungguhnya agama para Nabi, besar pengaruhnya untuk
merubah perwatakan manusia yang buruk menjadi baik, sehingga mereka tidak
berani melanggar agamanya. Karena bila ajaran agama telah dilanggar sekali saja,
maka jiwa orang yang bersangkutan akan menjadi lemah dan mudah melakukan
perbuatan dosa. Jika pelanggaran terhadap agama ini dilakukan berulang kali,
maka jiwa orang yang bersangkutan akan bertambah lemah dan berubahlah wataknya menjadi manusia pendurhaka. Seseorang yang menjadi
pendurhaka akan dengan mudah bersikap cerewet terhadap Nabi dan Rasul Allah.
10. BANGSA YANG CEPAT MELANGGAR JANJI ALLAH
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:64)
"Kemudian kamu berpaling sesudah itu. Kalau tidak karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi."
Bangsa Yahudi yang berada di bawah pimpinan Nabi Musa diperintahkan oleh
Allah untuk melaksanakan isi Kitab Taurat dengan sepenuh hati dan
sungguh-sungguh. Di saat mereka menerima perintah ini Allah mengangkat gunung
Thursina di atas kepala mereka, agar mereka menjadi yakin dan bertambah kuat
iman serta menghayatinya dengan sedalam-dalamnya.
Sesudah mereka menyaksikan gunung yang terangkat di atas kepala mereka,
lalu Allah menyuruh mereka berjanji untuk mematuhi kitab Taurat dengan
sungguh-sungguh. Tujuan dari adanya persaksian gunung ini adalah menyiapkan
diri mereka menjadi orang-orang bertaqwa yang sebenar-benarnya.
Akan tetapi yang terjadi pada Bangsa Yahudi ini adalah sikap yang
sebaliknya. Mereka justru dengan cepat melanggar perjanjian yang baru saja mereka
buat. Pelanggaran yang mereka lakukan terhadap Kitab Taurat tidaklah dengan
segera dihukum oleh Allah. Seandainya tidak karena belas kasihan Allah kepada
mereka niscayalah Bangsa Yahudi yang gemar melanggar janji ini telah binasa.
Mereka berhak memperoleh siksa Allah sebab begitu cepat mereka mengingkari
janji-janjinya kepada Allah. Bangsa Yahudi yang tinggal di kota Madinah di masa
Rasulullah telah mengadakan perjanjian dengan beliau untuk tidak saling
membantu musuh yang akan menyerang Madinah dan bersama-sama dengan ummat Islam
untuk menjaga keamanan dan ketentraman di Madinah. Akan tetapi kemudian Bangsa
Yahudi bersepakat dengan Bangsa Quraisy di Mekkah untuk menyerang kota Madinah dan
menghancurkan ummat Islam. Penyerangan bersama ini terjadi dalarn perang yang
disebut perang Khandaq.
Perang Ahzab ini pada bulan Syawal tahun 5 H. Peristiwa ini disebutkan
dalam surat Al-Ahzab ayat 10. Kota Madinah dikepung oleh musuh selama 27 hari,
sehingga ummat Islam Madinah hampir mengalami kekacauan, karena kelaparan.
Mayoritas kaum muslimin telah berputus asa. Pada saat yang telah dernikian
gawat, kemudian Allah rnemberikan pertolongan-Nya sehingga musuh lari
meninggalkan Madinah dan selamatlah umat Islam dari kepungan mereka.
Perang Ahzab ini memberikan pelajaran kepada Rasulullah bahwa Bangsa
Yahudi sebagai manusia yang tak pernah jujur memegang janji-janjinya kepada
Nabi Musa. Karena pelanggaran janji itulah kemudian Rasulullah menghukum mati
Bangsa Yahudi laki-laki dewasa, sedangkan anak-anak dan perempuan diusir
keluar dari kota Madinah.
11. BANGSA YANG PALING SUKA MEMPERMAINKAN PERINTAH NABINYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:67-71)
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Sungguh Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka menjawab,
"Apakah kamu hendak memperolok-olok kami?" Ia menjawab, "Aku
berlindung kepada Allah dari golongan orang-orang yang bodoh." 67)
“Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu urituk kami, supaya Dia
menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu". Ia menjawab,
"Sungguh Dia berfirman bahwa sapi itu sapi betina yang berumur tidak tua
dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu." 68)
“Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia
menerangkan kepada kami, apa warnanya." Ia menjawab, "Sungguh Dia
berfirman bahwa dia adalah sapi betina yang kuning, sangat kuning warnanya,
menyenangkan orang-orang yang melihatnya." 69)
“Mereka berkata,"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk
kami supaya Dia menerangkan kepada kami, bagaimana sapi betina itu, karena
sungguh sapi itu serupa saja bagi kami. Dan sungguh kami akan menjadi
orang-orang yang mendapat petunjuk jika Allah menghendaki." 70)
Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang tidak pernah digunakan membajak tanah dan mengairi tanaman, mulus,
tidak belang". Mereka menjawab, "Sekarang engkau telah membawa
kebenaran". Lalu mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak
melakukannya." 71)
Al-Qur'an dalam membuat kisah peristiwa ini tidaklah disusun secara
kronologis seperti yang dilakukan ahli-ahli sejarah. Karena maksud mengetengahkan
kisah ini ialah untuk menarik perhatian dan menciptakan suasana pada pendengar,
agar perasaannya turut terlibat di dalam peristiwa yang senang dikisahkan.
Tentang sikap Bangsa Yahudi yang mempermainkan perintah Nabi Musa as. ini,
jalan ceritanya sebagaimana disebutkan dalam riwayat adalah seba gaiberikut: Konon
ada seorang laki-laki tua kaya dari keluarga Bani Israil dibunuh oleh anak-anak
pamannya karena menginginkan harta warisannya. Mereka membawanya ke kampung
lain dan dilemparkan di tanah lapang. Kemudian mereka datang ke kampung itu untuk
menuntut pembayaran denda (diyat) dan menuduh beberapa orang dari penduduk
kampung tersebut telah membunuh pamannya. Setelah Musa menanyakan hal itu
kepada mereka, tetapi mereka menyangkal sehingga perkaranya menjadi kabur. Mereka
selalu menghinakan Musa untuk memohon kepada Allah kiranya berkenan
menerangkan kepada mereka tentang pembunuhan yang misterius itu.
Setelah terjadinya peristiwa itu mereka selalu membantah perintah-perintah
Nabi Musa as. dalam rangka menyelesaikan kasus tersebut. Bahkan Allah menyuruh
kepada nabi Musa supaya orang-orang Yahudi itu mau melaksanakan apa yang sudah
diperintahkan kepada mereka dengan rasa patuh dan taat, tidak selalu
bertanya-tanya yang justru menambah kebingungan belaka.
Al-Qur'an menggambarkan betapa senangnya Bangsa Yahudi mempermainkan Nabi
Musa dengan dalih agar memperoleh keterangan lebih lengkap dan lebih
terperinci. Setiap kali Nabi menjawab pertanyaan mereka, selalu mereka mengajukan
pertanyaan baru sebagaimana tersebut dalam ayat 67 sampai 71 di atas.
Cobalah kita perhatikan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi Musa
itu:
a. Sapi betina yang bagaimanakah?
b. Berapakah umurnya, tua atau muda?
c. Apa warnanya?
d. Apakah sapi untuk
bekerja atau tidak?
e. Warna kuningnya
bagaimana?
Dari pertanyaan yang dibuat-buat ini, yang dimaksudkan agar berlepas diri
dari perintah Allah yang diberikan kepada mereka, akhirnya mereka sendiri yang
kepayahan melaksanakannya. Bahkan hampir saja mereka tidak dapat melakukan
perintah tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas berkenaan
dengan peristiwa yang dikisahkan ayat ini sebagai berikut: "Seandainya
orang-orang Yahudi itu menyembelih sapi apa pun, asal betina sudah tentu cukup
untuk memenuhi perintah yang diberikan kepada mereka, tetapi mereka
mempersulit diri sendiri. Akhirnya mereka sendiri yang memikul beban berat
menjalankan perintah tersebut".
Demikianlah perilaku Bangsa Yahudi terhadap Nabi Musa as. Walaupun mereka
mengakui dan mempercayai kenabian Musa, namun mereka tetap senang mempermainkan
perintah-perintah Nabi Musa as.
12. BANGSA YANG PALING KERAS KEPALA MENOLAK KEBENARAN ILAHI
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:74)
"Kemudian,
sesudah itu hatimu menjadi keras sebagaimana batu atau lebih keras. Padahal
sungguh di antara batu-batu itu ada yang terbelah, lalu keluar air daripadanya,
dan di antaranya ada yang jatuh menggelinding karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
kamu kerjakan."
Ayat ini melukiskan keadaan mental Bani Israil setelah mereka menerima
berbagai nikmat dan nasihat yang diberikan oleh Nabi Musa. Ternyata bahwa
nikmat Allah dan nasihat Nabi Musa kepada mereka sama sekali tidak berpengaruh
positif kepada mereka. Mereka sama sekali seolah-olah tidak lagi mempunyai hati
yang hidup, tetapi hanya sebagai makhluk yang berhati laksana batu, bahkan lebih
keras daripada batu. Di antara batu-batu itu masih ada yang bisa berlubang
karena tetesan air, sehingga mengalirkan sungai, selokan dan mata air, yang
kemudian menjadi tempat manusia dan hewan mengambil air dan berguna untuk
menyiram tumbuh-tumbuhan. Bahkan ada batu yang jatuh dari atas gunung ketika
gunung meletus atau gempa bumi atau disambar petir.
Tetapi hati Bangsa Yahudi tidak berubah menjadi baik dengan nasihat dan
peringatan dari Allah. Mereka sama sekali tidak dapat meresapi kebenaran,
sehingga segala tanda kekuasaan Allah yang ada di depan mereka dan yang dibawa
oleh para Nabi sama sekali tidak berpengaruh positif ke dalam jiwa mereka.
Segala apa yang mereka saksikan dari bukti kebenaran para Nabi justru hanya
membuat mereka semakin ingkar dan berbuat kerusakan lebih besar.
Disamakan hati orang Yahudi kerasnya bagaikan batu adalah karena benda
yang bernama batu ini tak dapat dicairkan sekalipun dengan api. Dan benda yang
paling beku di jagad raya ini adalah batu, bukan besi maupun tembaga. Sebab
besi dan tembaga dapat menjadi leleh bila dipanaskan dengan api.
Batu pun masih ada yang bisa berlubang bila terkena tetesan air secara
terus menerus, sehingga akhirnya dapat berguna bagi kehidupan manusia. Tetapi
hati orang-orang Yahudi bukan saja keras kepala melebihi batu, namun tidak
punya hati untuk meresapkan kebenaran. Bangsa Yahudi sepanjang sejarah telah
terbukti sebagai penentang kebenaran paling keras dan hanya mengikuti bisikan
nafsunya belaka.
13. BANGSA YANG TIDAK DAPAT DIHARAPKAN BERIMAN KEPADA KEBENARAN PARA NABI
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:75)
"Maka apakah kamu ingin sekali supaya mereka beriman karena seruanmu,
padahal sebagian mereka ada yang mendengar firman Allah, lalu mengubahnya sesudah mereka memahaminya sedangkan mereka mengetahuin
ya."
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya sangat berharap
masuknya kaum Yahudi ke dalam agama baru ini lalu masuk di bawah
panji-panjinya. Karena agama mereka lebih dekat dengan agama baru ini daripada
yang lain, baik tentang ajaran-ajarannya, prinsip-prinsipnya dan
tujuan-tujuannya. Mereka sudah sama dalam bidang tauhid, percaya kepada hari
kebangkitan dan berkumpul kembali di padang Mahsyar serta kitab mereka
membenarkan apa yang ada dalam agama baru ini.
Maka dalam ayat ini Allah mengisahkan kepada orang-orang mukmin tentang hal
ihwal berita mereka yang dapat menghilangkan keinginan sangat kepada keimanan
kaum Yahudi kepada Islam dan memutuskan harapan ini dengan menerangkan kejadian-kejadian
yang terjadi kepada nenek moyang mereka pada zaman Musa yang selalu ingkar dan
membangkang, menolak dan menentang. Lalu datang kepada mereka ayat demi ayat,
datang siksaan yang memang pantas mereka terima, lalu minta kepada Nabi Musa
agar berdo'a kepada Allah untuk melepaskan siksaan mereka, nanti mereka mau
mengikuti dakwah Musa. Tetapi setelah terlepas dari siksaan itu, mereka
kembali lagi seperti semula ingkar dan durhaka. Kedudukan mereka ini begitu
hebatnya sehingga berani berkata kepada Musa, "Kami tidak mau percaya dan
patuh kepada perintah-perintahmu, sebelum kami mendengar Allah berbicara
sendiri dengan engkau". Lalu Musa memilih 70 orang di antara mereka untuk
menyertainya mendengarkan wahyu dan berdialog dengan Tuhannya. Maka mereka
mendengar firman-Nya pula dengan cara yang kita tidak mengetahui bagaimana
hakekatnya. Mereka jadi yakin akan dialognya dengan Tuhannya dan mereka mau
mendengar perintah-perintah dan larangannya. Kemudian sebagian dari mereka ini
ada yang mengubah wahyu Allah yang pernah mereka dengar sendiri dan mereka
palingkan dari isi sebenarnya dengan cara takwil dan pemutarbalikan. Begitulah
perbuatan mereka terhadap Taurat, Kitab suci mereka sendiri.
Karena itu tidak heran kalau kaum Yahudi yang ada sekarang menentang
petunjuk Allah yang akan engkau bawa, Muhammad. Sifat sombong dan melawan itu
sudah jadi tabiat dan warisan nenek moyang mereka, yang dulu biasa mengubah dan
menukar ayat-ayat Allah, dan berlaku congkak, padahal sudah melihat sendiri
bukti-bukti inderawi yang terjadi di tangan Musa. Karena itu lebih-lebih lagi
mereka akan mengingkari agama yang argumen-argumennya rasional dan secara moril
isinya sangat luas, yaitu Al-Qur'an. Karena Kitab ini memuat undang-undang yang
mudah isinya, ringan bagi manusia, indah bahasanya, sehingga sastrawan-sastrawan
Bangsa Arab sendiri tidak mampu menandinginya.
Lebih jauh dari itu Bangsa Yahudi yang tidak mau beriman kepada mereka,
apalagi kepada Nabi Muhammad, mereka pada umumnya, para ulama mereka khususnya
mengalami kebingungan dan kegelisahan ketika datang rasul baru dengan Kitab
baru pula. Mereka bersikap ragu-ragu, apakah masuk ke dalam Islam tetapi dengan
akibat dihinakan oleh para pengikutnya, atau tetap dalam agama lama, tetapi
dengan akibat pengikut-pengikutnya sedikit? Karena itu akhirnya mengalami
keputusan untuk bersikap munafiq, yaitu bila ketemu dengan golongan Islam
bersikap baik dan kalau ketemu dengan golongan lain bersikap menghinakan Islam.
Sekiranya sikap ini ketahuan masyarakat umum mereka siap untuk membuat alasan
ini dan itu.
Sikap Bangsa Yahudi yang egois semacam ini bukan karena mereka tidak
mengerti kebenaran, tetapi justru bermaksud memperalat kebenaran untuk
memperoleh keuntungan bagi diri mereka sendiri.
Ayat 75 di atas dengan tegas memberikan keterangan bahwa mental durhaka
dan fasiq yang ada pada Bangsa Yahudi sudah menjadi darah daging mereka. Karena
itu ayat ini memperingatkan ummat Islam janganlah menaruh harapan sedikit pun
kepada Bangsa Yahudi untuk dapat menjadi pemeluk-pemeluk Islam. Karena nenek
moyang mereka, para pendeta dan ahli-ahli agama mereka gemar berbuat keji,
yaitu merubah firman-firman Allah yang ada pada Kitab-kitab suci mereka,
sehingga tidak lagi dapat diketahui kebenaran aslinya. Dengan demikian Bangsa Yahudi
yang ada sampai sekarang pun mental dan keadaannya tidak lebih baik dari nenek
moyang mereka.
14. BANGSA YANG PALING SUKA MENGATUR TIPU DAYA DI TENGAH
MASYARAKAT
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:76)
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka berkata,
"Kami beriman". Dan bila sebagian mereka bertemu dengan sesamanya
mereka berkata, "Apakah kamu ceritakan kepada mereka apa yang Allah bukakan
kepadamu untuk mereka jadikan alasan melawan kamu di harapan Tuhanmu? Tidakkah
kamu berpikir?"
Orang-orang Yahudi bila bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam., maka yang munafiq di antara mereka itu mengemukakan
pernyataan bahwa di dalam Kitab suci mereka telah dijelaskan akan datangnya
Muhammad, seorang Rasul pembawa khabar gembira.
Tetapi orang-orang Yahudi ini bila telah berkumpul sesama mereka, maka
para pendetanya menegur teman-temannya yang telah berani menceritakan rahasia
Taurat pada sahabat-sahabat Nabi tersebut. Mereka mencela perbuatan orang-orang
Yahudi yang telah terlanjur menceritakan isi Taurat kepada sahabat-sahabat
Nabi, bukan karena cerita itu tidak benar, tetapi karena takut menjadi senjata
memakan tuan.
Karena apa yang mereka ceritakan itu sesuai dengan keterangan Al- Qur'an.
Dengan cara para pendeta menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya, sedangkan
orang-orang Yahudi yang bersikap munafiq mau menceritakan isi Taurat dari para
pendeta itu, maka masyarakat mereka ciptakan menjadi kebingungan. Dengan tipu
muslihat semacam ini mereka ingin agar masyarakat tetap ragu-ragu kepada
kebenaran kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena bagi orang awam akan timbul anggapan jika Muhammad itu benar Nabi
yang dijanjikan tentulah para pendeta dan ulama Yahudi akan menjadi orang
pertama mengakui kenabian Muhammad ini.
15. BANGSA YANG SUKA MEMPERJUALBELIKAN
AGAMA/NAMA ALLAH
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:79)
"Sungguh celakalah orang-orang yang menulis dengan tangan mereka, lalu
mereka katakan, "Kitab ini dari Allah", untuk mendapatkan keuntungan
yang sedikit. Sungguh celakalah mereka karena tulisan tangan-tangan mereka,
dan sungguh celakalah mereka karena usaha mereka“.
Para pendeta Yahudi telah berani menyatakan bahwa apa yang mereka tulis
adalah merupakan ayat-ayat Taurat. Mereka dengan sesuka hati berkata kepada
masyarakatnya bahwa segala perubahan yang mereka lakukan terhadap Kitab Taurat
adalah datang dari perintah Allah.
Perubahan yang mereka lakukan terhadap isi Taurat adalah untuk memperoleh
keuntungan bagi diri mereka, yang berasal dari suap dan upah karena mengikuti
kehendak dan kemauan masyarakat mereka.
Perubahan-perubahan
yang dilakukan para pendeta Yahudi terhadap Kitab Taurat mencakup 3 macam hal,
yaitu:
a. merubah sifat
Nabi;
b. membuat kebohongan
atas nama Allah;
c. menghalalkan suap.
Ustadz Imam M. Abduh
menjelaskan sebagai berikut:
"Barang siapa ingin melihat naskah asli yang dipergunakan oleh
orang-orang Yahudi dahulu, silahkan dia melihat di hadapannya, tentu ia akan
dapat mengetahuinya dengan jelas dan terang. Dia akan memperoleh beberapa
karangan yang berisikan aqidah-aqidah dan hukum yang sudah diputarbalikkan
arti dan pengertiannya, sehingga menyesatkan dan merusak agama. Tetapi
perbuatan tercela ini tetap mereka katakan sebagai Kitab-kitab suci berasal
dari Allah, padahal sebenarnya tidak, bahkan menjadikan orang sesat. Dari
memahami Kitab Allah dan menjauhkan manusia dari hidayah-Nya."
Perbuatan tercela semacam ini hanyalah mungkin timbul dari tipe manusia
berikut ini:
1. Orang yang menyelewengkan agama dan sengaja merusaknya serta bermaksud
menyesatkan para pemeluknya. Agama semata-mata dijadikan kedok dan orang ini
berlagak menjadi orang shaleh di depan umum. Tetapi sebenarnya dia bermaksud
menipu masyarakat, sehingga apa yang ditulis dan dikatakannya mudah dipercayai
masyarakat.
2. Orang yang suka membuat dalih-dalih dan mengutamakan penakwilan kata-kata
sehingga membuat masyarakat menganggap ketentuan agama. Dengan adanya
masyarakat yang tidak lagi teguh berpegang kepada agama, maka mereka memperoleh
harta dan pangkat dengan mudah.
Pendeta Yahudi dengan cara-cara memutarbalikkan ayat-ayat Taurat itu telah
menjadikan agama barang dagangan yang mereka perjualbelikan untuk kepentingan
duniawi mereka.
16. BANGSA YANG BERANGGAPAN TIDAK DISENTUH NERAKA KECUALI SEBENTAR
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:80-81)
"Dan mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh
api neraka, kecuali hanya beberapa hari saja". Katakanlah (Muhammad),
"Apakah kamu telah menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan
mengingkari janjiNya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap apa yang tidak
kamu ketahui?" 80)
Yang benar, barangsiapa berbuat kejelekan dan ia telah diliputi oleh
kesalahannya, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."
81).
Bangsa Yahudi punya anggapan kalau terpaksa mendapat hukuman neraka paling
lama 7 hari, karena menurut mereka dunia ini berumur 7 ribu tahun. Mereka
beranggapan 1 hari di neraka sama dengan lama di dunia 1000 tahun. Sebagian
orang Yahudi ada pula yang beranggapan bahwa kalau orang Yahudi terpaksa
mendapat hukuman neraka, maka paling lama 40 hari, yaitu sama dengan lamanya
mereka dahulu menyembah patung anak sapi.
Anggapan mereka yang sangat keliru ini kemudian oleh Allah dimintai dasar
dalilnya, yaitu adakah anggapan semacam itu merupakan suatu perjanjian yang
Allah pernah adakan dengan mereka, ataukah bangsa Yahudi hanya semata-mata berbuat
dusta? Sebab persoalan hukuman neraka, lama atau sebentar adalah menjadi hak
Allah. Manusia dapat mengetahui hal
tersebut hanyalah semata-mata
melalui wahyu Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya. Tanpa melalui cara
seperti ini, maka jelaslah bahwa anggapan bangsa Yahudi seba gaimana tersebut di atas adalah satu pernyataan dusta dan
ucapan lancang atas nama agama. Karena ucapan semacam itu hanyalah bukti dari
kekufuran mereka dari ajaran Allah dan fakta kebobrokan mental mereka.
Anggapan bangsa Yahudi mengenai masa lamanya mereka akan mengalami siksa
neraka seperti itu, hanyalah muncul karena salah satu dari 2 kemungkinan
berikut ini:
a. karena ada janji Allah kepada mereka,
b. mereka sengaja membuat kebohongan dengan nama agama.
Karena janji Allah semacam itu memang tidak pernah ada, berarti apa yang
menjadi pengakuan bangsa Yahudi itu benar-benar kebohongan besar dan bukti
kebobrokan mental mereka.
Tetapi justru sebaliknya dalam ayat 81 Allah menegaskan adanya kaidah
pertanggunganjawab dan pembalasan hukum bahwa setiap orang yang melakukan dosa
sehingga dirinya penuh dengan noda-noda dosa, maka dia akan mendapatkan siksa
neraka kekal. Apalagi bangsa Yahudi telah berani berbohong dengan nama Allah dan
mengaku sebagai bangsa pilihan dalam pandangan Allah, padahal sebenarnya dusta
belaka, sudah tentu akan menjadi penghuni neraka kekal abadi. Sebaliknya
seseorang akan selamat dari siksa neraka dan menjadi penghuni surga hanyalah
orang-orang beriman lagi beramal shaleh. Sedangkan bangsa Yahudi sebagaimana
tersebut dala m ayat 80 di atas adalah orang-orang yang berani melakukan
perbuatan paling tercela, yaitu berdusta dengan kedok agama yang membuktikan
betapa bobroknya mental mereka. Maka adalah sepatutnya bahwa bangsa Yahudilah
yang menjadi penghuni neraka yang kekal itu.
17. BANGSA YANG PALING SEDIKIT ORANG-ORANG BAIKNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:83)
'''Dan ingatlah ketika kami merngambil perjanjian dari Bani Israil, yaitu,
"Janganlah menyembah kecuali Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Ucapkanlah kepada
manusia kata-kata yang baik, dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Kemudian
kamu tidak meimenuhi janji itu, kecuali sebagian diantara kamu dan kamu
selaluberpaling."
Ayat ini mengingatkan Bangsa Yahudi yang pada zaman Nabi agar mengingat
kembali perintah-perintah Allah kepada nenek moyang mereka untuk beribadah dan
bermu'amalah sesuai dengan petunjuk Allah. Akan tetapi ternyata kemudian nenek
moyang mereka melanggar perintah-perintah tersebut dan meninggalkan tuntunan
agama, kecuali hanya sedikit saja yang tetap patuh.
Ayat ini ditujukan kepada para Nabi dan para sahabatnya dengan maksud agar
secara sungguh-sungguh memperhatikan hal ihwal Bangsa Yahudi yang perangainya
telah begitu bobrok, karena nenek moyang mereka gemar meninggalkan bimbingan dan
petunjuk Allah. Dengan memperhatikan karakter nenek moyang mereka semacam itu,
maka janganlah Nabi dan para sahabat terlalu mengharapkan Bangsa Yahudi untuk
beriman kepada Islam.
Di dalam ayat ini bangsa Yahudi diperintahkan untuk:
a. Hanya menyembah
kepada Allah semata-mata. Mereka dilarang menyembah selain Allah, padahal
mereka selama ini selalu menyembah Allah, sebab dikhawatirkan mereka akan menyekutukan
Allah dengan yang lain, baik berupa Malaikat, manusia ataupun berhala dengan
menghadapkan do'a kepadanya atau dengan macam-macam ibadah lainnya.
Agama Allah yang
disampaikan melalui para Rasul semuanya adalah anjuran menyembah kepada Allah dan
tidak boleh menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Sebagaimana firman-Nya
dalam QS. 4 ayat 36.
Jadi, tauhid itu
dasarnya sekaligus dua, yaitu menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun.
b. Berbuat baik
kepada orang tua.
c. Berbuat baik
kepada kerabat.
d. Berbuat baik kepada anak yatim dan orang-orang miskin.
e. Berkata benar dan baik.
f. Menunaikan kewajiban shalat dan membayar zakat.
Karena shalat dapat memperbaiki jiwa dan membersihkan
manusia dari sifat-sifat rendah dan membangun akhlaq-akhlaq utama. Sebab dengan
shalat dapat dipupuk jiwa ikhlas karena Allah dan patuh semata-mata kepada
kekuasaan-Nya.
Sedangkan zakat dapat memperbaiki kehidupan masyarakat. Kaum Yahudi punya
bermacam-macam kewajiban zakat, di antaranya: zakat yang khusus diberikan
kepada keluarga Nabi Harun saja, dan sekarang diberikan kepada kaum Lawiy,
salah satu di antara suku-suku mereka, zakat untuk orang-orang miskin, zakat
buah-bahkan, zakat pengeringan tanah, yaitu setahun pada setiap tujuh tahun
tanah dibiarkan tidak digarap dan tidak ditanami, dan segala tanaman yang
tumbuh dan berbuah pada tahun kering ini menjadi harta zakat.
Akan tetapi justru Bangsa Yahudi tidak melaksanakan perintah-perintah
tersebut, bahkan mengingkari dan meninggalkannya. Akibat mereka meninggalkan
perintah Allah, muncullah pendeta dan pastur yang dijadikan ganti sebagai
Tuhan, dimana mereka dengan selera sendiri menghalalkan dan mengharamkan,
membolehkan dan melarang sesuatu serta membuat cara-cara ibadah dengan sesuka
hati mereka. Mereka seolah-olah menjadi saingan Allah, karena berani membuat
hukum untuk bangsa Yahudi tanpa izin Allah.
Perbuatan mereka tidak hanya terjadi di bidang ibadah, tetapi meluas
kepada perilaku sosial ekonorni, sehingga mereka bakhil mengeluarkan zakat yang
telah menjadi kewajiban mereka. Mereka pun bakhil untuk membantu nafkah
keluarga dekat, anak yatim dan golongan miskin. Bahkan hak-hak golongan yang
terlantar ini mereka rampas. Mereka tidak mau melakukan amar ma'ruf nahi munkar
yang membuktikan betapa rendahnya perhatian mereka kepada agama. Orang-orang
Yahudi yang masih mau berbuat baik kecil sekali, sehingga tidak lagi punya
pengaruh berarti di tengah masyarakat. Akibatnya mayoritas masyarakat menjadi
rusak dan nilai kebajikan tenggelam di tengah kebobrokan mental sehingga
membinasakan bangsa Yahudi.
Al-Qur'an menyebutkan pengecualian "sedikit sekali" orang-orang
Yahudi yang berbuat baik untuk menunjukkan bahwa adanya orang-orang shaleh yang
segelintir jumlahnya di tengah ummat yang sudah rusak tidak akan berarti
apa-apa untuk mencegah turunnya adzab Allah yang menimpa bangsa tersebut.
Maka kalau pada zaman Nabi Musa, Bangsa Yahudi yang mau berbuat baik
sedikit sekali sudah tentu pada zaman Nabi Muhammad mereka tidak dapat
diharapkan untuk menjadi orang-orang yang tulus dan ikhlas mematuhi ajakan
Islam. Begitulah seharusnya kita bersikap kepada Bangsa Yahudi, yaitu bahwa
mayoritas Bangsa Yahudi adalah orang-orang yang sama sekali tak dapat dibimbing
pada kebaikan dan bangsa yang sangat tidak senang mentaati tuntunail agama.
18. BANGSA YANG PALING SENANG BERMUSUHAN DENGAN SESAMANYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:84-85)
"Dan ingatlah ketika Kami mengambil janjimu bahwa kamu tidak akan
menumpahkan darahmu dan tidak akan mengusir dirimu dari kampung halamanmu,
kemudian kamu berikrar dan kamu pun menyaksikannya.''' 84)
"Kemudian kamu sendirilah yang membunuh dirimu dan mengusir
segolongan dari padamu dari kampung halamannya. Kamu bantu membantu berbuat
dosa dan permusuhan terhadap mereka. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan kamu tebus mereka, padahal pengusiran terhadap mereka itu terlarang
bagimu. Maka apakah kamu beriman kepada sebagian yang lain? Maka tidak ada
balasan orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kehinaan dalam hidup di
dunia ini dan pada hari Kiamat mereka akan dimasukkan ke dalam siksa yang amat
berat. Dan Allah Maha tiada lalai dari perbuatan." 85)
Bangsa Yahudi pada zaman Nabi Musa telah menerima perjanjian dari Allah,
yang isinya: "Kamu tidak boleh saling menumpahkan darah dan mengusir sesamamu
dari kampung halaman dan tanah air kamu sendiri".
Perjanjian ini turun-temurun dipesankan oleh bangsa Yahudi kepada anak
keturunannya dan telah menjadi bagian dari ajaran Taurat. Perjanjian ini
diakui oleh keturunan Bangsa Yahudi sepanjang zaman walaupun bangsa Yahudi
yang hidup di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tetapi ternyata
Bangsa Yahudi melanggar isi perjanjian tersebut, di antaranya terjadi pada Bangsa
Yahudi yang tinggal di Jazirah Arab. Di antara contoh kejadian itu ialah suku
Yahudi Bani Qauniqa' karena bersekutu dengan suku Aus dari penduduk Madinah
bermusuhan dengan saudara mereka seagama, yaitu suku Yahudi Bani Quraidhah,
begitu pula suku Yahudi Bani Nadzir, sekutu suku Khazraj. Suku Aus dan Khazraj
ini sebelum Islam, terlibat dalam permusuhan saling membunuh yang melibatkan
pula sekutu-sekutu mereka.
Dalam riwayat disebutkan bahwa setiap suku Yahudi membantu suku Bangsa Arab
dan orang Yahudi yang menjadi sekutunya berperang melawan suku Bangsa Arab
lainnya yang juga bersekutu dengan suku Bangsa Yahudi yang lain.
Konon, jika sebagian Bangsa Arab dan orang Yahudi yang menjadi aliansinya
menawan orang-orang Yahudi yang menjadi musuh mereka, dan mereka menyetujui
untuk menerima tebusan tawanan itu, maka setiap golongan Bangsa Yahudi menebus
putra-putra sebangsanya meski mereka menjadi musuhnya. Kemudian mereka
membuat-buat alasan bahwa Kitab Taurat menyuruhnya menebus tawanan bangsa yang
terpilih ini. Jika memang mereka benar-benar percaya kepada apa yang
dikatakannya itu, kenapa mereka memerangi dan mengusir mereka dari kampung
halamannya? Padahal Taurat melarang perbuatan tersebut. Bukankah perbuatan
seperti itu berarti penghinaan dan mempermainkan agama?
Kedurhakaan Bangsa
Yahudi semacam itu oleh Allah ditegur dengan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat mengejek dan menghina tingkah laku mereka semacam itu. Kepada mereka dilontarkan pertanyaan: "Apakah
kamu melakukan perbuatan tersebut lantaran kamu hanya mau beriman kepada
sebagian ajaran Taurat?" Yang demikian itu karena di dalam Taurat telah
diambil perjanjian dari Bani Israil, agar sebagian mereka tidak membunuh
sebagian yang lain dan tidak mengusir sesama mereka dari kampung halamannya.
Dan Allah telah berfirman: "Siapapun dari budak laki-laki atau perempuan
Bangsa Israil yang kamu temui, maka belilah dan bebaskanlah dia".
Akan tetapi justru membunuh dan mengusirnya dari kampung halamannya ini
berarti mereka telah melanggar. Kemudian
mereka tebus orang-orang Yahudi yang jadi tawanan guna menepati perintah Kitab
Taurat. Perbuatan semacam ini tiada lain berarti bahwa Bangsa Yahudi hanya
menerima sebagian dari ajaran Taurat dan mengingkari sebagian lainnya. Yaitu
mereka mau menebus sesama orang Yahudi yang menjadi tawanan perang musuh,
tetapi mereka tetap saling membunuh, padahal menurut ajaran Taurat perbuatan
semacam ini dilarang.
19. BANGSA YANG PALING SOMBONG DAN MEMBANGGAKAN ETNISNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:91)
"Dan bila mereka dikatakan, "Berimanlah kamu kepada apa yang
Allah telah turunkan", maka mereka berkata, "Kami beriman kepada apa
yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kufur kepada apa yang datang
sesudahnya, padahal itulah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Katakanlah, "Tetapi mengapa kamu dahulu membunuh Nabi-Nabi Allah, jika
karnu benar orang yang beriman?"
Bangsa Yahudi pada zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menolak untuk
beriman kepada Al Qur'an, dengan dalih, "Kami telah beriman kepada
Kitab-Kitab yang di bawa para Nabi Bani Israil, seperti Taurat dan lain-lain'
Jawaban orang Yahudi ini kemudian dibantah oleh Allah dengan menyuruh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka yang isinya
sebagai berikut: "Jika kamu memang benar-benar jujur daiam mengikuti
Kitab-Kitab Yang Allah turunkan kepada Nabi-Nabi dahulu, mengapa kamu bunuh
mereka?" Padahal agama kamu tidak membenarkan pembunuhan, bahkan
pembunuhan dihukum dengan pembunuhan pula, lebih-lebih membunuh Nabi. Dengan
demikian berarti ucapan-ucapan kamu bertentangan dengan kenyataan dan fakta kamu.
Bangsa Yahudi yang ada pada zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dikaitkan
dengan perbuatan nenek moyang mereka yang pernah melakukan pembunuhan terhadap Nabi
mereka. Kalau Bangsa Yahudi berani melakukan pembununan terhadap para Nabi,
maka tidak heran kalau mereka berani merendahkan dan menghina kaum mukminin.
Sebab seseorang yang berani berlaku kurang ajar kepada para Nabi, sudah
tentu lebih berani pula berlaku kurang ajar kepada orang-orang mukmin.
Lagipula mereka sombong dan takabur karena nabinya bukan dari golongan Yahudi.{mospagebreak}
20. BANGSA YANG PALING RAKUS TERHADAP KESENANGAN DUNIA DAN TAKUT MATI
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:96)
"Dan sungguh engkau akan dapati mereka itu manusia yang paling tamak
kepada kehidupan dunia dan bahkan melebihi orang-orang musyrik, masing-masing
mereka berharap sekali kalau umurnya dipanjangkan seribu tahun. Padahal umur
panjang itu sekali-kali tidak dapat menyelamatkannya dari siksaan. Dan Allah
Maha Melihat segala perbuatan mereka."
Bangsa Yahudi merupakan manusia yang paling serakah terhadap dunia,
sekalipun kalau dibandingkan dengan orang-orang musyrik. Firman Allah yang
berbunyi: "Bahkan melebihi orang-orang musyrik", adalah sebagai
kalimat penghinaan terhadap mereka. Karena memang orang-orang musyrik tidak
percaya kepada hari kebangkitan dan hanya mengenal kehidupan dunia ini saja,
maka bukanlah hal yang aneh kalau mereka serakah kepada kehidupan dunia saja.
Adapun orang yang beriman kepada Kitab Allah dan mengakui adanya hari
pembalasan, maka seharusnya dia tidak serakah kepada kehidupan dunia ini.
Setiap orang Yahudi berkeinginan besar untuk bisa hidup seribu tahun atau
lebih. Keinginan ini sebenarnya didasarkan rasa takut pada siksa dan kemurkaan
Allah. Menurut mereka bahwa di dalam dunia dengan segala pahit dan getirnya
jauh lebih baik daripada siksa dan hukuman akhirat, yang mereka yakini pasti
terjadi.
Lebih jauh dari itu Bangsa Yahudi beranggapan bahwa dengan umur yang
panjang boleh jadi akan dapat terlepas dari hukuman akhirat karena dilupakan
kesalahan-kesalahan mereka oleh Allah. Namun hal ini dibantah oleh Allah. Sebab
kekekalan di dunia tidaklah dapat membuat seseorang terlepas dari siksa dan
hukuman yang telah tersedia untuk dirinya. Karena umur berapapun panjangnya,
toh pasti berakhir.
Maka sebagai penegasan Allah menjelaskan bahwa Dia, Allah mengetahui perbuatan-perbuatan
mereka, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Hukuman Allah di akhirat
kelak tidaklah menjadi hilang karena yang bersangkutan dapat mengalami umur
panjang. Tetapi setiap kesalahan akan memperoleh hukuman yang setimpal.
Bangsa Yahudi merupakan manusia paling cinta untuk memperoleh kehidupan di
dunia dan memang mereka berusaha mencapai hidup yang kekal itu. Sebenarnya
mereka sendiri percaya ada hari kebangkitan dan pembalasan, tetapi karena
mereka bersikap sombong, berbangga dengan rasa kebangsaan dan mengabaikan
ajaran-ajaran Kitab suci mereka berlagak pilon sebagai manusia yang bisa mencapai
hidup kekal di dunia.{mospagebreak}
21. BANGSA '"YANG BENCI KEPADA MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT LAINNYA
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:97-98)
"Katakanlah, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka sungguh Jibril
itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah,
membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman." 97)
"Barangsiapa menjadi musuh Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya,
Jibril dan Mikail dan sungguh Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir."
98).
Ayat ini menjelaskan alasan Bangsa Yahudi untuk menolak beriman kepada Nabi
Muhammad dan Al-Qur'an, karena Jibril sebagai Malaikat yang membawa turunnya
wahyu ini kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun ayat ini mematahkan
dalih-dalih bohong bangsa Yahudi itu.
Ada riwayat dari Bangsa Yahudi yang diceritakan oleh seorang pendeta
bernama Abdullah bin Shuriyah, yang bertanya kepada Nabi siapakah Malaikat yang
membawa wahyu kepada Nabi. Ketlka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab
bahwa malaikat itu adalah Jibril, lalu pendeta tersebut berkata, "Jibril
adalah musuh Bangsa Yahudi. Karena ia pernah menyampaikan berita kepada Bangsa
Yahudi akan datangnya kehancuran Baitul Maqdis". Walaupun berita ini terbukti
benar namun bangsa Yahudi beranggapan bahwa Jibril sebagai malaikat yang
dibenci bangsa Yahudi.
Anggapan Bangsa Yahudi semacam ini jelas menunjukkan manusia yang sudah
rusak mental dan sesat pikiran. Lebih-lebih dengan alasan benci kepada Jibril
lalu memusuhi petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada Rasul-Nya. Kalau
bangsa Yahudi benci kepada Jibril maka Malaikat ini pulalah yang membawa turun
Kitab Taurat kepada Nabi Musa dan Kitab Zabur kepada Nabi Daud. Padahal mereka
mengaku beriman kepada Kitab Zabur dan Taurat. Maka sesungguhnya dengan
membenci Jibril sama artinya dengan membenci Allah. Karena yang menyuruh Jibril
membawa turun Kitab-kitab suci tersebut adalah Allah sendiri.
Dengan adanya dalih-dalih bohong yang dikemukakan untuk memusuhi Jibril
adalah sebenarnya merupakan kedok belaka untuk mencari pembenaran bagi sikap
mereka menolak beriman kepada Al Quran dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.{mospagebreak}
22. BANGSA YANG PALING SUKA MENGINGKARI PERJANJIAN
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:100)
"Dan apakah setiap kali mereka mengikat janji, segolongan dari mereka
mencampakkannya? Bahkan kebanyakan dari mereka tidak beriman."
Bangsa Yahudi setiap
kali mengadakan perjanjian selalu melanggar perjanjian tersebut. Cara melakukan
pelanggaran ialah dengan jalan pihak lain sesama bangsa Yahudi melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap lawan Bangsa Yahudi yang mengadakan
perjanjian tersebut. Pihak yang melakukan pelanggaran ini berdalih karena
tidak terikat kepada perjanjian yang dibuat oleh teman mereka bangsa Yahudi
itu.
Ayat ini merupakan
berita ghaib kepada Nabi Muhammad dan kaum muslimin, bahwa mayoritas Bangsa
Yahudi sungguh tidak beriman kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik
semasa Nabi masih hidup maupun sampai hari kiamat. Berita semacam ini merupakan
bukti Al-qur'an sebagai mukjizat bagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ayat inipun menerangkan dua macam sifat bangsa Yahudi yang pokok. Pertama, mereka sama sekali tidak dapat dipercaya dalam urusan apapun.
Karena mayoritas mereka suka melanggar perjanjian dengan siapa saja, di mana
saja dan kapan saja. Kedua, mayoritas mereka tidak dapat diharapkan mau
beriman kepada Islam. Karena kesesatan dan kedurhakaan telah mendarah daging,
meresap ke dalam jiwa mereka, sehingga mereka tak pernah mampu mengangkat
diri dari kehinaan dan kesesatan. Oleh sebab itu perbuatan melanggar janji bagi mereka tidak merupakan akhlaq
tercela, bahkan sebagai perbuatan yang membanggakan.{mospagebreak}
23. BANGSA YANG PALING SUKA MENGIKUTI KHURAFAT
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:102)
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan di masa
kerajaan Sulaiman, sedang Sulaiman tidak menyihir, tetapi setan-setan itulah
yang menyihir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua Malaikat, Harut dan Marut di Babilonia dan tidaklah mereka mengajarkan
kepada seorang pun sehingga mereka berkata, "Kami ini hanya cobaan, karena
itu jangan kamu belajar sihir". Lalu mereka belajar dari dua Malaikat itu
apa yang mereka dapat menceraikan antara seseorang dengan istrinya. Padahal
mereka tidaklah dapat membahayakan kepada seorang pun dengan sihir itu, kecuali
dengan izin Allah. Dan mereka belajar sesuatu yang membahayakan mereka, dan
yang tidak berguna bagi mereka. Demi, mereka sungguh telah meyakini, bahwa
siapa yang membelinya (sihir), maka baginya tidak ada bagian sedikit pun di akhirat.
Dan alangkah jeleknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui."
Khurafat ialah sesuatu yang dibuat-buat atau dongeng-dongeng yang tidak ada
dasar pembuktian kebenarannya. Termasuk di dalam pengertian khurafat ialah
sihir. Sihir oleh orang-orang Yahudi dianggap sebagai ilmu yang diwariskan
oleh Nabi Sulaiman kepada Ummat manusia. Hal ini disangkal oleh Allah dalam
ayat ini.
Segolongan pendeta Yahudi dengan sikap pura-pura bodoh terhadap
ajaran-ajaran Taurat dengan sengaja melemparkan Kitab suci Taurat, kemudian
mereka mengikuti dan mempraktekkan sihir yang diterimanya dari setan-setan pada
zaman Sulaiman bin Dawud.
Bangsa Yahudi beranggapan bahwa Nabi Sulaimanlah orang pertama yang
mempunyai koleksi buku-buku sihir, kemudian menanam buku-buku tersebut di
bawah singgasana kerajaannya. Kemudian dari tempat inilah Bangsa Yahudi
menukil dan menyebarkan ilmu sihir. Cerita semacam ini jelas merupakan
kebohongan yang dengan sengaja dilontarkan oleh Bangsa Yahudi atas nama Nabi
Sulaiman.
Sihir adalah suatu upaya untuk menipu dan mengelabui mata manusia. Para
ahli sejarah meriwayatkan bahwa ahli-ahli sihir Fir'aun menggunakan air raksa
untuk merubah tali-tali, tongkat-tongkat bergerak laksana ular yang sedang
berjalan sehingga mata orang awam terpedayakan dan mempercayainya apa yang
dilihatnya benar-benar ular. Dari sinilah sebenarnya pangkal tolak sihir dapat
memukau manusia. Sihir dengan bentuk dan kerjanya semacam ini dapat mempunyai
pengaruh untuk menanamkan angan-angan pada diri manusia, sehingga yang
bersangkutan dapat dikendalikan perasaan dan pikirannya.
Bangsa Yahudi dengan keyakinannya yang sesat, bahwa Nabi Sulaiman sebagai
guru sihir telah menjadikan sihir sebagai alat untuk melakukan ke rusakan di
tengah masyarakat. Mereka menggunakan sihir untuk menimbulkan pertengkaran dan
perceraian antara suami istri. Bahkan mereka mempunyai buku petunjuk untuk
menimbulkan rasa kebencian antara suami istri.
Ayat ini dengan tegas menyebutkan bahwa salah satu dari jenis sihir yang
oleh orang Yahudi dipandang sebagai alat ampuh untuk menciptakan malapetaka,
sesungguhnya adalah anggapan yang tidak benar. Sebab seseorang memperoleh
malapetaka hanyalah karena kehendak Allah. Allah telah menetapkan
undang-undang sebab akibat (prima causa) yang tidak dapat dilanggar
ataupun dihapuskan oleh kemauan manusia sendiri, sekalipun dengan cara-cara
sihir. Bangsa Yahudi dengan kepercayaannya kepada sihir yang bisa dijadikan
alat menimbulkan penderitaan dan kesusahan kepada manusia telah menjadi sasaran
kebencian ummat manusia. Sebab orang yang senang menimbulkan penderitaan orang
lain sudah tentu dijauhi oleh masyarakat. Pengalaman kita menyaksikan bahwa
orang-orang yang melakukan pekerjaan sihir mengalami hidup kefakiran dan kehinaan.
Taurat telah melarang Bangsa Yahudi mempelajari sihir. Hukuman yang
dijatuhkan kepada orang-orang yang mengikuti bisikan setan dan dukun sama
dengan hukuman bagi penyembah berhala dan patung.
Perbuatan Bangsa Yahudi mengikuti ajaran-ajaran sihir menunjukkan bahwa
mereka tidak beriman kepada Kitab Taurat. Karena Taurat telah melarangnya.
Begitu pula Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai Nabi yang
telah dijanjikan dalam Kitab Taurat juga telah melarang sihir dan mengajak
mengikuti tuntunan wahyu. Namun, Bangsa Yahudi bahkan mengingkari ajaran wahyu
dan lebih patuh mengikuti para pendeta mereka yang mengajarkan khurafat dan
sihir.{mospagebreak}
24. BANGSA YANG PALING DENGKI TERHADAP NABI MUHAMMAD DAN UMMATNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:105)
"Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak
menginginkan diturunkannya suatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah
menentukan rakhmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah adalah
pemilik karunia yang benar!
Yang dimaksud dengan orang-orang kafir di sini ialah Bangsa Yahudi. Mereka
dikatakan kafir sebab tidak mempunyai sikap sopan santun kepada Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Salah satu dari ketidaksopanan Bangsa Yahudi kepada Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam ialah mengatakan Nabi sebagai orang jahat, padahal beliau
seorang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi rasul dan diberi wahyu pula.
Keberanian Bangsa Yahudi mengucapkan kata-kata yang tidak sopan seperti
tersebut di atas kepada Nabi adalah sebagai sikap kekafiran.
Golongan ahli kitab bersikap dengki kepada Nabi, karena tidak ingin Nabi dan
ummatnya mendapat karunia Allah. Karunia Allah yang terbesar ialah Kitab suci
Al-Qur'an yang merupakan hidayah agung bagi kaum muslimin. Dengan Al-Qur'an
Allah menghimpun dan menyatukan kamu sekalian dalam satu ummat, meluruskan
jalan pikiran kamu, membebaskan kamu dari kesesatan penyembahan berhala dan
meluruskan jiwa kamu untuk berjalan pada garis-garis fitrah.
Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala dengki kepada kamu, ketika mereka
menyaksikan Al-Qur'an turun berangsur-angsur kepada kamu, sehingga kamu
terpimpin pada jalan yang benar dan tumbuh menjadi ummat yang kuat, ummat yang
mampu menyebarluaskan da'wah, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Padahal mereka menginginkan agar kamu mengalami kebinasaan, baik dalam urusan
dunia maupun agama, karena mereka tidak menghendaki tegaknya kebenaran yang kamu
bawa.
Kedengkian Bangsa Yahudi kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan
ummatnya pada hakekatnya menentang dan marah kepada Allah yang memberikan
rahmat tersebut kepada mereka. Menjadikan penerima rahmat sebagai sasaran
kedengkian berarti marah kepada pemberi rahmat itu sendiri. Allah menasihatkan
kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan ummatnya agar tidak merasa
khawatir menghadapi kedengkian Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala karena
kedengkian mereka tidak dapat menutup pintu rahmat Allah. Allah tidaklah
terpengaruh oleh kedengkian manusia. Dia menentukan rahmat-Nya kepada siapa
saja dan kapan saja sesuai dengan kehendakNya. Dialah pemilik tunggal dari
karunia yang berbentuk apa pun. Setiap hamba-Nya menerima karunia-Nya. Karena
itu tidak patut seseorang dengki melihat orang lain memperoleh kebaikan dari
sisi Tuhan-Nya.
Bangsa Yahudi karena tertipu oleh kepercayaan palsunya, yaitu menganggap
diri sebagai putra Tuhan dan sebagai bangsa pilihan, maka mereka merasa marah dan
dengki kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan ummatnya yang mendapatkan
rahmat melimpah dari Allah. Selama Al-Qur'an menjadi pegangan kaum Muslimin,
maka Bangsa Yahudi akan terus berupaya keras merencanakan segala bentuk
penghancuran ummat Islam. Karena dengan Al-Qur'an inilah bangsa Yahudi merasa
ditelanjangi segala cacat celanya dan sekaligus menjadi dasar bagi ummat Islam
membangun dirinya menjadi ummat yang kokoh dan bersih. Maka tidak heran kalau
Bangsa Yahudi terus menerus mengacaukan pengertian-pengertian Al-Qur'an dan
melakukan tipu daya kepada ummat Islam agar tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai
prinsip hidup yang mutlak.{mospagebreak}
25. BANGSA YANG PALING KERAS BERUPAYA MENGKAFIRKAN UMMAT ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah :109-110)
"Kebanyakan ahli Kitab ingin sekali kalau dapat mengembalikan kamu
menjadi kafir sesudah kamu beriman, karena rasa dengki pada diri mereka
sesudah nyata kebenaran pada mereka. Maka maafkan dan biarkanlah sehingga
Allah datangkan perintah-Nya. Sungguh Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu!
"Dan dirikanlah shalat serta berikanlah zakat. Dan apa yang kamu
lakukan untuk dirimu berupa kebaikan, maka kamu akan dapati dia di sisi Allah.
Sungguh Allah Maha Melihat apa saja yang kamu lakukan."
Kebanyakan Pendeta Yahudi tetap secara licik berusaha menjadikan kaum
muslimin ragu-ragu kepada agamanya. Siasat yang mereka lakukan ialah dengan
jalan menyuruh sesama orang Yahudi untuk menyatukan beriman kepada Islam di
pagi hari, tetapi sore harinya kembali kafir. Tujuan siasat ini ialah
melemahkan iman kaum muslimin dan menimbulkan kebingungan, sehingga akhirnya
mereka keluar dari Islam.
Kaum Yahudi maupun Nasrani secara sistematis berusaha memalingkan kaum
muslimin darl ajaran Tauhid dan keimanan kepada Nabi Muhammad, semata-mata
karena rasa dengki kepada Islam. Seandainya mereka mau memberikan nasihat
kepada orang Islam, maka hal itu bukan tumbuh dari hati yang bersih, tetapi
dari jiwa yang jahat dan rasa fanatik kepada kebatilan.
Maka dalam menghadapi upaya licik bangsa Yahudi mengkafirkan ummat Islam
ini, Allah menyuruh kita bersikap tidak memperdulikan segala celaan dan caci
mereka, bahkan bersikap memberi ma'af sampai kelak Allah memberikan perintah untuk
membinasakan mereka.
Dalam sejarah Nabi dan sahabatnya telah terjadi apa yang dinamakan
perintah atau ketetapan Allah terhadap bangsa Yahudi ini, Yahudi Bani Quraidzah
telah menerima hukum pembunuhan massal setelah terjadi perang Ahzab, karena
khianat kepada perjanjian mereka dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Begitu juga Yahudi Bani Nadzir diusir dari kota Madinah, karena khianat dan
membatalkan perjanjian secara sepihak dengan Nabi, dimana mereka membantu kaum
musyrikin Quraysyi menyerbu kota Madinah.
Perintah memberi ma'af dan menunggu keputusan Allah ini menunjukkan bahwa
Allah memerintahkan kaum muslimin waspada terhadap tipu daya Yahudi dan
Nasrani yang berjumlah besar itu tetapi sesat, sedangkan kaum muslimin walaupun
seclikit namun berpotensi lebih kuat, karena membela kebenaran.
Kemudian Allah memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat dan
mengeluarkan zakat. Apa sebab kedua ibadah ini dijadikan sebagai penangkal
menghadapi tipu daya bangsa Yahudi dalam mengkafirkan Islam?
Karena shalat memperkokoh sendi iman, meninggikan kemauan dan mengangkat
jiwa lantaran berdialog dengan Allah, menyatukan hati sesama orang mukmin
ketika shalat jama'ah saling kenal mengenal dalam masjid, yang dengan begini
iman jadi hidup, kepercayaan kepada Allah menjadi kuat dan jiwapun bersih dari
perbuatan-perbuatan kotor baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan lebih
dapat menembus kepada kebenaran, sehingga menjadilah orang-orang yang patut
menang.
Adapun zakat, karena ia dapat menguatkan hubungan antara golongan kaya dan
miskin, sehingga terwujud kesatuan ummat dan menjadi laksana satu tubuh, jika
satu anggota menderita, maka seluruhnya ikut merasa demam dan tidak bisa
tidur.
Sudah menjadi kelaziman Al-Qur'an mengiringkan zakat dan shalat, karena
shalat mengandung perbaikan individu, sedangkan zakat mengandung perbaikan
sosial, lantaran harta adalah saudara kandung jiwa. Barang siapa memberikan
hartanya karena mencari keridhaan Allah, maka ringan hatinya untuk menyerahkan
jiwanya di jalan Allah, guna membela agama-Nya dan meninggikan firman-Nya.
Sesudah Allah jelaskan bahwa shalat dan zakat merupakan sebagian jalan
mencapai kemenangan di dunia, maka diiringi dengan penjelasan bahwa kedua perbuatan
tersebut juga merupakan sebagian jalan mencapai kebahagiaan di akherat.{mospagebreak}
26. BANGSA YANG TIDAK MENGAKUI SAMA SEKALI AGAMA NASRANI
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah :1 13)
"Dan orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak
punya pegangan suatu apapun, dan orang Nasrani berkata, "Orang-orang
Yahudi tidak mempunyai pegangan apapun padahal mereka membaca A1-Kitab".
Begitu pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka
itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat tentang apa
yang mereka perselisihkan."
Menurut riwayat, telah datang kepada Nabi delegasi dari suku Najran yang
beragama Nasrani. Delegasi ini bertemu dengan kaum Yahudi Madinah, kemudian
sempat timbul perdebatan di antara mereka. Isi perdebatan itu antara lain
ialah kaum Yahudi mengatakan bahwa agama Nasrani tidak mempunyai asal usul
yang benar. Sebaliknya kaum Nassrani mengatakan bahwa agama Yahudi tidak punya
asal usul yang benar juga.
Anggapan Bangsa Yahudi bahwa agama Nasrani itu tidak benar menyebabkan
mereka mengingkari kenabian Isa yang datang sebagai penyempurna syari’at Musa.
Sebaliknya kaum Nasrani karma beranggapan agama Yahudi tidak ada asal usul,
maka mereka mengingkari kenabian Musa, padahal Isa pelanjut syari'at Musa.
Perdebatan kaum Yahudi dan kaum Nasrani ini sungguh-sungguh aneh. Karena
mereka sama-sama berpegang pada Kitab suci, yang isinya saling melengkapi satu
dengan lainnya. Kitab Taurat merupakan induk dari Injil, yang juga menjadi
pegangan kaum Nasrani. Sedangkan Kitab Injil pelengkap dari Kitab Taurat, yang
isinya merupakan rincian lebih lanjut dari Kitab Taurat. Di dalam Taurat Nabi
Musa telah memberikan kabar gembira akan datangnya Nabi Isa kepada Bangsa
Yahudi, sedangkan Nabi Isa mengaaskan bahwa dirinya tidak membawa syari'at
baru, tetapi melanjutkan misi Nabi Musa. Dengan demikian perbuatan kaum Yahudi dan
Nasrani ternyata berlawanan dengan Kitab suci mereka masing-masing.
Ucapan kaum Yahudi kepada ummat Nasrani den sebaliknya sama nilainya dengan
ucapan para penyembah berhala yang saling menuduh bahwa orang lain sama sekali
tidak benar. Mereka sating menuduh seperti ini karena memang tidak mempunyai
pegangan iman den pedoman amal shaleh yang otentik. Akibatnya mereka
berpecah-belah den saling berbeda dasar-dasar ajarannya satu dengan yang lain.
Tetapi dengan secara fanatik yang didorong oleh hawa nafsu semata-mata mereka
saling berkeras kepada menuduh yang lain sama sekali tidak benar.
Maka ucapan orang Yahudi dan Nasrani tersebut di atas hanya warisan dari
para penyembah berhala sebelumnya. Oleh karena itu perselisihan Yahudi dan
Nasrani ini akan berlanjut sampai hari Kiamat, sampai saat Allah menegakkan
pengadilan di akherat.{mospagebreak}
27. BANGSA PERTAMA YANG MENYATAKAN ALLAH BERPUTRA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:116)
"Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Allah mengambil
anak". Maha suci Dia. Bahkan milik-Nyalah apa yang ada di langit dan di
bumi. Semuanya tunduk kepada-Nya."
Bangsa Yahudi boleh dikatakan bangsa yang pertama memperoleh Kitab suci
Taurat melalui Nabi Musa as. Tetapi bangsa Yahudi ternyata berkeyakinan bahwa
Uzair adalah anak Allah. Kepercayaan semacam ini adalah kepercayaan yang tumbuh
di kalangan penyembah berhala. Mereka berkeyakinan bahwa malaikat adalah putri
Tuhan. Dengan demikian tidak ada bedanya antara kaum musyrikin yang tidak
menerima kitab suci dengan Bangsa Yahudi yang telah menerima Kitab suci Taurat.
Sebab ternyata kepercayaan yang terlarang, yaitu Allah punya anak, terus
diikuti oleh Bangsa Yahudi walaupun bertentangan dengan Taurat.
Allah Maha suci dari keyakinan sesat ini. Anak adakalanya berasal dari
langit atau dari bumi, padahal Allah sedikit pun tidak sama dengan langit maupun
bumi. Anak muncul sebab dorongan untuk memperoleh pembantu atau teman penolong
dalam kehidupan atau menjadi generasi penerus di hari kemudian. Padahal Allah
sama sekali tidak membutuhkan yang demikian itu.
Allah menegaskan bahwa langit dan bumi adalah milik-Nya. Dialah
penciptanya. Dengan demikian tidak patut punya keyakinan bahwa Allah bernasab
atau punya anak.{mospagebreak}
28. BANGSA YANG MEMBENCI KEBEBASAN BERAGAMA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:120)
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sungguh petunjuk Allah itulah
sebenar-benar petunjuk." Dan jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka sesudah
datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu.„“
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selama ini besar sekali harapannya
kepada ummat Yahudi dan Nasrani untuk beriman kepada Islam. Karena
prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi dengan ajaran para Nabi sebelumnya adalah
sama. Semua Nabi mengajarkan Tauhid kepada Allah, meluruskan segala perbuatan
yang menyalahi fitrah dan membatalkan segala macam doktrin agama yang keliru,
karena pengaruh-pengaruh tradisi.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat prihatin menyaksikan keingkaran
ummat Yahudi dan Nasrani terhadap dakwah Islam padahal jauh sebelumnya mereka
menantikan kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi yang dijanjikan dalam Taurat dan
Injil.
Akan tetapi keprihatinan Nabi ini mendapatkan teguran dari Allah bahwa tidak
perlu Nabi menaruh harapan terhadap Bangsa Yahudi dan ummat Kristen untuk
menjadi ummat Islam. Karena bagi orang Yahudi dan Nasrani punya keyakinan hanya
agama merekalah satu-satunya yang benar. Karena mereka menjadikan agama sebagai
monopoli kebangsaan atau menganggap mereka sebagai kekasih-kekasih Tuhan
sehingga hanya mereka sajalah yang diberi petunjuk kebenaran oleh Tuhan. Karena
keyakinan yang membabi-buta seperti ini, maka mustahil orang Yahudi maupun
Nasrani mau mendengarkan dakwah Islam dengan hati jernih dan pikiran yang
lurus.
Anggapan kaum Yahudi dan Nasrani bahwa merekalah satu-satunya golongan
manusia yang diberi petunjuk oleh Tuhan ke jalan kebenaran dibantah dan
disanggah oleh Allah sendiri. Bahwa petunjuk kebenaran hanyalah Allah turunkan
kepada para Nabi-Nya tidak berdasarkan kebangsaan tertentu atau keturunan
tertentu dan bukan pula menurut hawa nafsu dan selera manusia sendiri
sebagaimana anggapan kaum Yahudi dan Nasrani itu. Jika benar bahwa kaum Yahudi dan
Nasrani sebagai ummat yang terpimpin di jalan kebenaran, mengapa Kitab suci
mereka satu dengan yang lain berbeda, banyak perubahan dan pemalsuan sehingga
sulit ditentukan keasliannya. Selain itu mereka berpecah-belah menjadi puluhan
sekte, sehingga satu sama lain mengkafirkan dan mengaku dirinyalah yang benar.
Dengan demikian kaum Yahudi maupun Nasrani mengalami kebingungan dan
kekacauan, baik dalam bidang aqidah maupun bidang ibadah dan syari'ah.
Dengan adanya kekacauan semacam ini, maka Nabi diperingatkan oleh Allah
agar tidak tergoda oleh keingkaran dan penolakan mereka terhadap dakwah Islam.
Kaum Yahudi dan Nasrani punya prinsip, bahwa mereka hanya mau mengikuti Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dengan syarat Nabi mau mengikuti ajaran-ajaran agama yang
ada pada mereka. Oleh sebab itu Allah pun mengancam kepada Nabi dan ummatnya
agar jangan mengikuti godaan dan rayuan mereka, karena mereka adalah
orang-orang yang gemar memalsukan kebenaran, membuat ajaran-ajaran yang sesat dan
membelokkan ke arah nafsu mereka yang disesuaikan dengan keadaan dan zaman,
maka Allah akan menurunkan azab kepada Nabi dan ummatnya. Allah tidak akan mau
menolong Nabi dan ummatnya, bila mereka ini mengikuti kehendak dan kemauan
kaum Yahudi maupun Nasrani.
Ancaman keras di dalam ayat ini yang pada dhahirnya ditujukan pada Nabi
pada hakekatnya adalah ditujukan pada ummat Islam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dijadikan sebagai obyek titah pada ayat ini adalah untuk memberi
pelajaran kepada kaum muslimin, walaupun sesungguhnya yang dimaksud adalah
ummat Islam itu sendiri. Figur Nabi dijadikan obyek titah adalah untuk
memperingatkan kaum muslimin betapa besar kesalahan mereka kalau mengharapkan
toleransi dari kaum Yahudi dan Nasrani terhadap Islam, karena mereka telah
membabi-buta berkeyakinan bahwa selain agama mereka adalah sesat, sehingga
bagaimanapun kondisi dan situasi serta masa kapan pun kaum Yahudi dan Nasrani
akan tetap memusuhi Islam sebagai suatu agama yang mereka pandang sesat. Maka
seseorang yang beragama Islam hanya mungkin dijadikan teman oleh orang Yahudi
atau Nasrani, kalau orang ini dinilai lemah agamanya atau tidak begitu teguh
berpegang kepada Islam. Dengan kata lain, orang yang mengaku Islam, tetapi
mengabaikan ajaran-ajaran Islam, maka orang seperti inilah yang dijadikan
teman baik oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Sebaliknya seorang Muslim yang teguh
dengan agamanya akan dijadikan sasaran kecaman oleh kaum Yahudi atau Nasrani.
29. BANGSA YANG MEMBENCI AGAMA IBRAHIM
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 130-133)
"Dan tidak ada yang membenci agama Ibrahim kecuali orang-orang yang
menghinakan dirinya sendiri dan sungguh Kami telah pilih dia di dunia ini. Dan
sungguh dia di akherat benar-benar tergolong orang-orang yang shaleh."
130)
"Adakah kamu menyaksikan di kala datang tanda maut kepada Ya'qub,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang akan kamu sembah
sesudahku?" Mereka berkata, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan leluhurmu
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Esa dan kami hanya berserah diri
kepada-Nya' 133)
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun disebabkan Abdullah bin Salam mengajak
dua orang anak saudaranya, Salamah dan Muhajir untuk masuk Islam: katanya,
"Kamu berdua telah mengetahui bahwa Allah berfirman dalam Taurat, 'Sungguh
Aku akan bangkitkan seorang Nabi dari keturunan Ismail bernama Ahmad, barangsiapa
beriman kepadanya, maka ia telah mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa tidak
beriman kepadanya, maka ia telah terkutuk " Lalu Salamah masuk Islam,
tetapi Muhajir tidak mau.
Bangsa Yahudi dengan bangga mengakui bahwa Nabi Ibrahim adalah nenek moyang
mereka. Nabi Ibrahim adalah bapak segala Nabi bani Israil yang mengajak kepada
tauhid dan kepada Islam. Akan tetapi ternyata bangsa Yahudi kemudian menjadi
penyembah berhala dan berkeyakinan bahwa Tuhan punya anak. Jelas keyakinan
serupa ini menyalahi ajaran Nabi Ibrahim dan para Nabi bani Israil.
Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajak mereka kembali kepada
tauhid dan menerima dakwah Islam ternyata mereka ingkar dan mengaku mengikuti
ajaran-ajaran yang mereka warisi dari Nabi Ibrahim. Dengan demikian nyata
sekali bahwa bangsa Yahudi betul-betul manusia kepala batu, karena membenci
dakwah Nabi yang mengajak kepada kemurnian tauhid sebagaimana ajaran Nabi
Ibrahim sendiri.
Ibrahim dibesarkan dalam masyarakat penyembahan berhala dan bintang, namun
Allah memberinya hidayah sehingga ia tetap berjalan pada jalan kebenaran.
Dengan hidayah itu dia dapat mengerti bahwa alam semesta ini diatur dan dikendalikan
oleh Tuhan Maha Pengatur lagi Maha Esa, tempat kembali seluruh makhluk. Dia
berjuang di tengah masyarakatnya untuk memberantas penyembahan berhala dengan
argumentasi yang rasional dan menyanggah kepercayaan Tuhan punya anak seperti
tersebut dalam Al -Qur'an surat keenam ayat 80.
Tetapi kaum Yahudi dan kaum Nasrani yang mengaku dirinya sebagai pewaris
agama Ibrahim ternyata menjadi penyembah berhala dan melanggar wasiat Nabi
Ibrahim untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan menyekutukan Allah dengan
makhluk-Nya. Maka kepada orang Yahudi diminta bukti sejarah adakah mereka
dahulu benar-benar menyaksikan wasiat Nabi Ibrahim kepada anak cucunya yang
membolehkan penyembahan berhala dan menyekutukan Allah? Dengan demikian kalau
sekarang mereka menentang dakwah Nabi Muhammad untuk kembali ke ajaran tauhid dan
menerima Islam, maka jelaslah pada hakekatnya mereka membenci agama Nabi
Ibrahim itu sendiri. Maka pengakuan mereka, bahwa mereka adalah pewaris agama
Nabi Ibrahim dan nabi-nabi bani Israil dahulu adalah semata-mata pengakuan dusta.
Bukti dari kedustaan mereka adalah penolakan mereka terhadap dakwah Islam yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ayat-ayat di atas pada hakekatnya menunjukkan bahwa agama yang dibawa para
Nabi adalah satu. Karena saripati dari ajaran semua Nabi adalah prinsip tauhid dan
jiwa pasrah kepada Allah serta tunduk kepada para Nabi.
Al-Qur'an sebagai mata rantai dari Kitab-kitab samawi sebelumnya mendorong
kepada ummat manusia untuk bersatu dalam agama yang mempunyai prinsip:
a. Bertauhid dan anti
syirik.
b. Pasrah dan taat kepada Allah dalam setiap gerak-geriknya.
Maka orang yang tidak memenuhi prinsip-prinsip di atas berarti bukan
pengikut Nabi Ibrahim, sehingga berarti ia bukan orang yang beragama dengan agama
Allah.
Dewasa ini orang menyebutkan kata "Islam" untuk menggelari
segolongan manusia yang punya ciri-ciri keagamaan dan tradisi yang berbeda dari
golongan manusia lainnya, yang juga digelari dengan berbagai gelar keagamaan
lain, padahal sebagian golongan yang digelari sebutan "Islam" itu
tidak berserah diri dan tidak ikhlas kepada Allah di dalam tingkah laku
perbuatannya bahkan ada yang melakukan perbuatan-perbuatan bid'ah, atau fasik
dengan mempertuhankan hawa nafsunya.
Islam yang diserukan oleh Al-Qur'an itulah Islam yang diseru oleh Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, bukan Islam yang dewasa ini sudah menjadi sebutan populer
itu. Jadi Islam dalam pengertian yang ada dalam ayat ini itulah yang menjadi
agama Nabi Ibrahim, tetapi ternyata kaum Yahudi dan Nasrani membencinya.{mospagebreak}
30. BANGSA YANG PALING RASIALIS DAN APOLOGETIKAllah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 135)
"Dan mereka
berkata, "Jadikanlah kamu orang Yahudi atau orang Nasrani, niscaya kamu
mendapat petunjuk. Katakanlah, "Tidak, melainkan kami mengikuti agama
Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia tergolong orang-orang musyrik."
Kaum Yahudi
menjadikan agama sebagai identitas ras (kebangsaan) dan dijadikannya pula
sebagai dalih yang dipertahankan secara membabi buta, bahwa Yahudi adalah
satu-satunya kebenaran yang diridhai oleh Tuhan.
Akan tetapi Bangsa
Yahudi berkeyakinan bahwa mereka menjadi pengikut Nabi Ibrahim. Sementara itu
Ibrahim jelas bukan bagian dari Yahudi maupun bagian dari Nasrani. Sebab ajaran yang dijalankan oleh Bangsa Yahudi dan
kaum Nasrani bertentangan dengan ajaran Nabi Ibrahim.
Kaum Yahudi dan Nasrani secara historis menyadari bahwa mereka telah sesat
dari ajaran-ajaran Nabi Ibrahim. Maka untuk membuat dalih agar dapat membohongi
manusia, lalu mereka menciptakan keyakinan palsu berupa semboyan "Jadilah
pengikut Yahudi, niscaya engkau akan menjadi orang yang mendapat petunjuk
kebenaran". Semboyan ini pun dikumandangkan pula oleh kaum Nasrani. Dengan
semboyan seperti ini mereka merasa puas dapat mengklaim kebenaran yang mereka
anggap sebagai milik mutlak mereka.
Terhadap kebohongan yang dikumandangkan oleh ummat Yahudi dan Nasrani ini,
maka Al-Quran kemudian mengajukan pertanyaan "Apakah Nabi Ibrahim yang
lahir jauh sebelum adanya agama Yahudi dan Nasrani itu orang yang tidak benar,
padahal kamu wahai Yahudi dan Nasrani mengaku sebagai pewaris dari agama
Ibrahim?". Jelasnya, kamu wahai Yahudi dan Nasrani harus dapat membuktikan
kebenaran historis bahwa Ibrahim pun punya kepercayaan Tuhan berputra dan
membolehkan penyembahan berhala, sebagaimana kini kamu lakukan.
Dengan sanggahan bersifat historis yang telah dikemukakan oleh Al-Qur'an
pada ayat di atas kini membuktikan bahwa sebenarnya Bangsa Yahudi merupakan
golongan manusia yang paling rasialis. Karena cintanya yang membabi buta
kepada kebangsaan (paham Nasionalisme), maka mereka mengklaim Nabi Ibrahim pun
sebagai orang Yahudi. Padahal beliau lahir jauh sebelum adanya Bangsa Yahudi.
Begitu juga Bangsa Yahudi merupakan golongan manusia yang paling suka benar
sendiri, sehingga berani mengklaim bahwa agama Yahudi adalah agama Nabi
Ibrahim juga.
Padahal Nabi Ibrahim tidak menganggap Uzair sebagai putra Allah atau pernah
menyembah patung anak sapi, sedangkan Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa Uzair
putra Allah dan pernah menyembah patung anak sapi. Agama Ibrahim adalah agama
yang bersih dari syirik, tauhidnya murni dan benar-benar agama yang lurus. Dan
orang yang melanjutkan mata rantai agama Ibrahim adalah Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dan orang-orang yang beriman kepadanya.{mospagebreak}
31. BANGSA YANG TIDAK MALU BERSIKAP SOK TAHU
Allah berfirman " (Al-Baqarah : 139-140)
"Katakanlah, "Apakah kamu mendebat kami tentang Allah, padahal
Dia-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Dan bagi kami amal usaha kami dan bagi kamu
amal usaha kamu. Dan hanya kepada-Nyalah kami mengikhlaskan diri! 139)
Atau kamu mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak
keturunannya adalah orang-orang Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, "Apakah
kamu yang lebih tahu ataukah Allah? Dan siapakah yang lebih dzalim dari
orang-orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? Dan
Allah sedikit pun tidak lalai terhadap yang kamu perbuat."
Diriwayatkan, bahwa sebab turun ayat ini ialah karena kaum Yahudi dan
Nasrani berkata, "Seluruh manusia wajib mengikuti agama kami. Karena para
Nabi dulu dari bangsa kami dan syariat pun turun kepada kami. Belum pernah
dikenal Nabi-Nabi dan agama pada Bangsa Arab," Lalu Allah membantah
mereka ini dengan keterangan sebagai berikut:
Apakah kamu mendakwakan bahwa agama yang benar adalah agama Yahudi dan
Nasrani? Dan kamu berkata pula, "Tidak akan dapat masuk syurga selain
orang yang beragama Yahudi dan Nasrani." Dan di waktu lain kamu berkata,
"Jadilah orang Yahudi atau Nasrani supaya kamu memperoleh petunjuk"
Dari manakah datangnya kedekatan Allah kepada kamu yang mengecualikan kami itu?
Padahal Allah itu Tuhan kami dan Tuhan kamu dan Tuhan seru sekalian alam.
Dialah Pencipta dan kamu ini semua adalah ciptaan-Nya. Manusia hanya jadi lebih
dari sesamanya karena amal usahanya. Hasil perbuatannya kembali kepadanya,
yang baik maupun yang buruk. Dan demikian pula perbuatanmu kembali kepada
dirimu sendiri. Kami mengikhlaskan amal kami kepada-Nya dan kami tiada mencari
selain keridhaan-Nya. Sedangkan kamu menggantungkan harapan kepada leluhur-leluhur
yang shaleh dan kamu menyangka mereka nanti bisa menjadi pembelamu di sisi
Tuhanmu, padahal perbuatan-perbuatanmu menyeleweng dari jalan hidup mereka.
Sebab mereka dulu bertaqarrub hanya dengan amal shaleh dan iman yang benar. Karena
itu jadikanlah mereka itu sebagai petunjuk jalan bagimu dan ikutilah jejak
langkah mereka, niscaya kamu dapat memperoleh kemenangan dan kebahagiaan.
Selanjutnya Allah bertanya kepada mereka, "Apakah kamu mengaku menjadi
orang istimewa yang dekat kepada Allah lebih dari kami, kaum muslimin, itu
suatu pengakuan yang berdasar firman Allah, Tuhan kami dan Tuhan kamu, ataukah
kamu mengaku mendapat keistimewaan itu semata-mata karena menjadi orang Yahudi
atau Nasrani, dan Nabi-Nabi dahulu juga beragama Yahudi dan Nasrani?"
Kalau pengakuan itu semata-mata berdasarkan kamu sebagai orang Yahudi dan
Nasrani, maka pengakuanmu itu penuh dusta. Sebab nama Yahudi timbul sesudah
meninggalnya Nabi Musa. Jadi apa dasarnya kamu beranggapan bahwa para Nabi Bani
Israil sampai kepada Nabi Ibrahim adalah beragama Yahudi dan Nasrani, padahal
menurut logika dan sejarah pengakuan itu bohong belaka.?
Oleh sebab Allah berfirman kepada mereka, "Apakah kamu yang lebih tahu
tentang agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan para Nabi Bani Israil ataukah
Allah?" Dengan demikian terbukti bahwa Bangsa Yahudi tidak malu bersikap
sok tahu tentang sejarah Nabi Ibrahim dan pada Nabi Bani Israil, dimana
Nabi-Nabi tersebut mendapatkan kitab suci dari Allah yang isinya bertentangan
jauh dengan praktek kehidupan kaum Yahudi.
Fakta sejarah yang membuktikan kebodohan Bangsa Yahudi terhadap sejarah
para Nabi Bani Israil, terutama Nabi Ibrahim sebagai nenek moyang mereka,
tetapi Bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa Nabi Ibrahim dan para Nabi Bani
Israil sebagai pengikut agama Yahudi, jelas membuktikan bahwa bangsa Yahudi
tidak malu memalsukan sejarah dan tidak punya malu menjadi golongan manusia sok
tahu. Maka mental sok tahu adalah menjadi bagian mental bangsa Yahudi. Karena
itu apapun yang ditulis atau dikatakan oleh orang Yahudi janganlah kita
mempercayai kebenarannya, sebelum kita dapat membuktikan sendiri.{mospagebreak}
32. BANGSA YANG MENGANGGAP DIRINYA PALING PANDAI
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 142)
"Orang-orang bodoh di antara manusia akan berkata, "Apa yang
memalingkan mereka dari kiblat yang dahulu mereka menghadapnya? Katakanlah,
"Milik Allah timur dan barat" Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”
Ketika Nabi pindah ke Madinah, selama masa 16 bulan, kiblat umat Islam
adalah Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis. Masjidil Aqsha adalah kiblat para Nabi
Bani Israil. Bahkan orang Yahudi beranggapan Nabi yang benar-benar menjadi
utusan Allah kiblatnya adalah Masjidil Aqsha.
Akan tetapi Nabi memohon kepada Allah agar dibolehkan menjadikan Masjidil
Haram sebagal kiblatnya. Karena ke tempat inilah Nabi Ibrahim berkiblat.
Permohonan Nabi ini dikabulkan oleh Allah, sehingga menjadilah Ka'bah sebagai
kiblat bagi Rasulullah dan ummat Islam untuk selama-lamanya. Perpindahan kiblat yang dilakukan Rasulullah ini mendapat celaan dan
kritik dari kaum munafiq, Yahudi dan musyrik bangsa Arab. Mereka dengan heran
berkata, "Apakah motif yang mendorong kaum muslimin berpindah kiblat dari
Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram, padahal para Nabi dan Rasul dahulu berkiblat
padanya?"
Pertanyaan dan
cernoohan mereka ini, kemudian Allah perintahkan kepada Rasul-Nya untuk menjawab.
"Segala arah adalah milik Allah". Karena itu hakekat lapangan yang
ada di Baitul Maqdis tidak lebih baik dari hakekat batu-batu yang lain. Yang
tidak ada manfaatnya seperti juga yang lainnya. Begltu juga Ka'bah dan Baitul
Haram. Allah jadikan dia sebagai kiblat bagi manusia hanya untuk menyatukan
mereka dalam ibadah. Tetapi orang-orang yang akalnya rusak menyangka bahwa
kiblat itu merupakan pokok agama dengan melihat batu atau bangunan itu
sendiri. Bahkan hal ini membuat Yahudi sampai berkata, kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, "Kembalilah kepada kiblat kami, nanti kami akan ikut
dan iman kepadamu".
Maksud omongan mereka
ini hanyalah sebagai ujian pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan hinaan
kepada agamanya. Menghadap atau tidak menghadap kiblat itu adalah perbuatan
bukan tanpa dasar, sehingga mereka juga berani berkata, "Sebenarnya dulu
Muhammad benci menghadap kiblat leluhurnya, kemudian sekarang kembali lagi dan
nanti kembali pula pada agama mereka".
Ucapan kaum Yahudi
ini membuktikan bahwa mereka adalah golongan materialis, yaitu golongan manusia
yang hanya semata-mata memperhatikan hal-hal yang formal dan bersifat materi.
Namun Allah menghendaki kaum muslimin sebagai golongan manusia yang bersikap
tengah-tengah, yaitu yang menjadikan hal-hal kebenaran semata-mata sebagai alat
yang mempermudah memahami sesuatu. Karena itu menjadikan Masjidil Haram sebagai
kiblat hanyalah semata-mata bersifat alat untuk menyatukan arah segenap kaum
muslimin di dalam mengerjakan shalat.
Allah menegaskan bahwa kaum muslimin dijadikan saksi di atas segenap umat
manusia. Maksudnya ialah agar kaum muslimin menjadi ummat yang mempelopori
tegaknya kebenaran di tengah-tengah ummat yang lain dan menjadi manusia yang
ideal sehingga dapat memberikan contoh dan memegang amanat dengan baik. Manusia
yang menunaikan amanat dengan baik ialah orang yang dapat menjalankan
kewajiban kepada Tuhannya, baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah, kepada
keluarga dan seluruh ummat manusia.
Akan tetapi Bangsa Yahudi karena kebenciannya kepada kaum muslimin sewaktu
berpindah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, lalu mereka menganggap
kaum muslimin sebagai ummat yang bodoh. Jadi penilaian kaum Yahudi terhadap
kaum muslimin ini semata-mata karena mereka tidak sependapat dengan
perpindahan kiblat tersebut.
Padahal perpindahan kiblat yang Allah perintahkan kepada kaum muslimin di
Madinah itu semata-mata untuk membuktikan dan menguji siapakah yang beriman
teguh dan siapakah yang lemah. Di sini ujian iman yang menjadi tujuan pokok dan
bukannya perpindahan kiblat itu sendiri. Ringkasnya, Allah menguji orang-orang
beriman dengan cara yang dapat membuktikan siapa yang sejati dan siapa yang
ragu. Sehingga orang yang telah mengerti rahasia dan hikmah agama, akan tetap
teguh, tetapi bagi orang-orang yang beragama karena tradisi, tanpa pengertian
akan menjadi bimbang dan ragu.{mospagebreak}
33. BANGSA YANG HANYA MENURUTI KEMAUANNYA SENDIRI
Allah berfirman : (Al-Baqarah : 145)
"Dan sungguh jika kamu bawakan bukti kepada orang-orang yang diberi
kitab mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu tidak akan mengikuti
kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian
yang lainnya. Dan sungguh kalau kamu mengikuti keinginan mereka sesudah datang
kepadamu pengetahuan, sungguh kamu kalau begitu tergolong orang-orang yang
dzalim"
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa kaum Yahudi tetap mengingkari kebenaran
perintah berpindah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Mereka mengingkari kebenaran ini semata-mata
melihat tradisi yang berlaku pada Bangsa Yahudi selama ini. Dengan dasar
tradisi ini mereka mencoba untuk mematahkan argumentasi berupa wahyu yang dibawa
oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Untuk meneguhkan sikap Nabi dan kaum musslimin, maka Allah menjelaskan
sikap Bangsa Yahudi yang keras kepala di dalam mengingkari kebenaran. Oleh
karena itu Allah menjelaskan bahwa sekalipun Nabi dan kaum muslimin membeberkan
semua keterangan dan argumennya kepada kaum Yahudi, mereka tetap tidak akan mau
mengikutinya. Bahkan di antara kaum Yahudi dan Nasrani sendiri saling
berselisih soal kiblat.
Ummat Yahudi tetap pada kiblat mereka, tidak mau menghadap ke timur dan ummat Nasrani pun tetap
pada kiblat mereka, tidak mau menghadap ke barat. Berhubung masing-masing
golongan berpegang kepada tuntunannya sendiri, tidak peduli benar atau batil,
tidak mau lagi melihat pada hujjah dan keterangan. Karena taklid telah membutakan
hatinya, sehingga tidak mau mencari apa faedah yang terkandung di dalamnya dan
tidak mau pula untuk membandingkan dengan yang lain, guna mengikuti mana
perkara yang baik dan lebih besar faedahnya.
Ayat tersebut bermaksud bahwa tidak patut seorang mukmin berpikir mengikuti
kemauan suatu kaum, karena ingin menyenangkan hati mereka, karena kebenaran
punya kebenaran sendiri. Maka barang siapa menyimpang daripadanya dan
mengikuti golongan penganut hawa nafsu demi mendapatkan keuntungan atau menghindari
kerugian materi, maka ia telah dzalim terhadap dirinya sendiri dan terhadap
orang-orang yang menempuh jalan sesat ini.
Jika ancaman ini ditujukan kepada orang yang paling tinggi derajatnya di
sisi Tuhannya, kalau ia berani mengikuti hawa nafsunya, demi mendapat simpati
orang banyak dengan mengikuti perbuatan batil mereka, maka bagaimanakah
perkiraan saudara, kalau orang lain yang mengikuti kemauan orang banyak dan
hawa nafsunya yang melanggar agama Allah? Karena itu hendaknya orang-orang
mukmin mengerti bahwa mengikuti hawa nafsu manusia sekalipun maksudnya baik
adalah perbuatan dzalim yang besar, yang tidak ada bandingannya dengan yang
lain, sekalipun diandaikan yang melakukan itu seseorang yang paling mulia
derajatnya di sisi Allah (Nabi dan Rasul), maka tetap Allah catat sebagai
kedzaliman.
Karena itu, bagaimana jadinya terhadap orang yang bukan tergolong dekat
kedudukannya dengan Tuhannya?
Tidak bimbang lagi, bahwa seorang mukmin wajib mendengarkan ancaman ini dan
yang seumpamanya agar berpikir panjang dan memperhatikan keadaan kaum muslimin
dewasa ini dan bagaimana dengan keadaan para ulama yang mengikuti kemauan
masyarakat dalam perbuatan bid'ah dan kesesatan, padahal mereka tahu kalau
perbuatan-perbuatan itu jauh dari ajaran agama. Mereka tidak merasa takut
kepada larangan Allah, ancaman-Nya yang keras dan tegah-tegahan-Nya yang
menjadikan gunung-gunung tunduk ketakutan.
Dan yang sangat mengherankan lagi ialah mereka tunduk kepada hawa nafsu
para raja dan penguasa, sehingga mereka berani menyusun macam-macam helah dan
fatwa demi memenuhi keinginan raja-raja dan penguasa tersebut. Dan dengan fatwa-fatwa
itu mereka dapat memenuhi dan mengikuti hawa nafsu mereka.{mospagebreak}
34. BANGSA YANG PALING MENGENAL CIRI NABI
MUHAMMAD TAPI MENGINGKARINYA
Allah berfirman : (Al-Baqarah : 146)
"Orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab mengenalnya (Muhammad)
seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sungguh segolongan di
antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui."
Dalam ayat ini seolah-olah Allah berfirman, "Mereka. itu mengenal
Muhammad dengan sungguh-sungguh, karena mereka telah memperoleh penjelasan
dari kitab-kitab suci mereka". Di dalam kitab-kitab suci ini secara
terperinci dijelaskan segala sifat dan tabiat Nabi yang akan datang, sehingga
mereka mengenal ciri-ciri Nabi Muhammad seperti mereka mengenal ciri-ciri anak
mereka, sehingga tidak satu pun ciri anak-anaknya itu yang luput dari
perhatiannya.
Abdullah bin Salam, seorang Pendeta Yahudi yang kemudian masuk Islam sampai
berkata, "Aku lebih banyak mengenalnya (Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)
daripada mengenal anakku sendiri". Lalu Umar bertanya, "Mengapa".
Dia menjawab, "Karena aku tidak ragu-ragu lagi bahwa Muhammad seorang
Nabi. Adapun anakku boleh jadi ibunya menyeleweng". Lalu Umar mencium
kepalanya. Demikianlah pengakuan salah seorang Pendeta Yahudi
yang mendapat hidayah Allah. Juga sama dengan pengakuan Tamim Ad Daar, seorang bekas Pendeta Nasrani.
Walaupun kaum Yahudi mendapatkan fakta-fakta sifat Nabi Muhammad itu ada
di dalam kitab-kitab suci mereka, namun golongan dari kaum Pendeta mereka
mengingkari dan merahasiakan fakta kebenaran tersebut. Hanya sedikit dari
golongan Pendeta Yahudi yang dengan jujur mengakui kebenaran dan beriman kepada
Nabi Muhammad. Sedangkan mayoritas mereka tetap ingkar kepada Nabi, karena
sikap taklid dan kebodohan para pemimpin mereka.
Karena itu pada ayat 147 QS. Al-Baqarah Allah memperingatkan kaum muslimin
agar jangan mengikuti kata-kata kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka selalu
mengingkari kebenaran Ilahi. Kaum Yahudi dan Nasrani lebih dikuasai oleh sikap fanatik dan sentimen
golongan, sehingga selalu apriori terhadap segala argumen dan keterangan yang
datang dari orang lain.{mospagebreak}
35. BANGSA YANG DIKUTUK ALLAH KARENA MERAHASIAKAN KEBENARAN
Allah berfirman : (Al-Baqarah : 159)
"Sungguh orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
bukti-bukti kebenaran dan petunjuk sesudah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam Al-Kitab, mereka itulah orang yang dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh
orang-orang yang melaknat."
Ayat ini menjelaskan bahwa ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani telah
merahasiakan hal-ihwal agama Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam yang telah tertulis dalam Taurat dan
Injil. Di dalam kedua Kitab suci ini dijelaskan bahwa ahli kitab yang
merahasiakan kebenaran yang menerangkan ciri dan sifat Nabi Muhammad adalah
orang-orang yang berhak mendapatkan laknat dari Allah. Disamping itu iapun
mendapatkan kutukan dari para malaikat dan segenap manusia. Lebih jauh Al-Qur’an
menjelaskan mengenai sebab-sebab kaum Yahudi mendapat laknat Allah sebagaimana
tercantum dalam surat Al-Maidah ayat 77-82. Garis besar
isinya adalah sebagai berikut:
a. membuat aturan agama secara berlebih-lebihan;
b. mengikuti dorongan berbuat sesat;
c. gemar berbuat dosa;
d. tidak mau menegur temannya yang berbuat dosa;
e. menjadikan orang-orang yang kafir kepada Allah sebagai pimpinan dan
anutannya;
f. mayoritas masyarakat Yahudi bermental rusak;
g. sangat antipati terhadap Islam.
Akibat perbuatan-perbuatan seperti
di atas, maka seluruh kaum Yahudi mendapat laknat dari Allah. (saya
kira tidak semuanya lho, mas)
Pada hakekatnya ayat di atas adalah merupakan
ketentuan umum yang mencakup semua ummat manusia, yaitu setiap orang yang
merahasiakan ke benaran kepada orang lain atau menyembunyikan ilmu yang diketahuinya
akan mendapat laknat Allah.
Ayat inipun memberikan pelajaran, bahwa orang yang melihat seseorang atau
masyarakat melanggar ketentuan-ketentuan Allah di depan matanya,
atau melihat seseorang dengan terang-terangan merusak agama atau
menyebarluaskan bid'ah, perbuatan-perbuatan sesat, tetapi ia berdiam diri dan
tidak berjuang untuk melawannya, dengan lisan ataupun tulisan, maka orang
seperti ini juga mendapatkan laknat Allah. Ringkasnya setiap orang beriman
yang membiarkan merajalelanya kemungkaran, akan mendapat laknat Allah
sebagaimana dialami oleh kaum Yahudi.{mospagebreak}
36. BANGSA YANG PALING FANATIK TERHADAP TRADISI DAN LELUHURNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 170)
"Dan bila kepada mereka dikatakan, "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah". Mereka menjawab, "Tidak, tetapi kami mengikuti
apa yang kami dapatkan dari leluhur kami". Apakah mereka akan mengikuti
juga sekalipun leluhur mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak
mendapat petunjuk?"
Sebagaimana tersebut
dalam peristiwa perpindahan kiblat, yang tercantum pada QS. Al Baqarah 192,
bahwa kaum Yahudi mengingkari kebenaran perintah Allah untuk berpindah kiblat
ke Ka'bah. Penolakan mereka ini semata-mata beralasan kepada tradisi leluhur
mereka.
Kemudian di dalam
ayat ini Allah menjelaskan bahwa, golongan musyrik, termasuk kaum Yahudi ini
apabila menerima ajakan untuk mengikuti wahyu-wahyu Ilahi, mereka selalu
menolak. Alasannya ialah, bahwa mereka tetap mengikuti langkah-langkah nenek
moyang dan tradisi leluhur. Mereka selalu bersikap membeo dan taklid. Kata-kata
populer yang selalu mereka jadikan pegangan; "Kami selama ini hanya mengenal
ajaran yang diwariskan para leluhur dan para pemimpin kami yang
terpandang."
Ungkapan-ungkapan dan
kata-kata semacam ini selalu kita dapatkan pada segolongan manusia yang menolak
seruan-seruan untuk berpegang kepada firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Dalam ayat ini
diberikan peringatan kepada bangsa Yahudi dan golongan manusia sejenisnya, yaitu
apakah mereka patut mengikuti tradisi leluhur di dalam segala bidang, sekalipun
mereka dahulu sesat aqidah dan ibadahnya? Patutkah mereka menolak dalil yang
masuk akal dan ibadahnya? Patutkah mereka menolak dalil yang masuk akal dan
firman-firman Tuhan yang menerangkan masalah aqidah dan ibadah?
Kepada golongan
musyrik dan bangsa Yahudi yang bersikap fanatik terhadap warisan leluhur dikatakan
sebagai perbuatan mengikuti langkah setan. Padahal sebenarnya yang mereka ikuti
adalah tingkah laku para pemimpin mereka yang menganjurkan pelestarian warisan
leluhur dan tradisi nenek moyang. Ini berarti bahwa taklid kepada peninggalan
leluhur adalah merupakan perbuatan setan itu sendiri. Dengan demikian bangsa
Yahudi yang fanatik terhadap tradisi dan leluhurnya adalah pengikut-pengikut
setan.{mospagebreak}
37. BANGSA YANG MENGANGGAP DAGANG DAN RIBA SAMA SAJA
Allah berfirman : (QS. Al Baqarah : 275)
"Orang-orang yang memakan riba, mereka tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang-orang yang gila kesurupan setan. Demikian itu karena
mereka telah berkata, "Berdagang
itu sesungguhnya sama dengan riba". Padahal Allah menghalalkan berdagang
dan menghalalkan riba. Maka barangsiapa mau berhenti setelah datangnya nasihat
ini dari Tuhannya kepadanya, maka baginyalah apa yang sudah lalu dan
perkaranya terserah kepada Allah. Tetapi barangsiapa yang mengulang kembali,
maka merekalah penghuni neraka. Mereka akan kekal di dalamnya.
Bangsa Yahudi menghalalkan riba, karena beranggapan bahwa keuntungan
dengan berjual-beli dan keuntungan membungakan uang sama saja. Mereka
beranggapan, kalau menjual barang dengan harga Rp. 10,-- kontan, kemudian kalau
dengan kredit Rp. 15,-- atau Rp. 20,-- dibolehkan, maka sebenarnya meminjamkan
uang dengan bungapun juga dibolehkan. Menurut mereka selisih bunga dalam
kredit sesuatu barang adalah karena pengunduran waktu. Jika pengunduran waktu
semacam ini boleh dijadikan alasan untuk menaikkan harga barang, maka mengapa
meminjamkan uang dengan bunga tidak boleh?
Pendirian mereka semacam ini sebenarnya adalah berdasarkan pikiran
analogis yang salah. Kesalahannya ialah bahwa di dalam pembungaan uang secara
otomatis merugikan satu pihak. Sedangkan dalam jual-beli (berdagang) pembeli
dan penjual sama-sama menghadapi barangnya yang nyata, baik manfaat yang dapat
dirasakan seketika itu ataupun pemikiran untuk selama-lamanya.
Misalnya orang yang membeli gandum, maka ia membeli untuk dimakan atau
diperdagangkan lagi, dan bukan untuk dibuang ke tanah. Dan harga barang yang
dibeli hanyalah dilakukan antara pembeli dan penjual berdasarkan kemauan bebas
dan dengan kerelaan. Adapun riba berarti memberikan beberapa rupiah kepada
peminjam, kemudian mengambilnya kembali berlipat ganda pada waktu yang lain.
Apa yang diambilnya dari peminjam lebih dari pokok pinjaman bukanlah sebagai
penukaran atau imbalan dari nilai barang atau kerja, tidak diambil atas dasar
kerelaan dan kemauan bebas, tetapi dengan paksa dan kebencian.
Jual beli sebagai sarana untuk mendapatkan sesuatu yang akan dimiliki
dilakukan oleh seseorang dengan pilihan dan kemauan bebas serta adanya
kemerdekaan tawar-menawar. Dengan demikian dalam jual beli tidak ada sifat
pemaksaan sepihak. Sebab
jual beli yang dilakukan dengan cara paksaan adalah tidak syah. Hal ini jauh berbeda dengan riba. Selain tidak ada
kemerdekaan dan kebebasan pilihan pada pihak yang harus membayar bunga, pada
pihak pemberi pinjaman tidak mengalami resiko bila terjadi sesuatu yang
merugikan. Bahkan pemberi pinjaman selalu bertambah keuntungannya sedangkan
peminjam bertambah berat menanggung bunga uang.
Memperhatikan cara berpikir bangsa Yahudi yang menganggap dagang dan riba
sama saja menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakter lintah darat dan pemeras
serta jauh dari perasaan belas kasihan kepada orang yang lemah. Maka dunia perdagangan
bila dikuasai oleh bangsa Yahudi niscaya akan menimbulkan malapetaka bagi
urnmat manusia seluruh dunia. Bukti yang konkret pada zaman modern ini ialah
bencana yang menimpa negara-negara berkembang akibat yang dililit hutang akibat
pinjaman yang berbunga dari Bank-Bank milik Yahudi di Amerika dan di Eropa
Barat.{mospagebreak}
38. BANGSA YANG MENJADIKAN AG SEBAGAI ALAT KEBOHONGAN
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 23-24)
"Tidakkah Engkau melihat orang-orang yang
telah diberi bagian dari Kitab suci, mereka diajak kepada kitab Allah untuk
memisahkan di antara mereka, kemudian segolongan mereka berpaling seraya
mereka mengingkari." 23)
Demikian itu, karena mereka telah berkata, "Tidaklah api neraka akan
menyentuh kami kecuali beberapa hari tertentu. Dan mereka telah terpedaya dalam
agama mereka karena dusta yang mereka adakan."24)
Bangsa Yahudi sering berhakim kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dengan niat untuk memalukan keputusan-keputusan yang ditetapkan beliau kepada
mereka. Tetapi kalau putusan itu di luar yang mereka inginkan, lalu mereka
menolaknya dan pergi meninggalkan Nabi. Pernah sekelompok orang Yahudi
terkemuka berbuat zina. Kemudian mereka datang kepada Nabi untuk minta
pengadilan. Lalu Nabi menetapkan hukumannya sesuai dengan kitab suci mereka. Namun ternyata menolak, sebab motif mereka datang
kepada Nabi adalah untuk mendapatkan hukuman yang lebih ringan daripada yang
ada di dalam kitab suci mereka.
Sekelompok pemuka Yahudi yang selama ini mengaku berpegang teguh pada kitab
suci mereka, sehingga menolak kehadiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan
mengingkari kitab suci Al Qur'an, ternyata pada saat menerima keputusan hukum
sebagaimana bunyi ketentuan kitab suci mereka sendiri juga mereka tolak.
Mereka sebenarnya selalu ragu-ragu terhadap agama mereka sendiri, akan tetapi
pada saat mereka mengingkari kerasulan Muhammad dan Kitab Al-Qur'an, mereka jadikan
kitab suci mereka sebagai kedok untuk membenarkan kekufuran mereka itu.
Sebagian dari kaum Yahudi mempunyai keyakinan, walaupun mereka berbuat
dosa apapun, namun hanyalah sementara saja mengalami siksa neraka di akhirat.
Anggapan yang menganggap ringan adanya siksa neraka dan memandang kecil
terhadap ancaman atas dosa-dosa yang mereka lakukan karena merasa punya
hubungan darah dengan para Nabi mereka. Jadi mereka berani berbohong atas nama
agama, yaitu sebagai keluarga dari para Nabi mendapatkan suatu perlakuan
istimewa di sisi Allah.
Orang-orang yang menganggap kecil ancaman Allah,
karena beranggapan tidak akan turun ancaman itu kepada orang yang semestinya
dikenai hukuman, akan mengakibatkan orang seperti itu menyepelekkan
perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Sebab itu ia tanpa peduli
melanggar kehormatan agama, menganggap remeh pemenuhan kewajiban. Demikianlah
keadaan semua ummat ketika mereka berani durhaka kepada agamanya dan tidak
memperdulikan perbuatan-perbuatan dosa. Hal
ini telah terjadi pada bangsa Yahudi dan ummat Nasrani kemudian ummat Islam.
Karena kebanyakan ummat Islam dewasa ini punya anggapan bahwa seorang muslim sekalipun
berbuat dosa-dosa besar dan keji, mungkin ia akan mendapat syafaat atau selamat
dengan membayar kafarat atau mungkin akan dimaafkan dan diampuni oleh Allah,
karena karunia dan kebaikan Allah. Dan jika dosanya itu akan menerima siksa,
maka siksanya sebentar. Kemudian keluar dari neraka masuk syurga. Sedangkan
orang-orang yang beragama lain akan kekal di dalam neraka, sekalipun mereka
berbuat baik atau berbuat dosa.
Bangsa Yahudi yang terlanjur punya doktrin sebagai kekasih Tuhan dan
manusia pilihan dengan sangat berani mengadakan kebohongan-kebohongan yang
diatasnamakan ajaran agama. Doktrin-doktrin mereka yang mereka pandang sebagai
ajaran agama adalah sebagai berikut:
a. merasa menjadi anak Tuhan dan kekasihnya;
b. manusia yang mendapat perlakuan istimewa di sisi Allah karena nenek
moyangnya banyak yang menjadi Nabi;
c. bahwa Allah berjanji kepada mereka untuk tidak menyiksa keturunan Nabi
Ya'qub kecuali hanya sebentar saja.
Semua doktrin ini tidak satu pun dapat mereka buktikan sebagai ketentuan
yang tercantum di dalam kitab suci mereka. Sebab itu mereka kemudian berusaha
untuk memasukkan hal-hal tersebut ke dalam keyakinan mereka dalam
dongeng-dongeng. Oleh karena itu kalau kita tuntut supaya mereka menunjukkan
adanya firman Tuhan di dalam kitab suci mereka mengenai hal-hal tersebut,
muncullah kebohongan-kebohongan mereka. Soal siksa misalnya adalah suatu
masalah yang tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal manusia. Karena soal ini bersifat ghaib. Dengan demikian mereka harus dapat menunjukkan
adanya wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa siksa neraka bagi bangsa Yahudi
hanyalah beberapa hari saja. Karena wahyu semacam ini tidak ada, jelaslah
bahwa doktrin-doktrin agama yang mereka percayai di atas adalah suatu
kebohongan.{mospagebreak}
39. BANGSA YANG TERLARANG BAGI KAUM MUKMININ UNTUK BERSETIA KAWAN
Allah berfirman: (QS. Ali -Imran : 28)
"Dan janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir
sebagai teman-teman lebih dari orang-orang beriman. Dan barangsiapa berbuat
demikian, maka tidaklah ada (perlindungan) dari Allah sedikit pun. Kecuali
karena kamu takut betul-betul (gangguan) dari mereka. Dan Allah mengancam kamu
dengan diri-Nya dan kepada Allah tempat kembal i."
Ahli-ahli sejarah telah meriwayatkan bahwa sebagian orang yang tadinya
masuk Islam terkecoh oleh kegagalan dan kekuatan orang-orang kafir ke mudian
mereka meninggalkan Islam dan memihak mereka. Soal seperti ini tidaklah aneh.
Bahkan sesuatu yang sudah menjacli tabiat manusia.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, "Adalah Hajjaj bin
Amr dan Ibnu Abil Huqaiqu dan Qais Ibnu Zaid, semuanya orang Yahudi berteman
karib dengan beberapa orang Anshar. Mereka ini suka mengganggu agama
orang-orang Anshar itu. Lalu Rifaah bin Mundair ini berkata, "Jauhilah
orang-orang Yahudi itu. Tetapi beberapa orang Anshar enggan, bahkan tetap
berteman karib dengan mereka, orang-orang Yahudi itu." Lalu turunlah ayat
ini.
Ayat di atas maksudnya, janganlah orang-orang beriman memuliakan
orang-orang kafir, lalu menyampaikan rahasia-rahasia tertentu dalam soal-soal
agama kepada, mereka dan mendahulukan kepentingan mereka daripada kaum
mukminin. Karena perbuatan seperti ini berarti mengutamakan mereka dan
menyokong kekafiran, serta mengabaikan keimanan.
Ringkasnya, orang-orang mukminin dilarang mcnjadikan orang-orang kafir
sebagai teman dekat atau pimpinan, karena hubungan keluarga atau persahabatan
jahiliyah atau karena tetangga atau hubungan pergaulan lain-lainnya. Tetapi
seharusnya orang-orang mukmin memperhatikan apa yang menjadi perintah Islam
seperti mencintai dan membenci semata-mata haruslah berdasarkan pertimbangan
agama. Berdasarkan pertimbangan inilah maka memilih teman dekat sesama orang
beriman lebih menjadikan baik kepentingan agama mereka daripada berteman karib
dengan orang-orang kafir.
Tetapi jika hubungan teman karib dan kawan perjanjian itu untuk kepentingan
bersama kaum muslimin, maka tidak ada salahnya. Sebab Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam pernah mengadakan perjanjian persahabatan dengan suku Khuza'ah yang
masih musyrik. Begitu pula tidak salah seorang muslim percaya dan berhubungan baik
dengan orang-orang bukan Islam dalam urusan keduniaan.
Akan tetapi bila dalam keadaan tertentu yang mengharuskan kaum mukminin
untuk mengambil golongan kafir sebagai teman kerja sama, maka hal ini
dibolehkan.
Jika menjadikan mereka sebagai teman itu dibolehkan, karena adanya bahaya,
maka adalah lebih utama membolehkan mengambil mereka sebagai teman dekat di
dalam urusan yang menguntungkan ummat Islam. Jadi tidak ada salahnya suatu
negara Islam, bila mengadakan perjanjian persahabatan dengan negara non-Islam
bila membawa keuntungan yang lebih baik, mungkin untuk menolak bahaya atau
memperoleh keuntungan. Tetapi tidak boleh mengadakan perjanjian persahabatan di
dalam sesuatu hal yang merugikan ummat Islam. Kebolehan ini tidak hanya
terbatas ketika keadaan lemah, tetapi berlaku pada segala waktu.{mospagebreak}
40. BANGSA YANG PERTAMA-TAMA MERENCANAKAN PEMBUNUHAN ISA AS
Allah berfirman : (QS. Ali Imran : 52-54)
"Maka tatkala Isa merasakan kekufuran mereka, lalu ia berkata,
"Siapakah menjadi pembelaku di jalan Allah?" Lalu orang-orang Hawari berkata, "Kami adalah penolong-penolong
Allah. Kami beriman kepada Allah. Dan saksikanlah, bahwa kami sungguh-sungguh
orang-orang yang berserah diri." 52)
"Wahai Tuhan kami, kami beriman kepada yang Engkau turunkan. Dan kami
mengikuti Rasul. Maka catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan! 53)
"Dan mereka memperdayakan, tetapi Allah juga memperdayakan. Dan Allah sebaik-baik (pembalas) orang-orang yang memperdayakan."
54)
Tatkala Islam
mengetahui bangsa Yahudi tetap bersikap kafir, bermaksud menganiayanya, dan memang
orang-orang Yahudi sering kali menganiaya beliau, mengejek dan mencemoohkannya.
Kepada Isa mereka berkata, "Cobalah engkau terangkan si fulan tadi malam
makan apa atau ia menyimpan apa di rumahnya besok pagi?" Bila pertanyaan
ini dijawab oleh Nabi Isa dengan tepat, mereka pun tetap mengejeknya. Lebih
daripada itu bangsa Yahudi bermaksud membunuh beliau. Karena itu beliau lalu
menjadi takut dan bersembunyi, sehingga beliau dan ibunya pergi mengembara
meninggalkan kampung halamannya.
Di saat Nabi Isa
dalam pengejaran bangsa Yahudi ini, ia kemudian berkata kepada para sahabatnya,
"Siapakah yang bersedia menyerahkan jiwanya karena Allah untuk membela
diriku mengikuti jejakku meninggalkan jejak masyarakat yang tidak baik
kemudian mau membela para Rasul Allah? Seruan Nabi Isa ini mendapat jawaban
dari murid-muridnya yang dinamakan kaum Hawari. Para
sahabat beliau ini berkata, "Kamilah penolong agama Allah, pejuang yang
rela berkorban memperkokoh dakwahmu, sahabatnya yang setia mengikuti ajaranmu
dan meninggalkan sikap membeo kepada para leluhur.
Kaum Yahudi berupaya
dengan segenap tenaga dan mengatur segala tipu daya untuk dapat mernbunuh Nabi
Isa. Karena itu mereka menugaskan seseorang untuk membunuh dan merayu Nabi Isa
agar beliau mau datang ke suatu tempat yang mereka katakan sebagai tempat
perlindungan, sehingga di tempat itu Nabi Isa dapat dibunuh. Tetapi tipu daya
mereka ini gagal. Sebab di saat mereka datang menggerebek tempat persembunyian
Nabi Isa dengan tiba-tiba Nabi Isa diangkat oleh Allah ke langit, lalu
dimunculkan seorang dengan wajah mirip Nabi Isa, sehingga orang inilah yang
kemudian mereka bunuh.
Bangsa Yahudi bukan
hanya menjadi orang pertama yang berusaha untuk melenyapkan Nabi Isa dari
permukaan bumi, tetapi juga mereka merupakan bangsa yang pertama membunuh
Nabi-Nabi sebelumnya.{mospagebreak}
41. BANGSA YANG PALING SENANG MEMBUAT SIASAT KERAGU-RAGUAN
Allah berfirman (QS. Ali-Imran : 72 - 73)
"Segolongan (lain) dari ahli kitab berkata (kepada sesamanya),
"Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan
kepada orang-orang beriman pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya,
supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada keingkaran)". "Dan
janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamanya.
Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk
Allah, dan (janganlah) kamu percaya bahwa akan diberikan kepada seseorang
seperti apa yang diberikan kepadamu, dan bahwa mereka akan menyalahkan hujjahmu
di sisimu". Katakanlah, "sesungguhnya karunia di tangan Allah, Allah
memberikan karunia-Nya kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan Allah Maha
luas pemberian-Nya dan Maha Mengetahui 73).
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari lbnu Abbas, katanya, "Abdullah bin Shaib
dan Adi bin Zain serta Haris bin Auf saling berkata satu sama lain,
"Marilah di waktu pagi kita beriman kepada ajaran yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya, tetapi di waktu sore kita kembali kafir,
supaya mereka bingung terhadap agama mereka, mudah-mudahan mereka akan berbuat
seperti yang kita perbuat sehingga mereka dapat kembali menjadi kafir:' Lalu
Allah menurunkan ayat mengenai perangai mereka itu, ayat 72 ini.
Sasaran golongan ini ialah merusak manusia, sehingga mereka (sahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam) berkata, "Sekiranya mereka hendak melihat kebathilan
Islam, tentu mereka tidak akan keluar sesudah menjadi orang Islam. Karena
tidak masuk akal seseorang yang telah mengetahui kebenaran lalu meninggalkan
kebenaran tanpa sebab. Lebih-lebih lagi mereka sampai mengeluarkan pernyataan
bahkan berani berbuat yang demikian".
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, katanya, "Orang-orang Yahudi
shalat shubuh bersama Nabi, tetapi sore hari mereka kafir karena ingin berbuat
tipu daya, supaya manusia bisa melihat, bahwa mereka telah mengetahui kesesatan
agama Islam setelah mereka mengikutinya."
Tidak aneh bila segolongan di antara mereka menggunakan tipu daya seperti
itu, karena mereka tahu, salah satu tanda kebenaran ialah orang yang sudah
mengetahuinya tidak mau melepaskannya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
pernyataan Heraclius, raja Romawi kepada Abu Sufyan pada waktu ia masih kafir,
ketika ia bertanya tentang hal-ihwal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam pada waktu beliau berseru kepada agama Islam. "Adakah orang yang
keluar dari agama itu setelah ia memasukinya ?" Jawab Abu Sufyan,
"Tidak ada".
Allah telah memperingatkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan tipu
daya mereka, memberitahukan rahasia mereka, supaya tipu daya itu tidak
mempengaruhi hati orang-orang mukmin yang lemah. Dan perbuatan mereka yang keji
itu belum pernah ada orang lain yang melakukan sebelumnya, sehingga peringatan
itu menjadi penangkal bagi mereka.
Ayat tersebut di atas berisikan berita ghaib yang merupakan mukjizat kepada
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sikap kaum Yahudi terhadap kebenaran sangat rasialis sekali. Para pemimpin
Yahudi memerintahkan kepada masyarakatnya. "Janganlah kamu percaya kepada siapapun
kecuali orang-orang yang seagama dengan kamu". Pernyataan seperti ini menunjukkan
adanya keyakinan mereka bahwa orang yang bisa menjadi Nabi atau Rasul Allah
dari kalangan bangsa Yahudi. Bahkan mereka bersikap berlebih-lebihan dan
menghinakan golongan-golongan lain. Mereka berkeyakinan hanya yang keluar dari
merekalah yang baik, sedang yang keluar dari golongan lain pasti buruk.
Ringkas kata, janganlah kamu beriman secara formal itu, yang di waktu
siang datang kepadamu menyatakan kepadamu menyatakan beriman. Tetapi
berimanlah seperti orang yang mengikuti agama kamu sejak awal mulanya. Mereka
yang beriman secara formal yaitu sebagian orang Yahudi yang masuk Islam dengan
tujuan untuk keluar kembali. Mereka bersuka cita dan penuh semangat keluar
dari Islam. Dan sebaliknya penuh kemarahan dan kebencian terhadap keislaman
mereka dahulu.
Dari ayat di atas dengan jelas dilukiskan betapa hebatnya kaum Yahudi
menggunakan siasat rasa ragu-ragu terhadap kebenaran Islam, sehingga dapat
mengelabuhi mata ummat manusia untuk melihat kebenaran Islam. Karena itu
adanya tehnik menimbulkan keraguan terhadap kebenaran Islam yang digunakan oleh
sarjana Barat (kaum Orientalis) ataupun musuh-musuh Islam lainnya, seluruhnya
bersumber dari cara-cara bangsa Yahudi ini.{mospagebreak}
42. BANGSA YANG SUKA MENGINGKARI AMANAH ORANG
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 75)
"Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu, dan di antara mereka ada orang yang
jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang sedikit, tidak dikembalikannya
kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu karena mereka
mengatakan, "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang Arab".
Mereka berdusta atas nama Allah, padahal mereka mengetahui."
Segolongan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) berusaha memperdayakan ummat Islam,
agar mereka keluar dari agama Islam. Dan segolongan lagi berani menghalalkan
memakan harta orang Islam dan orang lain secara bathil, karena beranggapan
perbuatan tersebut tidak dilarang oleh agama mereka, kecuali kalau dilakukan
secara khianat terhadap sesama Bani Israil.
Ringkasnya, Ahli Kitab ini terbagi 2 golongan:
a. Yang bersikap amanat terhadap harta yang banyak maupun sedikit.
Contohnya, Abdullah bin Salam. la pernah dititipi seorang Quraisy sebanyak 1.200 uqiyah emas, dan ia jaga dengan
baik amanah ini.
b. Yang khianat terhadap amanat. la mengingkari titipan orang kepadanya walaupun
jumlahnya sedikit. Dan dia tidak mau menunaikan amanah kepadamu, kecuali kalau
kamu terus menerus menuntutnya atau memperkarakannya ke pengadilan. Termasuk
dalam golongan ini ialah Ka'ab bin Asyraf. la pernah dititipi seorang Quraisy uang satu dinar,
kemudian diingkarinya.
Lebih jauh Allah menjelaskan bahwa kaum Yahudi mempunyai anggapan sesat,
yaitu bahwa tidaklah berdosa kalau tidak bersikap amanat terhadap harta benda orang-orang Arab dan non-Yahudi lainnya.
Bagi bangsa Yahudi mengkhianati amanat yang diberikan oleh orang-orang non
Yahudi tidaklah akan menjadikan Allah murka kepada mereka.
Anggapan sesat ini dicela oleh Allah. Menurut orang-orang Yahudi bahwa
Allah murka terhadap orang-orang non-Yahudi serta memandangnya rendah,
sehingga golongan manusia non-Yahudi tidak mempunyai hak apapun terhadap harta
kekayaan dan harta mereka tidaklah mendapat perlindungan hukum. Karena segala
cara yang dapat digunakan untuk merampas harta orang-orang non-Yahudi dianggap
tidak berdosa.
Anggapan bangsa Yahudi yang sesat semacam ini jelas merupakan suatu tipu
daya, pengelabuan dan fanatik keagamaan yang berlebihan serta penghinaan
terhadap adanya hak pemilikan pada setiap orang.
Ibnu Jarir meriwayatkan sebagai berikut: "Sekelompok ummat Islam
menjual kepada orang Yahudi beberapa barang mereka pada zaman Jahiliyah. Tatkala mereka ini masuk Islam, mereka
menebus harga barangnya, tetapi orang-orang Yahudi menjawab, "Kami
bukanlah golongan yang amanat. Dan kami tidak berkewajiban melunasi hutang kami
kepadamu. Karena kamu telah meninggalkan agama yang dahulu kamu ikuti, seraya
mereka mengaku bahwa mereka mendapatkan di dalam kitab mereka ketentuan yang
demikian itu.
Al-Qur'an menyatakan bahwa kaum Yahudi mengetahui secara persis betapa
dustanya anggapan mereka yang kosong ini. Karena ajaran Allah yang ada pada
kitab-Nya dan Taurat yang ada di tangan mereka tidak ada keterangan yang
membenarkan khianat terhadap orang-orang Arab dan memakan harta mereka secara
bathil. Mereka tahu dengan sebenar-benarnya ketentuan Allah. Tetapi karena
mereka tidak suka berpegang kepada kitab sucinya semata, melainkan mengikuti
pendeta-pendeta mereka dan menganggap fatwa mereka sebagai agama, padahal
mereka ini mengeluarkan fatwa agama menurut akal dan hawa nafsunya serta
memutar-balikkan ayat-ayat Kitab Suci untuk menguatkan pendapat-pendapat
mereka. Di dalam pendapat-pendap'at
seperti inilah mereka menemukan suatu pembenaran terhadap anggapan mereka itu.
Al-Qur'an menegaskan bahwa perbuatan bangsa Yahudi berkhianat terhadap
amanat orang-orang non-Yahudi tetap sebagai perbuatan dosa. Kamu (bangsa
Yahudi) tetap berkewajiban memenuhi janji-janji kamu yang telah ditentukan, dan
memenuhi semua amanat. Bila seseorang meminjamkan hartanya kepada kamu sampai
batas waktu tertentu menjual barangnya kepada kamu dengan harga jatuh tempo
pembayaran atau dititipi suatu amanat, maka wajiblah engkau memenuhi dan
menguatkan hak orang itu pada saat tiba temponya tanpa perlu ditagih atau
diajukan ke pengadilan. Hal seperti ini sesuai dengan ketentuan fitrah dan
ketetapan agama.
Ayat ini mengisyaratkan, bahwa bangsa Yahudi beranggapan, pada hakekatnya
memenuhi janji bukanlah suatu kewajiban mutlak. Bahkan mereka memperbedakan
siapa lawan perjanjiannya itu. Jika sama-sama Bani Israil, wajib dipenuhi,
tetapi kalau orang lain, tidak wajib.{mospagebreak}
43. BANGSA YANG SUKA MENGADA-ADA URUSAN AGAMA
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 78)
"Di antara mereka sungguh ada segolongan yang merubah ucapan mereka dalam
membaca Al-Kitab supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari
Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan, "Ia dari
sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta atas
nama Allah, sedang mereka mengetahuinya".
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa golongan ini adalah orang-orang Yahudi
yang datang kepada Ka'ab bin Asyraf, seorang tokoh yang sangat memusuhi
Rasulullah, banyak menyakiti beliau dan mengganggunya. Mereka inilah yang
mengubah dan menulis sebuah kitab dengan mengubah keterangan mengenai ciri-ciri
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Buku yang mereka susun ini
dijadikan pegangan oleh Yahudi Bani Quraidhah, lalu mereka campur dengan kitab
suci yang ada pada mereka. Ketika mereka membaca Al-Kitab, mereka membacanya
dengan mengubah ucapannya, sehingga menimbulkan dugaan pada orang banyak
bahwa yang dibaca itu adalah Taurat.
Para pendeta Yahudi yang melakukan kutipan kata-kata berasal dari
tokoh-tokoh mereka kemudian disisipkannya di dalam rangkaian pembacaan kitab
suci mereka adalah dimaksudkan untuk mengelabui ummat Islam. Dengan cara
semacam ini diharapkan ummat Islam percaya bahwa kata-kata yang mereka baca
itu adalah berasal dari sisi Allah, padahal sebenarnya adalah buatan mereka sendiri.
Dengan demikian kata-kata yang mereka sisipkan di tengah pembaca kitab
suci mereka adalah kedustaan ciptaan mereka sendiri. Maka ayat Al-Qur'an ini
mencela keras perbuatan mereka dan sekaligus menjelaskan betapa hebatnya
kekurangajaran mereka di dalam memutarbalikkan agama mereka. Kaum Yahudi bukan
hanya melakukan kebohongan secara sembunyi-sembunyi di dalam mengada-ada
urusan agama mereka, bahkan secara berani mengatasnamakan sebagai wahyu dari
Allah. Mereka berani berbuat kurangajar semacam ini, karena punya anggapan,
bahwa dosa apapun yang mereka lakukan tentu akan diampuni oleh Allah. Sebab
mereka sebagai kekasih Allah dan bangsa pilihan.
Ayat inipun menegaskan bahwa dusta yang dilakukan oleh kaum Yahudi dengan
kedok agama Allah adalah tindakan yang sengaja, bukan karena kekeliruan.
Penyakit kaum Yahudi semacam ini juga menimpa sebagian besar ummat Islam
dewasa ini. Mereka punya anggapan sudah pasti masuk syurga, biar dosa apapun
yang mereka lakukan. Karena mereka punya keyakinan bahwa setiap orang Islam
mesti akan mendapat pertolongan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, asalkan
mengaku beragama Islam, walaupun tidak melaksanakan syari'at Islam, bahkan
melakukan perbuatan yang biasa dilakukan orang kafir atau munafik.{mospagebreak}
44. BANGSA YANG MENJADIKAN AGAMA SEBAGAI ALAT MEMPERBUDAK BANGSA LAIN
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 79 - 80)
"Sama sekali tidak benar seseorang manusia yang Allah beri kepadanya
Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, "Jadilah
kamu penyembahku, bukan penyembah-penyembah Allah". Akan tetapi (dia
berkata), "Jadilah kamu ahli agama yang bertaqwa, kerena kamu selalu
mengajarkan Al-Kitab dan selalu mempelajarinya".79) "Dan (sama sekali
tidak benar baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai
Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekefiran di waktu kamu sudah
Islam". 80)
Ibnu Ishaq dll. meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, Abu Rafiq Al-Quradli
ketika para pendeta Yahudi dan Nasrani dari Najran berkumpul di sisi
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan Nabi mengajak mereka kepada
Islam, ia berkata, "Wahai Muhammad, apakah engkau ingin kami menyembahmu,
seperti orang-orang Nasrani menyembah Isa?" Lalu seorang lakilaki
Nasrani dari Najran, berkata, "Atau seperti tuan inginkan ?" Lalu
Rasulullah menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari kami menyembah selain
Allah atau menyuruh manusia menyembah selain Dia. Tidak untuk itu Allah
mengutusku dan tidak untuk itu aku diperintah". Kemudian Allah menurunkan
ayat ini.
Di dalam ayat ini Allah mencela kaum Yahudi yang menyalahgunakan rahmat
Allah berupa pemberian agama sebagai alat untuk menyeru manusia agar menyembah
dirinya. Perbuatan orang Yahudi yang mengajak manusia menyembah diri mereka sama
halnya menjadikan agama sebagai alat memperbudak bangsa lain. Agama yang Allah
berikan kepada bangsa Yahudi memerintahkan kepada mereka untuk mengajak
manusia menyembah kepada Allah saja, mengajak mereka mengetahui hukum-hukum
Allah. Jadi seharusnya bangsa Yahudi menjadi contoh bagi manusia lain dalam
taat dan beribadah kepada Allah, dan menjadi guru yang mengajarkan Kitab
Allah kepada manusia. Akan tetapi yang dilakukan oleh bangsa Yahudi justru
sebaliknya. Mereka telah mengadakan suatu cara untuk berhubungan dengan Allah,
yaitu dengan mengadakan perantara antara seseorang dengan Allah misalnya
sebagai pembaca do'a. Dengan adanya lembaga perantara ini mereka telah
melanggar ketentuan hukum melakukan penyembahan kepada Allah dengan cara yang
sebersih-bersihnya. Tindakan lain yang mereka lakukan di dalam membentuk
lembaga perantara ini yaitu mereka mengangkat para wali untuk menjadi
penghubung manusia awam dengan Allah.
Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bangkit menghadapi kaum Yahudi
memperingatkan kepada mereka agar mereka menyembah Allah secara langsung tanpa
perantara apapun, Rasulullah menyuruh agar setiap orang tekun mempelajari Kitab
Allah dan mengamalkannya, supaya menjadi ahli agama yang bertaqwa, yang
diridhai Allah.
Al-Qur'an pun menegaskan bahwa Nabi sama sekali tidak pernah menyuruh
manusia menyembah dan bersujud kepada para Nabi ataupun para malaikat di
samping menyuruh mereka mengesakan Allah dan mentaatinya. Jika benar, seorang
Nabi berbuat begitu, maka perbuatan semacam itu menunjukkan pada kekafirannya,
hilang kenabiannya dan ketiadaan iman.
Bangsa Yahudi yang mengajarkan kepada manusia bahwa Uzair adalah putra
Allah dan kemudian mengajak menyembah kepada Uzair pada hakekat nya adalah sama
dengan mengajak manusia menyembah kemuliaan bangsa Yahudi di tengah ummat
manusia lainnya. Dengan keyakinan bahwa di tengah bangsa Yahudi lahir seorang
putra Tuhan, maka diharapkan manusia yang lain memperlakukan bangsa Yahudi
secara istimewa. Dan ini berarti melalui agama bangsa Yahudi memperbudak bangsa
lain. Karena dengan melalui jalur agama ini bangsa Yahudi dapat menetapkan
hukum dengan kehendaknya sendiri untuk diberlakukan kepada bangsa-bangsa lain
dengan tujuan mengajak mereka untuk tunduk pada kemauan bangsa Yahudi.
Barangsiapa yang memperhatikan perkumpulan-perkumpulan internasional yang
disponsori bangsa Yahudi, seperti perkumpulan Lions Club, Rotary Club, Sarjana
Ahli Perbandingan Agama, Pertukaran Pelajar dan Pemuda Internasional, Korps
Sukarelawan Perdamaian, akan mengetahui bahwa segala tata tertib yang mereka
ciptakan pada hakekatnya mengabdi pada kepentingan bangsa Yahudi.{mospagebreak}
45. BANGSA YANG INGIN
MEMBUAT AGAMA LAIN SEBAGAI TANDINGAN AGAMA ISLAM
Allah berfirman : QS. Ali-Imran : 83 - 85
"Apakah mereka mencari agama selain dari agama Allah, padahal hanyalah
kepada-Nya segala yang di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka
hati atau terpaksa dan kepada-Nya mereka dikembalikan” 83)
Katakanlah,
"Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail. Ishaq, Ya'qub dan anak-anaknya, dan
apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka,
dan kami berserah diri kepada-Nya."84)
'Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (amal)
daripadanya dan dia di akherat termasuk orang-orang merugi.'85)
Kaum Yahudi dan Ahli Kitab pada umumnya meninggalkan kebenaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad. Padahal kebenaran yang mereka hadapi tidak dapat dibantah
sedikit pun. Mereka kemudian mencari agama selain Islam.
Salah satu dalih yang digunakan bangsa Yahudi untuk meninggalkan Islam
ialah dengan mengatakan bahwa mereka adalah pewaris agama yang di bawa oleh
Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Musa dan Isa as. Semua Nabi yang disebut
bangsa Yahudi ini adalah membawa ajaran Allah yang sama dengan yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bahkan Al-Qur'an mengatakan bahwa Nabi dan kaum muslim bukanlah orang yang
mengakui sebagian Rasul, tetapi kafir sebagian lainnya, sebagaimana dilakukan
oleh bangsa Yahudi dan kaum Nasrani.
Para Nabi ini dapat diibaratkan dengan para amir yang jujur lagi amanat
yang diutus oleh raja secara bergantian untuk mengurus salah satu wilayah
kerajaannya, membangun kepentingan penduduknya dan membuat undang-undang yang
bermanfaat untuk memerintah wilayah tersebut. Lalu ada kalanya seorang amir di
belakangnya mengubah sebagian undang-undang yang sama, sejalan dengan
perkembangan penduduknya dan adat-istiadat mereka, sebagaimana is saksikan
dari suasana yang hatinya kasar menjadi halus, dan yang tadinya bodoh menjadi
berilmu, yang tadinya biadab menjadi beradab. Tujuan dilakukannya, perubahan
ini ialah demi kesejahteraan mereka dan memperluas kebahagiaannya serta
membawa mereka kepada keadaan yang sejahtera.
Bangsa Yahudi dengan agamanya ternyata tidak menjadikan mereka sebagai
manusia yang dapat berjiwa pasrah dan tunduk kepada Allah. Agama Yahudi telah
menjadi suatu cara hidup yang berlawanan dengan akal sehat dan fitrah manusia.
Sebagai bukti ialah doktrin mereka, bahwa mereka menjadi kekasih Tuhan,
sedangkan manusia yang lain menjadi budak mereka, Tuhan akan mengampuni dosa
orang Yahudi, walaupun betapa besar kejahatannya, karena mereka adalah manusia
pilihan. Doktrin-doktrin semacam ini menyebabkan mereka menolak ajaran Islam
yang mengajarkan adanya persamaan derajat bagi setiap manusia dan pertanggunganjawaban
manusia atas setiap tindakannya kepa da Allah.
Agama yang tidak bisa menjadikan penganutnya berjiwa pasrah dan tunduk
kepada Allah, adalah merupakan sekedar rangkaian slogan dan tradisi yang tidak
membawa manfaat kepada ummat manusia. Bahkan akan menambah kerusakan jiwa dan
kebingungan. Jika agama telah menjadi sekumpulan slogan dan tradisi, pada saat
itu akan menjadi sumber kebencian dan permusuhan sesama manusia di dunia ini.
Bangsa Yahudi telah merasakan bahwa agama mereka hanya tinggal serangkaian
slogan dan tradisi dan penuh dengan kebingungan dan sumber kerusakan moral.
Walaupun Islam datang kepada mereka membawa ajaran yang membangkitkan kesegaran
jiwa dan memberikan cahaya terang benderang, tapi karena kebencian mereka
kepada Islam, mereka menolaknya dan berusaha menciptakan agama tandingan.
Agama tandingan yang hendak mereka sodorkan ini, mereka tawarkan sebagai
warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Maka tidaklah mengherankan kalau
sampai saat ini bangsa Yahudi dengan penuh kecongkakan membanggakan diri sebagai
pewaris agama Nabi-Nabi Bani Israil yang bersumber dari Nabi Ibrahim. Dan pada
hakekatnya pernyataan mereka ini adalah sebagai kedok untuk menciptakan agama
lain sebagai tandingan dari agama Islam.{mospagebreak}
46. BANGSA YANG KEDZALIMANNYA MEMPERSULIT HATINYA MELIHAT KEBENARAN
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 86 - 87)
"Bagaimana Allah akan memimpin suatu kaum yang kafir sesudah beriman,
padahal mereka telah mengakui kerasulan (Muhammad) adalah benar dan telah
datang bukti-bukti kepada mereka ? Allah tidak memimpin orang-orang yang
dzalim." 86)
"Kepada mereka itu balasannya adalah sungguh-sungguh laknat dari
Allah, dan malaikat serta seluruh manusia." 87)
Abdullah bin Khumaid dan lain-lain meriwayatkan dari Al-Hasan bahwa Ahli
Kitab dari kaum Yahudi dan Nasrani mengetahui sifat-sifat Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dalam Kitab Suci mereka dan mereka mengakui serta bersaksi
bahwa beliau adalah Rasul yang benar. Tetapi ketika Rasul ini bangkit dari
luar golongan mereka, mereka dengki kepada bangsa Arab atas kejadian ini.
Karena itu mereka mengingkarinya dan kafir kepadanya, padahal dulu mereka
mengakuinya. Hal ini disebabkan kedengkiannya kepada bangsa Arab, ketika
ternyata bahwa orang yang dibangkitkan menjadi Rasul ini bukan dari golongan
mereka.
Bangsa Yahudi punya kesaksian bahwa kerasulan
Muhammad adalah benar. Sebagaimana termuat dalam berita-berita gembira dari
para Nabi
Bani Israil. Mereka sangat menginginkan untuk menjadi pemimpinnya di saat Nabi
yang dijanjikan ini datang. Tetapi setelah mereka menyaksikan bahwa bukti dan
tanda-tanda kebenaran dari seorang Nabi yang dijanjikan itu adalah Muhammad
yang berasal dari bangsa Arab ini, dengan tiba-tiba mereka menjadi kafir dan
mengingkarinya.
Perbuatan orang Yahudi mengingkari bukti kebenaran
yang melekat pada diri Muhammad sebagai Nabi yang dijanjikan adalah perbuatan
dzalim.Karena mereka menyimpang dari jalan yang benar, menolak pemikiran yang
rasional di dalam menghadapi bukti-bukti kenabian yang ada pada diri Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bangsa Yahudi dinyatakan jauh dari kemungkinan untuk mendapat hidayah dari
Allah karena mereka telah menolak sunatullah yang berlaku pada hamba-Nya. Salah
satu sunnatullah di dalam memberi hidayah kepada manusia untuk dapat mengetahui
kebenaran ialah dengan mengetengahkan dalil dan bukti-bukti, sehingga rintangan
yang menghalangi kebenaran dapat dilenyapkan. Sedangkan bukti-bukti dan
dalil-dalil yang diberikan kepada Bangsa Yahudi untuk mengenal diri Nabi Muhammad
telah diutarakan jauh sebelum beliau dilahirkan dan dibawa oleh para Nabi Bani
Israil sendiri.
Penolakan Bangsa Yahudi terhadap kerasulan Nabi Muhammad menyebabkan
memperoleh laknat Allah, para malaikat dan segenap ummat manusia. Sebab dengan
adanya manusia mengetahui kedzaliman bangsa Yahudi di dalam memperlakukan kebenaran
sehingga mereka menjadi bangsa yang penuh kebingungan dan kerusakan mental,
maka serta-merta membuat manusia lain melaknat mereka. Adalah menjadi fitrah
manusia bersikap marah terhadap orang yang berlaku dzalim terhadap kebenaran.
Perilaku manusia semacam Bangsa Yahudi ini bagaimana mungkin dapat
memperoleh hidayah dari Allah, padahal mereka menjadi kafir terhadap hal-hal
yang tadinya telah mereka imani dan berjanji untuk mentaatinya sesuai dengan
keterangan yang disampaikan oleh para Nabi mereka di dalam Kitab-Kitab Suci
mereka. Dengan demikian penolakan bangsa Yahudi untuk beriman kepada Nabi
Muhammad dan mengikuti ajaran-ajaran yang beliau bawa adalah karena kedzaliman
mereka. Kedzaliman ini menutup hati nurani mereka untuk melihat atau
membenarkan kebenaran.{mospagebreak}
47. BANGSA YANG SUKA MENGHALANGI ORANG BERJALAN PADA KEBENARAN
Allah berfirman : (Ali-Imran : 99)
"Katakanlah, "Hai ahli kitab, mengapa kamu membelokkan
orang-orang yang telah beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya menjadi
bengkok, padahal kamu menyaksikan ?" Allah sekali-kali tidak lalai
terhadap perbuatan-perbuatan kamu."
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Said bin Aslam, ia berkata, "Sya'as
bin Qois, seorang Yahudi yang sangat permusuhan dan celaannya pada kaum
muslimin, pada suatu hari lewat di depan beberapa orang sahabat Nabi yang
sedang duduk bercakap-cakap, terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Kedua suku
ini tampak rukun setelah datang Islam pada mereka. Padahal di zaman Jahiliyah
dahulu mereka saling bermusuhan. Melihat hal ini Sya'as merasa gusar dan
beranggapan bahwa, kalau suku Aus dan Khazraj menjadi bersatu di negeri ini,
bangsa Yahudi nantinya tidak akan memperoleh tempat untuk berdiam. Lalu iapun
menyuruh seorang pemuda Yahudi yang berjalan bersamanya seraya diperintahkan
kepadanya, "Datanglah ke tempat mereka itu. Duduklah bersama mereka,
kemudian bangkitkanlah kepada mereka kenangan perang Ba’ats. Pemuda ini
kemudian mendatangi mereka seraya mengucapkan beberapa bait syair yang
mengingatkan pertumpahan darah itu. Maka terjadilah pertengkaran di antara
kedua suku tersebut sehingga ada dua orang dari suku ini yang melompat ke
depan dan saling mengatai, sehingga terlontarlah ucapan "Demi Allah, kalau kalian bersedia,
bolehlah kita mengulang kembali gejolak muda dahulu itu (maksudnya perang).
Maka kedua suku ini terbakar oleh rasa marah dan menjawab, "Silakan, kami
pun mau, Tunggulah di Harrah (satu tempat yang di luar Madinah)." Lalu
mereka keluarlah ke tempat tersebut dan orang banyak sudah bersiap-siap. Suku
Aus lalu berkumpul. Begitu pula suku Khazraj, memenuhi panggilan yang menjadi
tradisi pada zaman Jahiliyah. Kejadian ini sampailah kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau bersama dengan beberapa sahabat Muhajirin
mendatangi mereka, kemudian mengingatkan, "Ingatlah kepada Allah ! Apakah
kalian ini mengikuti ajakan Jahiliyah, padahal aku masih ada di tengah-tengah
kalian, lagi pula kalian telah diberi hidayah oleh Allah ke jalan Islam dan
dijadikannya manusia terhormat serta dilepaskan dari ikatan Jahiliyah,
diselamatkannya dari kekafiran dan dipersatukan hati kalian. Karena itu
patutkah kalian kembali lagi kepada kekufuran yang dahulu itu ?".
Segeralah kedua golongan ini menyadari percikan api syetan dan tipu daya
dari musuh mereka. Kemudian mereka lemparkan senjata yang ada ditangan mereka,
dan mereka menangis seraya saling berpelukan antara suku Aus dan Khazraj.
Kemudian mereka pun bubar, pergi bersama Rasulullah dengan perasaan penuh
kepasrahan. Dengan demikian Allah memadamkan tipu daya musuh Allah yaitu Sya’as
bin Qois, yang memercikkan api dendam kepada mereka.
Riwayat yang menjelaskan sebab turunnya ayat di atas dengan jelas
menggambarkan betapa gigihnya bangsa Yahudi berusaha menghalangi manusia untuk
berjalan kepada kebenaran.
Ayat di atas dengan keras memberikan teguran kepada bangsa Yahudi
khususnya, dan ahli kitab umumnya. Kepada mereka ini Allah mengajukan
pertanyaan , "Apa sebab kamu, wahai ahli kitab berupaya memalingkan
orang-orang yang sudah beriman kepada Nabi Muhammad, yang sudah taat kepadanya,
yang telah berbuat amal shaleh, berakhlaq luhur ? Mengapa kamu mendustakan
mereka dengan penuh rasa kekufuran dan kedurhakaan, kedengkian dan. kesombongan?
Mengapa pula kamu menimbulkan perasaan ragu dan bimbang yang bathil dengan
penuh perasaan dengki serta tipu daya di tengah orang-orang Islam yang masih
lemah imannya terhadap Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Kamu, wahai Ahli
Kitab melakukan tindakan-tindakan semacam itu terhadap orang-orang yang
berjalan pada jalan kebenaran dan menjadi pemeluk agama Allah adalah dengan
maksud menyesatkan dan memalingkan dari jalan yang benar. Padahal bukankah
kamu telah mengetahui jauh sebelumnya perihal Muhammad yang telah diberitakan
kedatangannya pada kitab-kitab suci serta kamu pun sudah tahu bukti kebenaran
kenabiannya. Karena itu tentulah tidak patut bagi kamu terus menerus mengikuti
jalan yang bathil dan sesat serta berusaha menyesatkan orang"'
Peringatan keras yang Allah tujukan kepada bangsa Yahudi sebagaimana
tersebut dalam ayat ini membuktikan bahwa bangsa Yahudi tidak akan pernah
lengah untuk mengatur segala macam cara untuk menyesatkan ummat manusia dan
memalingkannya dari jalan yang benar.{mospagebreak}
48. BANGSA YANG SUKA BERPECAH BELAH DAN MERUSAK PAHAM AGAMA
Allah berfirman : (Qs. Ali-Imran : 105)
"Janganlah kamu seperti orang-orang yang terpecah belah dan
berselisih, sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan. Bagi mereka
itulah siksa yang berat!
Golongan Ahli Kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, sepanjang sejarahnya
gemar berpecah-belah dan menimbulkan pertentangan sesama kelompok agama mereka.
Mereka telah menjadikan agama menjadi bermacam-macam aliran dan sekte, sehingga
mencapai 72 golongan. Masing-masing sekte bertentangan satu dengan lainnya.
Mereka membela sektenya dengan semangat fanatik dan mempropagandakan kebenaran
sektenya sendiri serta menganggap sekte yang lain sesat. oleh karena sejarah
perjalanan agama Yahudi dan Nasrani penuh dengan warna peperangan dan
permusuhan.
Timbulnya perpecahan di kalangan ummat Yahudi dan ummat Nasrani adalah
karena tidak ada lagi di tengah mereka orang-orang yang mau menegakkan amar ma'ruf
dan nahi munkar, mengajak masyarakat kembali ke jalan Allah dan membina
persatuan yang berdasarkan Tauhid. Bahkan kaum Yahudi terus menerus melahirkan
doktrin-doktrin keagamaan yang baru, sehingga semakin mempertajam perbuaaan
pendapat antara satu sekte dengan sekte lainnya, sehingga menyebabkan perang
agama antar sekte.
Perpecahan yang terus menerus timbul sesama penganut agama Yahudi dan
sesama penganut agama Nasrani mengakibatkan kerusakan moral dan mental pada
pemimpin-pemimpin agama dan masyarakat mereka. Karena itu maka di dalam
sejarah akhirnya bangsa Yahudi dapat dijajah oleh bangsa Romawi di sebelah
barat dan bangsa Parsi di bagian timur. Perpecahan agama yang mereka lakukan
ini akhirnya menimpakan derita dan kerugian terhadap mereka, baik nasib di
dunia maupun siksa di akherat. Kegemaran bangsa Yahudi melakukan perpecahan dan
merusak kemurnian agama Tauhid tidaklah berhenti sampai dengan sebelum
munculnya Muhammad sebagai Rasul Allah, tetapi terus berlangsung hingga akhir
zaman. Karakter Yahudi semacam ini tidak hanya berlaku di dalam tubuh agama
mereka sendiri, tetapi akan mereka lakukan pula terhadap agama lain. Jadi
perbuatan berpecah-belah dan membuat paham sesat di dalam agama adalah
merupakan ciri watak bangsa Yahudi.{mospagebreak}
49. BANGSA YANG TAK SUKA MELIHAT KEBAIKAN UMMAT ISLAM
Allah berfirman : (QS. Ali-lmran : 118 - 120)
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menjadikan selain (golongan) kamu sebagai teman dekat. Mereka tidak
pernah lengah (berusaha) membahayakan kamu, dan menginginkan penderitaan kamu.
Telah banyak kebencian pada mulut-mulut mereka, sedangkan apa yang disembunyikan
dalam hati mereka lebih hebat. Sungguh Kami telah menjelaskan kepada kamu
tanda-tandarrya jika kamu mau berpikir:' 118)
"Kamulah yang
mencintai mereka, tetapi mereka tidak mencintai kamu. Kamu mengimani Kitab ini
(Al-Qur'an) seluruhnya. Jika mereka bertemu dengan kamu, mereka berkata,
"Kami telah beriman! Tetapi apabila mereka berpisah (dari kamu), mereka
menggigit ujung-ujung jari lantaran geram bercampur benci kepada kamu. Katakanlah, "Matilah dengan kegemaran kamu yang
bercampur kebencian itu Sungguh Allah Mengetahui isi dada mereka” 119)
"Jika kebaikan menyentuhmu, mereka susah, tetapi jika kecelakaan
menimpamu, mereka bergembira karenanya. Dan jika kamu bersabar serta bertaqwa,
niscaya tipu daya mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Sungguh Allah
Maha Mengetahui segala perbuatan mereka 120)
Di dalam ayat-ayat ini dikatakan bahwa kaum Yahudi khususnya, dan semua
golongan non-Islam mempunyai sifat-sifat negatif terhadap kaum Muslimin
sebagai berikut:
a. selalu berusaha. menimbulkan kerugian
b. senang melihat kesusahan kaum Muslimin
c. menyimpan dendam di dalam hatinya tetapi berpura-pura berkata manis
d. tidak dapat mencintai kaum Muslimin dengan hati yang tulus
e. di saat bertemu sesama Yahudi, mereka merundingkan siasat pengrusakan
terhadap kaum Muslimin.
Peristiwa sejarah pada zaman sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah membuktikan adanya ketidaksenangan bangsa Yahudi terhadap kemajuan Islam.
Sebagai contoh adalah kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar.
"Sehari sebelum Nabi dan kaum Muslimin sampai di Madinah, kedua
utusannya, Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawaha sudah lebih dulu sampai. Mereka memasuki kota dari jurusan yang
berlainan, Dari atas unta yang dikendarainya itu Abdullah mengumumkan dan
memberitahukan khabar gembira kepada kaum Anshar tentang kemenangan Rasulullah
dan sahabat-sahabat, sambil menyebutkan siapa dari pihak musyrik yang terbunuh.
Begitu juga Zaid bin Haritsah melakukan hal yang sama sambil menunggang Al-Qashwa',
unta kendaraan Nabi. Kaum Muslimin bergembira ria. Mereka berkumpul dan mereka
yang masih berada di dalam rumah keluar beramai-ramai dan berangkat menyambut
berita kemenangan besar ini.
Sebaliknya orang-orang musyrik dan orangorang Yahudi merasa dengki dan
terpukul sekali dengan berita itu. Mereka berusaha akan meyakinkan diri mereka
sendiri dan meyakinkan orang-orang Islam yang tinggal di Madinah, bahwa berita
itu tidak benar.
"Muhammad sudah terbunuh dan teman-temannya sudah ditaklukkan,"
teriak mereka. "Ini untanya seperti sudah sama-sama kita kenal. Kalau dia
yang menang, niscaya unta ini masih di sana. Apa yang dikatakan Zaid bin
Haritsah hanya mengigau saja, karena sudah gugup dan ketakutan"
Tetapi pihak Muslimin setelah mendapat kepastian yang benar dari kedua
utusan itu dan yakin sekali akan kebenaran berita itu, sebenarnya mereka malah
makin gembira, kalau tidak lalu terjadi peristiwa yang mengurangi rasa
kegembiraan mereka itu, yakni peristiwa kematian Ruqayyah, putri Nabi. Tatkala
ditinggalkan pergi ke medan perang Badar ia dalam keadaan sakit dan ditinggalkannya
suaminya, Usman bin Affan, yang juga merawatnya.
Apabila kemudian ternyata Muhammad yang menang, mereka merasa sangat
terkejut. Posisi mereka terhadap kaum Muslimin jadi lebih rendah dan hina sekali,
sampai-sampai ada salah seorang pembesar Yahudi yang mengatakan, "Bagi
kita sekarang lebih baik berkalang tanah daripada tinggal di atas bumi ini
sesudah kaum bangsawan, pemimpin-pemimpin, dan pemuka-pemuka Arab serta penduduk
tanah suci itu mendapat bencana!"
Pada ayat-ayat di atas kaum Muslimin diperingatkan bahwa kaum Yahudi dan
golongan non-Islam lainnya sangat keras permusuhannya terhadap kaum Muslimin.
Mereka tidak hanya berusaha menimbulkan kerugian materiel terhadap ummat
Islam, tetapi lebih jauh selalu mencari saat dan kondisi yang tepat untuk
menghancurkan ummat Islam sampai ke akar-akarnya. Hal ini terbukti dalam sejarah
Islam pada peristiwa perang Ahzab atau perang Khandaq tahun 5 H. di kota
Madinah.
Oleh karena itu kaum Muslimin tidak boleh bersangka baik kepada kaum
Yahudi, yang mayoritas sangat benci dan dendam terhadap ummat Islam.{mospagebreak}
50. BANGSA YANG MENCELA ALLAH SEBAGAI
SI FAKIR
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 181)
"Sungguh Allah telah mendengar ucapan orang-orang yang mengatakan,
"Allah itu sesungguhnya miskin, dan kamilah yang kaya". Akan Kami
catat perkataan mereka itu dan pembunuhan mereka terhadap Nabi-Nabi dengan cara
yang tidak benar. Dan Kami katakan, "Rasakanlah siksa yang membakar."
Diriwayatkan oleh Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa telah datang
kepada Rasulul,lah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sekelompok Yahudi pada saat
turunnya firman Allah:
"Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah sesuatu pinjaman yang
baik,"saat itulah mereka berkata kepadaRasulullah, "Apakah Tuhanmu
itu fakir sehingga meminta kepada hamba-Nya pinjaman? Kami adalah orang-orang
yang kaya". Demikianlah sebab turunnya ayat ini.
Bangsa Yahudi yang serba materialis dan bersikap formalistis menganggap
bahwa seruan Allah kepada orang-orang beriman supaya mendermakan harta bendanya
pada jalan kebajikan dan untuk kepentingan perbaikan kehidupan masyarakat
tidak mendapatkan tanggapan yang semestinya, bahkan mengejek. Ejekan ini
pertama, karena Al-Qur'an menggunakan kata kiasan, yaitu "Allah
meminjam", yang kemudian oleh bangsa Yahudi diartikan bahwa Allah itu
miskin, karena meminta pinjaman kepada manusia.
Apa yang mendorong bangsa Yahudi mempunyai prasangka busuk terhadap seruan
Allah agar manusia yang beriman memberikan pinjaman yang baik kepada Allah itu?
Karena bangsa Yahudi terkenal sebagai bangsa yang kikir dan rakus, sehingga
menyebabkan mereka menjadi lintah darat. Kebobrokan moral mereka menyebabkan
lebih senang melakukan riba daripada mengeluarkan derma kepada orang-orang
yang lemah dan miskin yang membutuhkan pertolongan mereka.
Kerakusan bangsa Yahudi terhadap harta benda telah menimbulkan keyakinan dan
kepribadian yang berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu mereka
menganggap bahwa berderma sama dengan melakukan tindakan yang merugikan
kekayaan seseorang. Sebaliknya berlaku kikir mereka pandang sebagai melindungi
harta kekayaan.
Atas dasar anggapan yang sesat ini, maka masyarakat Yahudi dengan sangat
mencolok terlihat perbedaan golongan yang kaya dan yang miskin. Golongan miskin ini di tengah masyarakat
mereka hanya menjadi sasaran pinjaman berbunga. Golongan miskin inilah yang
selama ini memerlukan pinjaman yang baik (pinjaman tak berbunga) untuk dapat
membiayai kehidupan mereka. Demikianlah realitas sosial dalam masyarakat
Yahudi.
Tatkala turun seruan Allah agar orang-orang mukmin yang mampu mendermakan
harta kekayaannya bagi kepentingan pembangunan masyarakat Islam di Madinah dan
pembelaan terhadap perjuangan Islam, maka seruan ini oleh orang Yahudi
dijadikan sasaran ejekan. Karena di dalam seruan berderma ini Allah gunakan
kata-kata "memberi pinjaman". Sikap orang Yahudi yang mengejek Allah
sebagai si fakir membuktikan betapa bobroknya mental bangsa Yahudi dalam memenuhi
kewajiban yang diperintahkan oleh Allah. Selain itu membuktikan bahwa bangsa
Yahudi telah diperbudak oleh harta sehingga buta terhadap kewajiban untuk
mendermakan sebagian hartanya - untuk kepentingan masyarakat.{mospagebreak}
51. BANGSA YANG SENANG MEMBUAT UKURAN KEBENARAN MENURUT SELERANYA SENDIRI
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 183)
"(Yaitu)
orang-orang yang berkata, "Allah sesungguhnya telah menjanjikan kepada
kamu, agar kami tidak mempercayai seorang Rasul, sebelum dia mendatangkan
kepada kamu kurban yang dimakan api", Katakanlah, "Telah datang
kepadamu beberapa orang Rasul sebelumku dengan keterangan-keterangan dan dengan
yang telah kamu katakan itu. Akan tetapi, mengapa kamu membunuh mereka, jika kamu orang-orang yang
benar ?"
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Ka'ab bin Asyraf dan Malik bin Shaif, Finhash
bin Azwara' dalam satu rombongan dengan orang-orang lain mendatangi Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu berkata: "Wahai Muhammad, engkau telah
menganggap dirimu sebagai rasul Allah, engkaupun diberi wahyu oleh Tuhan, akan
tetapi di dalam Taurat, Tuhan telah memberitahu kepada kami, agar tidak
beriman kepada seseorang Rasul sebelum ia dapat memberikan pengorbanan yang
dimakan api kepada kami. Dan apinya mempunyai bunyi berdengung pelan ketika
turun dari langit. Jika engkau dapat menunjukkan hal seperti ini kepada kami,
tentulah kami akan mengetahui kebenaranmu."
Menurut riwayat Ibnu Jarir, bahwa pernah terjadi pada salah seorang di
antara mereka yang memberikan sedekah. Jika sedekah itu diterima oleh Tuhan,
lalu turunlah api kepadanya dari langit lalu sedekah itu dimakan oleh api.
Sebenarnya apa yang mereka katakan sebagai pernberitahuan Tuhan di dalam
Taurat itu adalah dengung yang penuh dengan kebohongan belaka. Terjadinya
sesuatu sedekah atau korban yang dimakan api sebagai bukti penerimaan Tuhan
kepada pemberi korban atau sedekah adalah semata-mata suatu bentuk mukjizat,
bukan sesuatu syarat untuk keimanan seseorang. Dongeng yang dibawakan oleh
orang Yahudi di atas pada dasarnya dimaksudkan untuk menjadi alasan tidak
beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Rasulullah
tidak pernah mengemukakan bukti sesuai dengan permintaan mereka itu.
Syarat yang ditetapkan oleh orang Yahudi untuk menolak dan menerima
kebenaran yang dibuat oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah
suatu kebohongan yang diselimuti dengan kedok agama. Bahkan Al-Qur'an balik
bertanya kepada bangsa Yahudi, mengapa mereka membunuh Nabi Zakariya, Yahya
dan lain-lain, yang notabene telah membawa mukjizat sesuai dengan kehendak
mereka dan dari bangsa mereka sendiri ? Blla benar bahwa seseorang Rasul itu
terbukti benar pengakuannya bila telah menunjukkan bukti sebagaimana mereka
inginkan, tetapi mengapa mereka tetap ingin membunuhnya ? Mengapa bangsa
Yahudi begitu berani membuat ukuran kebenaran berdasarkan hawa nafsu sendiri ?
Mengapa pula mereka menolak kebenaran yang tidak sesuai dengan selera mereka ?
Ayat ini menegaskan karakter bangsa Yahudi bahwa mereka tidak pernah mau
mengakui kebenaran apapun, bila bertentangan dengan selera dan kehendak
mereka. Sebaliknya bangsa Yahudi dengan keras kepala menyalahkan kebenaran,
walaupun datangnya dari Allah sendiri.{mospagebreak}
52. BANGSA YANG SUKA MENCARI PUJIAN PALSU
Allah berfirman :
(QS. Ali-Amran : 188)
"Janganlah kamu
sama sekali mengira orangorang yang bersuka ria dengan perbuatannya dan suka
dipuji dengan sesuatu yang tidak dikerjakan oleh mereka. Janganlah kamu sangka
mereka itu akan selamat dari adzab. Akan tetapi, bagi mereka itu adzab yang pedih”.
Ayat ini menjelaskan
bahwa golongan Ahli Kitab, Yahudi khususnya senang sekali mendapat pujian
terhadap hal-hal yang tidak turut mereka lakukan. Di dalam sejarah disebutkan
bahwa golongan Ahli Kitab ini telah melakukan penyelewengan dan memutarbalikkan
isi kitab suci mereka. Kejahatan ini mereka lakukan dengan perasaan bangga.
Sebaliknya di kalangan mereka pun terdapat segolongan kecil yang masih penuh
keteguhan hati menjaga kemurnian kitab suci mereka. Golongan kecil inilah yang
oleh Allah dijadikan sebagai tauladan bagi ummat yang lain.
Namun mayoritas
golongan Yahudi yang durhaka ini merasa turut bergembira terhadap prestasi
golongan kecil yang patut menjadi tauladan ini. Terhadap mereka inilah ayat Al-Qur'an
ini menyatakan kritik dan kecamannya. Sebab golongan mayoritas tersebut adalah
rusak dan menjadi penyebab ummat manusia jauh dari hidayah Allah, sehingga
menimbulkan bencana di muka bumi.
Perilaku bangsa
Yahudi yang merasa bangga mendapat pujian sebagaimana tersebut dalam riwayat
di atas, padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang yang merusak agama
menunjukkan bobroknya akhlaq mereka. Kebobrokan mereka ini disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
Pertama, kecintaan
mereka kepada hal-hal yang menggiurkan, sebab pujian dapat menjadikan seseorang
terpesona pada kesenangan yang palsu.
Kedua, karena ingin
menghilangkan jejak kejahatan yang dilakukannya, sehingga masyarakat melupakan
keburukannya. Dengan adanya mayoritas bangsa Yahudi yang durhaka ini turut
merasa bangga atas tindakan beberapa orang pendeta Yahudi yang jujur adalah
dimaksudkan untuk mengelabui ummat manusia dan menghilangkan jejak kejahatan
mereka. Karena itu kaum Mukminin diperingatkan oleh Allah agar jangan
terpedaya oleh tingkah laku bangsa Yahudi yang jahat itu.{mospagebreak}
53. BANGSA YANG MERASA DIRINYA PALING BERSIH
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 49)
Tiadakah kamu perhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya
Allah membersihkan siapa saja yang dikehendakiNya, dan mereka tidak dianiaya
sedikitpun."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari AI-Hasan, bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan kasus Yahudi dan Nasrani karena mereka menyatakan sebagai kekasih Allah
(Qs. Al-Maidah ayat 18), tidak akan ada manusia yang masuk syurga kecuali
mereka sendiri (QS. Al-Baqarah ayat 111), dan mereka masuk neraka hanya
beberapa hari saja (QS. Al-Baqarah ayat 80). Diriwayatkan dari As-Sudy, ia
mengatakan, "Ayat ini turun dalam kasus orang Yahudi, karena mereka
mengatakan, "Kami sekalian anak keturunan Taurat adalah (bagaikan) anak
kecil. Karena itu mereka (anak-anak kecil) tidak mempunyai dosa. Dosa-dosa kami
ibarat dosa anak-anak kecil kami. Dosa yang kami lakukan pada siang hari akan
diampuni pada malam hari."
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada artinya bagi bangsa Yahudi punya
anggapan dirinya sebagai manusia bersih, sebagai kekasih Allah dan bangsa
pilihan, sehingga tidak akan mengalami siksa neraka, kecuali sebentar. Bangsa
Yahudi yang membanggakan diri sebagai keturunan dari para Nabi dan penerima
kitab-kitab suci adalah sia-sia belaka, kalau tidak beramal shaleh dan beriman.
Allah sama sekali tidak membedakan suatu bangsa, suatu suku dan suatu
keturunan di dalam memberikan hidayah kepada jalan kebenaran, amal shaleh dan
akhlaq mulia. Siapa pun orangnya, apapun bangsanya dan keburukannya dapat
membersihkan dirinya dari segala macam. dosa, asalkan ia mau beriman dan
beramal shaleh.
Bangsa Yahudi yang beranggapan sebagai keiompok manusia yang bersih,
karena berdasarkan ras, keturunan dan nenek moyangnya yang banyak menjadi Nabi
adalah satu kebohongan. Karena Allah telah menetapkan ketentuan bahwa
seseorang hanya dapat menjadi bersih, bila ia beramal shaleh, aqidah benar,
berakhlaq mulia dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman.
Ayat ini mengandung dua pelajaran, sebagai berikut:
1. Allah hanya menilai seseorang berdasarkan amal shaleh dan keimanannya
yang benar. Seseorang musyrik, bila beramal shaleh dengan penuh perasaan
tulus, maka siksanya akan dikurangi. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadits
Rasulullah yang menerangkan bahwa seorang dermawan bernama Hatim At-Thai diringankan
siksanya di neraka, karena kedermawanannya.
2. Seseorang yang hanya berbangga dengan keunggulan agamanya dan kebenaran
ajaran-ajarannya, tetapi ia sendiri tidak melaksanakan apa yang menjadi
perintah agamanya, maka ia tidak akan lepas dari siksa api neraka. Hal semacam
ini adalah karakter yang dimiliki oleh bangsa Yahudi, sebagairriana penuturan,
ayat ini.
54. BANGSA YANG SERING MEMERAS ORANG LAIN APABILA BERKUASA
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 53)
"Ataukah ada
bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan
sedikit pun (kebajikan) kepada manusia."
Bangsa Yahudi sangat egois dan bakhil serta berat untuk bersikap sedikit
menguntungkan orang-orang di luar Yahudi. Bilamana mereka mempunyai kekuasaan,
sangat kuat keinginannya membendung keuntungan jatuh pada orang lain, sekalipun
keuntungan yang sedikit. Bangsa semacam ini sikapnya sudah pasti sangat berkeinginan
agar jangan muncul dikalangan bangsa Arab seorang Nabi pun, yang nanti
memiliki sahabat-sahabat yang dapat membangun kekuasaan untuk menundukkan Bani
Israill. Karakter Yahudi ini tetap dimiliki sampai hari ini. Bilamana mereka
telah dapat memperoleh kekuasaan untuk kembali memegang Baitul Maqdis dan
wilayah sekitarnya, sudah pasti kaum Muslimin dan ummat Kristen akan diusir
dari tanah Qudus itu dan sama sekali tidak akan diberi bagian.
Tetapi adakah kekuasaan yang mereka inginkan itu akan teraih? Di dalam ayat ini tidak terdapat pembenaran ataupun pengingkaran.
Tetapi ayat ini hanya menjelaskan bagaimana karakter mereka sekiranya ambisi
mereka itu berhasil.
Apa sebab bangsa Yahudi senang memeras bangsa lain bila memegang kekuasaan?
Ayat 54 QS. An-Nissa menjelaskan sebab-sebabnya sebagai berikut:
1. Tidak senang melihat manusia lain memperoleh kelapangan rezeki dari
Allah, sehingga menjadi bangsa yang lebih hebat dari bangsa Yahudi.
2. Mereka dengki melihat kejayaan ummat Islam, sehingga menyebabkan mereka
menjadi lemah dan tidak dapat menguasai dunia.
Maka untuk mencegah jangan sampai ummat Islam memperoleh kejayaan dan
bangsa-bangsa lain menjadi lebih kuat ekonomi maupun pengetahuannya, karenanya
mereka selalu memeras bangsa lain.
Abad XX ini telah membuktikan bagaimana bangsa Yahudi memeras bangsa
Jerman, sehingga menyebabkan Hitler memimpin bangsa Jerman membinasakan bangsa
Yahudi.*)-------
*) Gerakan Zionisme Internasional Yahudi memang bertujuan untuk memeras dan
menguasai seluruh dunia, sehingga dunia tunduk dan jadi budaknya Yahudi. Cuma
sayangnya banyak orang Islam yang kurang memahami makna ayat ini dan bukti
rencana kejahatan mereka, red.{mospagebreak}
55. BANGSA YANG SELALU DENGKI KEPADA KEBERUNTUNGAN ORANG LAIN
Allah berfirman : (An-Nisa : 54)
"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang
telah diberikan Allah kepada manusia itu? Sungguh Kami telah memberikan Kitab
dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya
kerajaan yang besar".
Bangsa Yahudi menyaksikan bahwa Nabi Muhammad selain memperoleh nikmat
kenabian juga setiap hari Allah memberikan kekuatan yang bertambah besar,
sehingga negara Madinah bertambah kuat, bertambah besar pengaruhnya dan
bertambah banyak pengikutnya. Perkembangan semacam ini membuat bangsa Yahudi
semakin dengki kepada beliau.
Bangsa Yahudi dengki kepada Nabi Muhammad karena keberuntungan yang beliau
terima setiap hari semakin besar. Allah menegaskan bahwa kedeng kian yang
muncul pada diri bangsa Yahudi terhadap Nabi Muhammad, karena nikmat yang
bertambah besar pada beliau sebenarnya adalah satu kesalahan mereka. Sebab
nikmat yang Allah berikan kepada Nabi semacam ini bukanlah hal baru. Dahulu pun
bangsa Yahudi pernah memperoleh berlimpah nikmat dari Allah, sebagaimana yang
pernah diterima oleh Nabi Ibrahim dan keturunannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. sebenarnya adalah bagian dari keluarga Ibrahim lewat silsilah Nabi
Ismail. Berdasarkan ikatan keturunan semacam ini adalah salah satu sikap tercela,
bila bangsa Yahudi dengki kepada nikmat yang Allah berikan kepada Nabi
Muhammad. Mengapa bangsa Yahudi tidak merasa heran, bila mereka menerima limpahan
nikmat dari Allah, tetapi merasa heran kalau Allah memberikan nikmat-Nya kepada
Nabi Muhammad? Bukankah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. juga sedarah
daging dengan bangsa Yahudi karena berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu
Nabi Ibrahim.
Bangsa Yahudi, karena mungkin telah silau dan terpedaya oleh berbagai
karunia Allah sebelumnya, lalu mereka punya anggapan bahwa karunia Allah itu
semata-mata menjadi hak mereka, orang lain tidak ada yang berhak. Atau mereka
beranggapan bahwa orang lain hanya patut mendapat karunia Allah sedikit. Atau
mungkin mereka beranggapan bahwa alam ini seluruhnya berada di dalam kekuasaan
mereka, sehingga tidak patut orang lain memperoleh bagian nikmat Ilahi,
sekalipun sebesar kulit bawang.
Setelah bangsa Yahudi melihat fakta yang ada di sekitarnya sangat
bertentangan dengan harapan dan angan-angannya, maka semangat kedengkiannya
muncul. Mereka melihat bahwa di tengah bangsa Arab muncul seorang Rasul yang
telah dijanjikan di dalam Kitab suci mereka, padahal keadaan semacam ini tidak
mereka inginkan. Mereka pun melihat bangsa Arab yang tadinya hidup dalam alam
Jahiliyah, kini kemudian tampil sebagai golongan manusia yang menerima kitab
suci, pengetahuan Ilahiyah dan semakin dekat untuk meraih kekuasaan guna
menjadi pemimpin dunia.
Ayat ini telah mengandung satu isyarat bahwa bangsa Arab yang telah menjadi
Muslim, di samping memperoleh nikmat kenabian dan kitab suci, juga
diperingatkan untuk waspada terhadap segala kelicikan bangsa Yahudi. Kaum
Muslimin yang pada saat itu terdiri dari bangsa Arab telah memperlihatkan
tanda-tanda untuk menjadi kekuatan yang besar, sehingga mampu mengalahkan
bangsa Yahudi maupun kaum yang lain.
Ringkasnya, Allah memperingatkan kepada kaum Muslimin bahwa pada diri
bangsa Yahudi melekat sikap kedengkian pada orang-orang non-Yahudi. Karena
mereka beranggapan bahwa orang selain Yahudi tidak berhak memperoleh limpahan
karunia Allah.{mospagebreak}
56. BANGSA YANG SENANG MEMBUAT KELALIMAN DALAM HUKUM
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 60)
"Tidakkah kamu
memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari
thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka kepada kesesatan yang
sejauh-jauhnya."
Bangsa Yahudi mengaku
beriman kepada para Rasul mereka dan kitab-kitab suci yang dibawa oleh para
Rasul itu. Kitab-kitab suci para Nabi Bani Israil berisikan perintah untuk
menjalankan syari'at Allah dan menjauhi larangan Allah. Seseorang yang mengaku
beriman kepada kitab suci para Nabi tidak patut meninggalkan perintah agamanya,
selama dia mampu. Bila ia meninggalkan atau melanggar larangan-Nya menunjukkan
bahwa iman yang dinyatakannya itu tidak meresap kedalam hatinya. Maka apakah
lagi kalau orang yang mengaku beriman selalu melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan syari'at yang dibawa para Nabinya.
Bangsa Yahudi di masa
Nabi Muhammad dengan dalih yang dibuat-buat menolak berhakim kepada Nabi
Muhammad, tetapi mereka rela menerima ketetapan yang berasal dari para dukun
atau pendeta-pendeta yang sesat. Di antara dukun dan pendeta sesat itu ialah
Abu Barza al Aslany dan Ka'ab bin Asyraf. Sikap mereka semacam ini membuktikan bahwa iman
mereka benar-benar palsu. Karena kitab suci mereka menyuruh agar mereka
menjauhkan diri dari kesesatan dan jalan syetan. Namun ternyata mereka justru
mengikuti seruan dukun dan pendeta yang sesat.
Perbuatan bangsa Yahudi mengikuti ajakan pendeta dan dukun atau mematuhi nasihat
pendeta dan dukun dan menolak ketetapan yang dikeluarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah tindakan dhalim terhadap prinsip iman dan tauhid.
Karena perbuatan sesat menjerumuskan pelakunya kepada siksa neraka. Dan
orang-orang yang memperoleh siksa neraka adalah karena kedhaliman terhadap
dirinya.
Yang dapat dikategorikan sebagai orang dhalim terhadap ketentuan rasul dan
kitab suci ialah orang-orang yang percaya kepada nasihat Dajjal, misalnya
percaya omongan peramal nasib, percaya kekuatan jimat ataupun percaya pada
keampuhan wali.
Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa setiap orang yang mengingkari ketetapan
Rasul dan Kitab Suci Ilahi, baik karena ragu-ragu maupun terang-terangan
mengingkari berarti kafir. Itulah sebabnya para sahabat Nabi berpendapat bahwa
orang yang menolak membayar kewajiban zakat adalah murtad, sehingga ia halal
dibunuh dan disita hartanya.{mospagebreak}
57. BANGSA YANG BERUSAHA MEMPENGARUHI KE ARAH KERUSAKAN APABILA DIJADIKAN
TEMAN
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 89)
"Mereka ingin
supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu
menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka
penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah kepada jalan Allah. Maka jika
mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemuinya, dan
janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka menjadi pelindung dan jangan
(pula) menjadi penolong”
Pada bab 41 telah
dijelaskan bahwa bangsa Yahudi paling senang membuat siasat keragu-rangan pada
orang lain terhadap kebenaran agama Islam.
Siasat yang mereka
lakukan berupa menyuruh golongan mereka sendiri bersikap munafiq terhadap Islam.
Karena itu pada dasarnya tindakan kaum munafiq di Madinah terhadap Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dipelopori oleh bangsa Yahudi.
Kaum munafiq,
termasuk di dalamnya kaum munafiq yang didalangi bangsa Yahudi, tidak rela
mengalami kesesatan atau berjalan pada jalur kesesatan sendirian. Mereka ini
berusaha keras menyeret kaum Muslimin ke dalam kesesatan, sehingga Islam
tiada punya penganut lagi. Sikap bangsa Yahudi yang mempelopori kemunafiqan
semacam ini adalah suatu kekufuran yang keterlaluan. Sebab mereka tidak hanya
berbuat kesesatan untuk diri sendiri, tetapi merasa tidak puas sebelum dapat
menyeret orang lain masuk di dalam kesesatan pula.
Oleh karena watak kaum
munafiq semacam ini, maka Allah memperingatkan agar setiap orang mukmin jangan
sampai berteman dengan mereka. Begitu pula jangan sampai seorang mukmin
mempercayakan urusannya kepada kaum munafiq ini. Karena bangsa Yahudi yang
selalu bersiasat munafiq terhadap Islam sama sekali tidak mengharapkan
orang-orang mukmin menikmati kesenangan. Orang-orang munafiq ini tidaklah mau
turut membantu kaum Muslimin yang ada di dalam bahaya.
Menghadapi upaya kaum
munafiq, yang di dalamnya termasuk orang-orang yang disponsori oleh bangsa
Yahudi, maka kaum Muslimin diperintahkan bersikap keras kepada mereka. Sebab
bagaimanapun juga mereka adalah golongan yang membahayakan masyarakat Islam.
Mereka selalu berusaha merusak akhlaq ummat Islam dengan cara apapun.
Ayat ini memberikan
petunjuk kepada kaum Muslimin dalam mengatasi bahaya rayuan kaum munafiq,
termasuk bangsa Yahudi sebagai biang keladinya, ialah dengan jalan menawan
mereka, atau membunuh mereka, bila mereka senantiasa mengganggu kaum Muslimin.{mospagebreak}
55. BANGSA YANG SENANG MEMPERMAINKAN PARA NABI
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 153)
"Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka
sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa
yang lebih besar, dari itu. Mereka berkata, "Perlihatkanlah Allah kepada
kami dengan nyata" Lalu mereka disambar petir karena kedhalimannya, dan
mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang
nyata, lalu Kami ma'afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan
kepada Musa kekuatan yang nyata!"
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, katanya, "Kaum Yahudi
berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, "Kami tidak
akan membaiat anda pada ajakan yang anda serukan kepada kami, sebelum anda dapat
membawakan sebuah Kitab suci dari sisi Allah yang di dalamnya tertulis:
("Dari Allah kepada si Fulan. Engkau sesungguhnya adalah utusan Allah,
Engkau sesungguhnya utusan Allah"). Begitulah, lalu mereka menyebutkan
beberapa nama pendeta-pendeta mereka. Tujuan permintaan mereka itu hanyalah
untuk mempersulit dan membikin susah bukan untuk mencari dalil yang bisa
memuaskan hati". Al-Hasan berkata, "Sekiranya orang-orang Yahudi ini
mengajukan permintaan tersebut dengan tujuan mencari hidayah, niscaya Allah
akan memberikannya kepada mereka."
Ayat ini mengingatkan agar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jangan
merasa heran dan jangan merasa aneh menghadapi permintaan bangsa Yahudi yang
tidak rasional itu. Karena pada zaman Nabi Musa pun mereka pernah mengajukan
permintaan yang lebih berat dari itu. Permintaan bangsa Yahudi kepada Nabi ini
hanyalah membuktikan betapa jahil dan kerasnya penolakan mereka kepada
kebenaran.
Permintaan bangsa Yahudi kepada Nabi Musa untuk melihat Allah dengan mata kepala
adalah bukti kejahilan luar biasa. Karena berarti mereka menganggap Allah itu
berjasad sebagaimana dengan benda-benda yang ada di alam ini. Sedangkan
permintaan mereka kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar dapat membawakan
kitab suci yang tertulis dari langit membuktikan salah satu dari dua
kemungkinan. Pertama, membuktikan kebodohan mereka dalam memahami hakekat
kenabian dan kerasulan. Padahal banyak para Nabi dari bangsa Yahudi yang
datang kepada mereka tanpa membawa lembaran-lembaran tulisan kitab suci.
Kedua, karena keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam.
Bangsa Yahudi yang biasa terpesona dengan sihir dan terpengaruh mental
materialisme tidak dapat membedakan antara mukjizat yang diterima oleh para
Nabi dengan keanehan yang diperbuat oleh ahli sihir. Bangsa Yahudi selalu
bersikap ingkar di dalam menerima penjelasan kebenaran apapun yang tidak
sesuai dengan keinginan mereka.
Ayat ini lebih jauh menjelaskan, bahwa generasi bangsa Yahudi di masa Nabi
Musa telah pernah disambar petir karena perilakunya yang penuh kejahilan dan
penuh keingkaran kepada Nabi Musa. Di zaman Nabi Musa mereka telah melihat berbagai
macam mukjizat, misalnya: tongkat menjadi ular, tangannya keluar sinar, laut
menjadi daratan dan lain sebagainya. Walaupun begitu, ternyata bangsa Yahudi
masih membuat patung anak sapi untuk disembah sebagai Tuhan.
Bangsa Yahudi di zaman Nabi Musa karena kedurhakaannya, pernah
diperintahkan melakukan bunuh diri. Nabi Musa dikaruniai Allah kekuatan yang luar biasa, sehingga dapat menjadikan bangsa
Yahudi patuh kepadanya.
Ayat ini pada dasarnya memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bahwa bangsa Yahudi yang suka melawan beliau itu, pada akhirnya
akan tunduk dan menyerah kepada beliau. Dengan kabar gembira ini, diharapkan
bahwa kaum Muslimin tidak berputus asa menghadapi perilaku bangsa Yahudi yang
penuh kejahilan dan keingkaran terhadap Islam.{mospagebreak}
59. BANGSA YANG MENGAKU MEMBUNUH NABI ISA AS.
Allah berfirman :
(QS. An-Nisa : 157)
"Dan karena
ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh A1-Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah", "padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
(pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan
dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh
itu adalah Isa:'
Bangsa Yahudi, karena
keingkarannya kepada Nabi Isa as, mereka berupaya untuk membunuhnya. Bangsa
Yahudi beranggapan bahwa mereka telah berhasil membunuh dan menyalib Nabi Isa
sampai wafat. Namun sebenarnya mereka tidak berhasil membunuh maupun menyalib
Nabi Isa. Karena ketika mereka mengepung rumah yang menjadi tempat persembunyian
Nabi Isa, dengan tiba-tiba mereka berselisih, yaitu apakah orang yang ada di
depan mereka itu Isa atau bukan. Pada saat Nabi Isa terkepung masuklah seseorang yang mirip dengan beliau.
Dan sebenarnya orang ini adalah murid Nabi Isa yang telah berkhianat. Di dalam
Injil Mathius : 26 : 31 dan Markus : 14 : 28, Nabi Isa berkata kepada murid-muridnya:
"Kamu sekalian pada malam ini sedang dalam kebingungan", maksudnya
pada malam orang-orang Yahudi mencari Nabi Isa untuk dibunuh. Memang pada
malam itu murid Isa yang bernama Yudas Askariyet, orang yang berkhianat itu,
mirip benar dengan Nabi Isa. Sehingga orang Yahudi yang mengejarnya menyangka
dia sebagai Nabi Isa. Bangsa Yahudi sebenarnya tidak pernah yakin telah membunuh
Nabi Isa bin Maryam. Sebab mereka tidak pernah mengenalnya sendiri. Injil-Injil
dengan terus terang menjelaskan bahwa seseorang yang diserahkan oleh
orang-orang Yahudi kepada tentara musuh Isa as. adalah Yudas Askariyet. Orang
inilah yang menuntun tentara musuh menuju persembunyian Nabi Isa. Menurut
Injil Barnabas, tentara musuh ini menangkap Yudas sendiri, karena mengira
dialah Isa, sebab wajahnya mirip beliau.
Bangsa Yahudi, yang karena salah penglihatan, menganggap telah membunuh dan
menyalib Nabi Isa, adalah suatu kejadian yang lumrah. Sebab banyak kejadian
yang serupa, yaitu salah penglihatan yang terjadi dalam banyak peristiwa.
Sebagai contoh adalah peristiwa berikut ini.
Ada. beberapa penuiis bidang kedokteran Kehakiman dari Inggris menyebutkan
satu peristiwa peradilan yang terjadi pada tahun 1539 M di Perancis.
Peradilan ini menghadirkan 150 orang saksi yang mengenal seseorang yang
bernama Martin Guir. 40 dari 150 yang hadir menyatakan bahwa orang tersebut
benar-benar Martin. 50 orang lainnya menyatakan bukan, sedangkan selebihnya
ragu-ragu apakah orang itu Martin atau bukan. Setelah dilakukan penelitian yang
cermat terbukti bahwa orang tersebut bukan Martin. Karena itu 40 orang yang
menyatakan sebagai Martin tertipu. Padahal pada saat itu sesungguhnya Martin
tinggal bersama istrinya di tengah kerabat dan teman-temannya serta para kenalannya.
Dan dia hidup 3 tahun kemudian dari peristiwa pembunuhan yang terjadi hari
itu. Mereka semua menyatakan bahwa Martin benar-benar hidup. Tatkala Mahkamah
menetapkan bahwa apa yang telah dilakukan sebenarnya adalah bohong berdasarkan
bukti-bukti yang meyakinkan lalu pengadilan mengadakan sidang ulang pada
pengadilan lain. Dalam pengadilan ini dihadirkan 30 orang saksi. 13 di antaranya
bersumpah bahwa orang yang dihadapkan adalah Martin. 7 orang lainnya
menyatakan bukan, dan yang lainnya ragu-ragu.
Dengan membandingkan peristiwa Nabi Isa as. dengan kasus Martin Guir, kita
dapatkan memperoleh kesimpulan bahwa pengakuan bangsa Yahudi berhasil membunuh
Nabi Isa dan menyalibnya adalah dusta belaka.{mospagebreak}
60. BANGSA YANG DIHARAMKAN ALLAH MEMAKAN MAKANAN YANG BAIK
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 160)
"Maka karena
kedzalimannya, orang-orang Yahudi Kami haramkan kepada mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang telah) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah”.
Kedzaliman yang pada
umumnya dilakukan oleh bangsa Yahudi ialah memakan riba dan harta orang lain
dengan jalan bathil. Jalan bathil yang mereka lakukan itu antara lain: korupsi,
khianat, berbuat dosa, berbuat jahat dan lain-lain. Karena kedzaliman inilah,
semakin hari makanan yang semula halal kemudian diharamkan kepada mereka.
Setiap kali mereka melakukan perbuatan dosa, lalu pada mereka diharamkan jenis
makanan halal tertentu. Walaupun sudah diberi hukuman semacam ini, bangsa
Yahudi pandai mencari dalih kebohongan, yaitu mereka mengatakan: "Kami
bukanlah manusia pertama yang dilarang memakan barang semacam ini. Tetapi hal
ini sudah diharamkan semenjak zaman Nabi Nuh dan Ibrahim". Perkataan
mereka ini dibantah oleh Allah di dalam surat
Ali-Imran ayat 93.
Makan-makanan halal
yang diharamkan kepada bangsa Yahudi sebagai hukuman itu di antaranya tersebut
pada Surat Al-An'am ayat 146. Di dalam ayat ini secara umum disebutkan makanan
yang diharamkan kepada mereka, sebagai hukuman atas kedzaliman mereka.
Perbuatan dzalim
apapun bentuknya menyebabkan gangguan kehidupan masyarakat, merusak kesejahteraan
sosial dan melemahkan kekuatan masyarakat itu sendiri.
Bangsa Yahudi gemar
melakukan kedurhakaan yang menyebabkan dirinya sendiri dan orang lain tidak
mentaati Allah. Di masa Musa mereka berkali-kali melakukan perlawanan ataupun
penolakan terhadap perintah-perintah beliau. Begitu pula bangsa Yahudi senang
merintangi orang lain berbakti kepada Allah dengan jalan membikin contoh tidak
baik di tengah masyarakat atau mengajak masyarakat itu sendiri berbuat durhaka.
Tingkah laku Yahudi semacam inilah yang dinamakan berbuat dzalim, sehingga
mereka diharamkan memakan makanan yang baik.{mospagebreak}
61. BANGSA YANG
MENGAKU MENJADI ANAK TUHAN DAN KEKASIH-NYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 18)
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, "Kami ini adalah
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah, "Tetapi mengapa
Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu ?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah
dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara
orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya
dan menyiksa siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allahlah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada Allahlah tempat
kembali."
Dalam Injil Matius Nabi Isa as. pernah bersabda kepada murid-muridnya:
"Berbahagialah orang-orang yang berbuat baik, karena mereka ini adalah
anak-anak Tuhan".
Sabda Nabi Isa ini sebenarnya adalah merupakan ungkapan kiasan, yaitu kata
"anak-anak Tuhan" dipakai sebagai pengertian "kekasih
Tuhan". Karena mereka yang berbuat kebaikan mendapatkan rahmat dan kasih
sayang Tuhan. Namun bangsa Yahudi khususnya, dan Ahli Kitab pada umumnya
menggunakan sabda Nabi Isa ini sebagai dalih, bahwa mereka sebagai anak-anak
Tuhan.
Pengakuan bangsa Yahudi dan Nasrani yang diri mereka sebagai anak-anak
Tuhan dan kekasih-Nya, oleh Allah diminta untuk membuktikan kebenarannya. Oleh
karena itu di dalam ayat ini Allah mengajukan pertanyaan, "Mengapa kamu
mendapat siksa dan hukuman karena dosa kamu di dunia ini ?"
Sejarah bangsa Yahudi membuktikan, bahwa Haekal Sulaiman (Istana Nabi
Sulaiman) yang menjadi pujaan bangsa Yahudi dapat dihancurkan oleh bangsa
Romawi dan mereka kemudian menjadi bangsa yang dijajah oleh bangsa asing ini.
Kerajaan Yahudi yang begitu jaya, mengapa menjadi hancur binasa karena
serbuan bangsa Romawi ? Bangsa Yahudi yang mengaku menjadi anak-anak Tuhan
diminta oleh Allah untuk membuktikan sampai dimana kebencian mereka itu.
Sebab seorang bapak yang baik tentu tidak akan menyiksa dan menghukum anaknya
sehingga mengalami kehancuran dan nasib malang. Adanya bukti sejarah mengenai
kehancuran kerajaan bangsa Yahudi dan porak-porandanya Haekal Sulaiman
membuktikan kebohongan pengakuan mereka.
Ayat ini menegaskan bangsa Yahudi sama dengan manusia lain. Kepada mereka
berlaku secara mutlak segala sunnatullah. Sebagaimana manusia pada umumnya,
kalau berbuat dosa mendapat hukuman dari Allah, maka bangsa Yahudi pun begitu
juga. Allah, Sang Maha Pencipta, secara mutlak berkuasa mengatur segalanya
sejalan dengan ilmu-Nya, hikmah-Nya, keadilan-Nya dan rahmat-Nya. Semua
manusia adalah hamba-Nya dan tak ada seorang pun yang menjadi anak laki-laki
atau perempuan-Nya.
Bangsa ' Yahudi dengan menyalahgunakan kelebihan karunia pada mereka di
atas bangsa-bangsa lain, membentuk anggapan palsu sebagai bangsa pilihan
Tuhan. Karena itu mereka menganggap bangsa lain tidak berhak menuntut persamaan
derajat dengan mereka, sekalipun iman dan amal perbuatan mereka jauh lebih
baik. Bangsa Yahudi merasa tidak patut beriman kepada Muhammad yang keturunan
Arab itu. Sebab bangsa Arab tidak semulia bangsa Israil. Mereka beranggapan
bangsa yang mulia tidak patut menjadi pengikut bangsa yang lebih rendah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. memerangi tipu daya bangsa Yahudi
dengan gigih. Namun bangsa Yahudi selalu saja menolak setiap kebenaran yang
ditampilkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Misalnya: Nabi
mengajarkan bahwa hanya dengan iman dan amal shaleh seseorang dapat menjadi
hamba yang dicintai Allah. Tetapi bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa hanya
merekalah yang bisa menjadi kekasih Tuhan, sekalipun mereka berbuat dosa
sebesar apapun. Bahkan mereka tidak merasakan perlu adanya
syari'at baru yang memperbaiki agama mereka yang sudah begitu bobrok. Sebab bagi
mereka keyahudian itulah satu-satunya jaminan memperoleh jalan kebenaran. Maka
tidaklah heran kalau kita menyaksikan bangsa Yahudi berani melakukan kejahatan
apapun di dunia ini terhadap manusia lain di luar bangsa Yahudi.{mospagebreak}
62. BANGSA YANG
PALING PENGECUT
Allah berfirman :
(QS. Al-Maidah : 22)
"Mereka berkata,
"Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar
dari padanya. Jika mereka keluar dari padanya, pasti kami akan memasukinya”
Bangsa Yahudi masa
Nabi Musa diperintahkan untuk bermigrasi ke negeri Palestina. Penduduk Palestina
pada saat itu adalah orang-orang perkasa dan bersikap totaliter. Palestina pada
saat itu dihuni oleh suku Inaq.
Dalam riwayat-riwayat
yang tersebar dikalangan bangsa Yahudi diceritakan bahwa penduduk Palestina
adalah bagaikan raksasa. Kata mereka, "Mata-mata yang dikirimkan oleh Musa
pada penduduk tanah suci di belakang daerah Yordan ada 12 orang, guna
memata-matai dan menyebarkan situasi negeri dan penduduk sebelum kaumnya masuk
ke sana. Para mata-mata ini kemudian terlihat oleh salah seorang
penduduk yang perkasa, lalu menangkap mereka semua dan dimasukkannya ke dalam
bajunya.
Pada riwayat lain
disebutkan, "Salah seorang mereka ini ketika itu memetik buah. Sewaktu
itu ia menangkap salah seorang dari mata-mata tersebut lalu ia masukkan orang
tersebut bersama buahnya ke dalam lengan bajunya.
Riwayat ini muncul
sebagai cermin dari mental pengecut bangsa Yahudi di dalam menghadapi resiko
perjuangan. Untuk memperoleh dalih yang membenarkan sikap pengecut mereka, maka
musuhnya digambarkan secara berlebihan sebagai manusia raksasa.
Dalam buku ke empat
dari Kitab Taurat disebutkan sebuah penuturan tentang bangsa Palestina sebagai
berikut , "Para mata-mata itu memata-matai
negeri Kan'an sebagaimana diperintahkan kepada mereka. Ketika mereka kembali,
mereka memotong sebatang pohon arak yang menggantung padanya seuntai kurma. Batang pohon ini dipikul oleh dua orang di antara
mereka. Di samping itu mereka pun membawa sedikit buah delima dan tin. Mereka
berkata kepada Musa yang sedang berada di tengah-tengah tokoh-tokoh Bani Israil
, "Kami telah sampai di negeri yang tuan kirim kami ke sana. Sungguh di
tempat itu banyak sekali susu dan madunya dan ini adalah buahnya. Tetapi
bangsa yang mendiami tempat itu gagah-gagah. Kotanya dikelilingi benteng yang
hebat sekali. Di sana kami melihat pula Bani 'Inaq. Dan seterusnya ia berkata,
"Kami lihat pula di sana orang-orang raksasa, yakni orang Bani 'Inaq yang
tinggi besar lagi seram. Sehingga kami ini terasa kecil bagai belalang, baik di
mata kami sendiri maupun di mata mereka'
Dalam Taurat pun disebutkan reaksi bangsa Yahudi terhadap perintah Nabi
Musa untuk memasuki negeri Palestina. Di sana disebutkan , "Bani Israil mengingat
perintah Musa untuk masuk ke Tanah suci itu. 'Tetapi mereka menangis dan mengharapkan lebih
baik mati di negeri Mesir atau di daratan lain". Mereka berkata,
"Untuk apa Tuhan menyuruh datang ke negeri ini, sehingga kami terperangkap
di bawah pedang, kemudian istri dan anak-anak kami menjadi barang rampasan.
Bukankah lebih balk kita kembali saja ke Mesir ?"
Negeri yang dijanjikan oleh Musa kepada bangsa Yahudi adalah negeri yang
subur makmur. Untuk bisa memasuki negeri tersebut Nabi Musa menyuruh mereka
agar bersiaga penuh dan siap berperang melawan penduduk negeri tersebut.
Tetapi karena mereka dahulunya adalah bangsa yang hidup dalam perbudakan
bangsa Mesir dan selalu teraniaya, maka akhirnya mereka menjadi bangsa yang
berjiwa lemah, pengecut dan tak pernah berani mengambil resiko. Untuk menutupi
sikap pengecutnya mereka mencari dalih, bahwa penduduk negeri Palestina gagah dan
perkasa. Karena itu mereka memilih lebih baik kembali ke Mesir. Mereka berkata kepada
Musa, "Kami tidak akan mau masuk ke dalam negeri itu selama penduduknya
yang gagah perkasa masih ada di sana."
Ucapan mereka semacam ini adalah penolakan terhadap perintah Nabi Musa dan
bukti betapa semangat mereka untuk menjadi manusia merdeka telah menjadi
hancur, sehingga lebih baik mereka hidup dalam perbudakan dan kemelaratan
daripada menanggung resiko. Bangsa Yahudi yang telah mengalami kebobrokan
mental dan sikap pengecut sampai titik serendah ini menyebabkan mereka selalu
tampil berlebih-lebihan jika mendapatkan sedikit ruang kebebasan. Karena itu
di saat mereka dibebaskan oleh Nabi Musa dari cengkeraman bangsa Mesir mereka
tidak mampu hidup secara mulia dan kesatria, bahkan sampai dengan abad kita
ini bangsa Yahudi di Israil menjadi bukti dari kebenaran ayat ini.{mospagebreak}
63. BANGSA YANG DIBEBANI HUKUM YANG BERAT KARENA MENTAL MEREKA BOBROK
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 32)
"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) kepada Bani Israil,
bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di
muka bumi"
Bangsa Yahudi banyak sekali menerima kiriman Rasul-Rasul Allah dengan
membawa perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk untuk membimbing mereka
menjadi manusia yang baik. Telah diperintahkan kepada mereka untuk memelihara
keselamatan manusia dan melindungi jiwa setiap orang. Bahkan kepada mereka diberikan ancaman hukuman yang keras bila berani
melakukan pembunuhan kepada siapapun. Tetapi karena akhlaq bangsa Yahudi telah
begitu bobrok, maka mereka sulit dididik akhlaqnya dan dibersihkan mentalnya. Mereka tetap berani melakukan pembunuhan, bahkan
membunuh para Nabi sekalipun.
Penyebab bangsa Yahudi masih tetap melakukan pembunuhan adalah karena
timbulnya perasaan dengki pada diri mereka. Kedengkian senantiasa menjadi
sumber perselisihan dan pertentangan di tengah masyarakat. Seorang pendengki
sangat tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan dalam bentuk
apapun. Karena itu seorang pendengki tidak berkeberatan berbuat jahat kepada
korbannya, sekalipun mengakibatkan kematiannya.
Suatu bangsa yang para warganya saling dengki satu dengan lainnya, niscaya
tidaklah akan sempat memproyeksikan semangat anak-anak bangsanya mencapai kemajuan
di tengah-tengah bangsa lain, tidak dapat melakukan kerjasama yang baik untuk
kemaslahatan dan kemajuan dalam pergaulan hidup, sehingga mereka akan menjadi
budak bangsa lain. Padahal dahulu mereka pernah menjadi majikan. Mereka pun
akan menjadi bangsa yang hina padahal dahulu menjadi bangsa yang mulia dan
hidup makmur serta sejahtera.
Salah satu hukuman berat yang
dikenakan kepada bangsa Yahudi untuk mengobati mental mereka yang bobrok ialah
larangan bekerja pada hari Sabat. Selama
satu hari mereka harus beribadah terus menerus, tidak boleh mencari rezki dan
tinggal di dalam rumah. Begitu pula lama masa berpuasa. Mereka diwajibkan
berpuasa dari sejak terbit fajar sampai bintang tampak di malam hari.
Hukum-hukum yang berat semacam ini adalah untuk membersihkan mental mereka agar
dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan durhaka dan melampaui batas. Namun
ternyata mereka tetap juga menjadi manusia durhaka.{mospagebreak}
64. BANGSA YANG PALING CEPAT BERSIKAP MENOLAK KEBENARAN DAN MENYUKAI KEBOHONGAN
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)
"Hai Rasul, janganlah orang yang cepat-cepat (bersikap) kufur
menyedihkan kamu, yaitu dari golongan orang-orang yang berkata dengan mulut
manisnya, "Kami beriman", namun hati mereka tidak beriman, dan dari
golongan orang-orang Yahudi. Mereka senang sekali mendengarkan kebohongan
(juga) senang mendengarkan perkataan kaum lain yang tidak pernah datang
kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari tempat-tempat asalnya.
Mereka berkata, "Jika diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah)
ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah
diubah), janganlah kamu ambil". Barangsiapa yang Allah kehendaki
kesesatannya, maka tiadalah engkau mampu menolak sedikit pun (keputusan) dari
Allah kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang tidak Allah kehendaki menjadi
bersih hatinya. Di dunia mereka mendapat kehinaan, dan di akherat mereka
mendapatkan adzab yang berat."
Ayat ini maksudnya,
bahwa adA 2 golongan yang cepat memberikan reaksi menolak kebenaran. Golongan
pertama ialah kaum munafiq dan golongan kedua ialah bangsa Yahudi. Bangsa
Yahudi sebenarnya sudah seringkali mendengar pembicaraan tentang Nabi dan
Rasul yang dinantikan kedatangannya. Namun ketika ternyata Nabi yang diharapkan
dan dinantikan kedatangannya selama ini bukan dari bangsa Yahudi sendiri,
maka mereka dengan serta merta mendustakannya. Penolakan yang mereka lakukan di
antaranya dengan jalan melakukan perubahan-perubahan pada teks-teks Taurat,
sehingga kata-kata aslinya kabur dan hilanglah pengertian yang sebenarnya.
Dengan cara ini maka masyarakat menjadi ragu-ragu atas kebenaran pernyataan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bangsa Yahudi, di samping melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat, juga
menjadi mata-mata musuh di tengah masyarakat Islam. Mereka menyampalkan berita
pada pemimpin-pemimpin musuh Islam mengenai hal ihwal ummat Islam yang mereka
ketahui. Tujuan penyampaian berita kepada musuh ini agar mereka dapat menerima
kebohongan yang mereka propagandakan. Cara
mereka membuat kebohongan ialah memberikan tambahan komentar-komentar terhadap
peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi pada masyarakat Islam atau dengan
memutarbalikkan fakta. Karena biasanya kabar-kabar bohong dengan mudah dapat
diterima oleh masyarakat, kalau yang memberitahukannya itu orang-orang yang
menyaksikannya sendiri atau terlibat di dalamnya. Karena itu bangsa Yahudi mengatur siasat
berpura-pura terlibat di dalam masyarakat Islam. Yang melakukan keterlibatan
ini adalah tokoh-tokoh yang mahir menciptakan kebohongan-kebohongan. Kemudian
tokoh-tokoh ini menyebarkannya kepada sesama orang Yahudi, sehingga masyarakat
Yahudi lebih senang mendengarkan cerita-cerita bohong ini daripada mendengar
dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Para tokoh bangsa Yahudi memberi nasihat kepada kalangan awam, bagaimana
cara mereka harus menghadapi ajakan Rasulullah kepada Islam. Sebelum
orang-orang Yahudi awam datang untuk mendengar dakwah Rasulullah, mereka telah
dibekali dengan ayat-ayat Taurat yang sudah dipalsukan. Para tokoh Yahudi
berpesan, kalau ajaran-ajaran Nabi Muhammad sejalan dengan ayat-ayat Taurat
yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin Yahudi ini, maka mereka disuruh
mengikutinya. Tetapi kalau tidak sejalan, maka mereka dilarang mengikutinya.
Contoh kasus yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Rasulullah
ialah seorang laki-laki dan perempuan Yahudi berzina. Para pemimpin Yahudi bermaksud meminta keputusan hukum
kepada Nabi tentang perbuatan tersebut. Di dalam Taurat telah disebutkan bahwa orang yang berzina dijatuhi hukuman
rajam. Tetapi mereka bermaksud untuk tidak menjalankan hukuman ini, karena
merasa kasihan. Oleh sebab itu mereka mengharapkan Nabi akan menetapkan hukum
yang mereka kehendaki.
Cara pemimpin Yahudi berpesan kepada orang-orang Yahudi yang disuruh
datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan kata-kata, "Jika
Muhammad memberikan keringanan kepadamu berupa hukuman dera sebagai pengganti
hukuman rajam, maka terimalah. Tetapi kalau tetap menjatuhkan hukuman rajam,
maka tolaklah."
Tatkala mereka sampai kepada Nabi dan menceritakan persoalannya, lalu Nabi
bertanya kepada mereka , "Bagaimana Taurat menetapkan hukuman terhadap
perbuatan ini?" Mereka kemudian membacakan Taurat tetapi dengan
tidak membaca yang sebenarnya. Tatkala Nabi menerangkan bahwa Taurat pun menetapkan hukuman rajam, mereka
dengan serta merta menolak.
Sikap bangsa Yahudi yang selalu bersikeras menolak kebenaran yang datang
dari non-Yahudi tidak hanya di dalam urusan agama tetapi berlaku di dalam
semua aspek kehidupan. Hal ini terbukti dari sikap mereka memalsukan isi Taurat
dari sejak persoalan akidah ketuhanan sampai dengan ketentuan hukuman atas
perbuatan zina yang tersebut pada ayat ini.{mospagebreak}
65. BANGSA YANG SUKA MENYURUH RAKYAT BERKONFRONTASI DENGAN ORANG-ORANG YANG BENAR
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)
" ... Mereka
berkata: "Jika diberikan kepada kamu (Taurat Yang sudah diubah) ini, maka
ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah),
janganlah kamu ambil."
Riwayat sebab
turunnya ayat ini telah diceritakan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud Ibnu
Jarir dan Ibnu Mundzir dari Al-Barra' bin Azib, katanya , Nabi melewati seorang
Yahudi yang mukanya dicoreng-moreng dengan arang seraya didera. Lalu Nabi
memanggil mereka, kemudian bertanya, "Beginikah yang kalian temukan
hukuman bagi pezina di dalam kitab suci kalian?" Jawab mereka ,
"Ya.". Lalu Nabi memanggi! salah seorang ulama mereka kemudian
bertanya kepadanya, "Aku bersumpah dengan nama Allah yang mengirimkan
Taurat kepada Musa. Beginikah sebenarnya hukuman bagi pezina yang kalian
temukan di dalam kitab suci kalian?" Jawabnya , "Demi Allah tidak,
Sekiranya tuan tidak bersumpah kepadamu (dengan nama Allah) niscaya saya tidak
akan menceritakannya. Hukuman bagi pezina yang kami temukan di dalam kitab suci
kami adalah hukuman rajam. Akan tetapi berzina ini meluas di kalangan tokoh-tokoh kami, maka
hukuman itu kami tinggalkan. Tetapi kalau yang melanggar orang-orang lemah (rendah),
maka kami laksanakan hukuman ini dengan semestinya." Lalu kami
(orang-orang Yahudi) berkata, "Marilah kemari. Marilah kita mengadakan
suatu kesepakatan, yakni kita akan menegakkan hukum kepada orang yang berpangkat
maupun yang rendah. Lalu kami tetapkan, bahwa hukuman muka dicoreng-moreng
dengan arang seraya didera dijadikan ganti bagi hukuman rajam;' Lalu Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda , "Demi Allah, akulah orang pertama yang akan
menghidupkan urusanmu karena engkau telah mematikannya selama ini." Beliau
lalu menyuruh menjalankan hukuman tersebut, maka dijalankanlah rajam. Kemudian
Allah menurunkan ayatNya (ayat 41) ini.
Sejarah kasus ini
membuktikan bahwa para tokoh bangsa Yahudi di Madinah dalam usahanya memusuhi
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka mengerahkan anak buah atau rakyat
awam untuk melawan petunjuk dan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Terhadap cara yang kotor dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, Allah memperingatkan agar beliau tidak bersedih
hati. Karena pada dasarnya seseorang akan mendapat hidayah atau tidak adalah
menjadi hak Allah semata-mata. Oleh karena itu hendaknya Nabi menjalankan apa
yang menjadi kewajiban kepada Allah dan jangan mempedulikan konfrontasi yang
dilakukan oleh masyarakat Yahudi di bawah pimpinan tokoh-tokoh mereka.
Seseorang merasa
bersedih hati adalah sifat naluriah. Nabipun sebagai manusia biasa merasa sedih,
kalau dalam menyampaikan kebenaran mendapat perlawanan dari orang-orang yang
seharusnya mengikutinya. Karena para tokoh Yahudi telah tahu sebelumnya tentang
kedatangan Nabi Muhammad sebagaimana diberitakan dalam Taurat mereka.
Nabi yang merasa bersedih hati karena sikap konfrontasi Yahudi ini mendapat
teguran dari Allah. Karena merasa kesedihan yang berkelanjutan akan dapat
menimbulkan keputusasaan. Sebab itu hendaklah Rasulullah menyadari siasat para
tokoh Yahudi yang mengerahkan anak buahnya untuk berkonfrontasi terhadap
beliau. Cara yang jitu untuk menghadapi mereka
ialah mengungkapkan kebohongan dan tipu muslihat para pemimpin Yahudi itu
sendiri di tengah rakyat mereka dan dengan berdasarkan kitab suci mereka
sendiri. Siasat ini dengan berhasil dilakukan oleh Rasulullah
sebagaimana riwayat Ahmad dan bahkan dari Umar, katanya, " ... Tatkala
seorang pendeta bernama Ibnu Suraiya membaca ayat Taurat tentang hukuman bagi
orang yang berzina, ia menutupkan jari-jarinya di atas ayat itu. Kemudian
menyuruhnya mengangkat jari-jarinya itu. Ternyata tertulis di situ ayat rajam.
Kemudian para tokoh Yahudi itu berkata kepada Nabi , "Wahai Muhammad,
ternyata yang tertulis di sini adalah ayat rajam. Namun kami sudah bersepakat
sejak dahulu untuk menyembunyikannya dari rakyat kami “.
Dengan siasat tantangan terbuka semacam ini Rasulullah berhasil
mengambilkan konfrontasi di kalangan awam Yahudi kepada para pemimpin mereka sendiri.
Bagi kita seharusnya selalu menggunakan siasat seperti ini dalam upaya melawan
kembali siasat musuh-musuh Islam yang mengerahkan anak buahnya memusuhi Islam.{mospagebreak}
66. BANGSA YANG GEMAR MELAKUKAN USAHA-USAHA KOTOR
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 42)
“Mereka senang mendengarkan kebohongan (juga) senang sekali memakan yang
haram. Jika mereka datang kepadamu (meminta keputusan), maka putuskanlah
perkara sesama mereka atau tinggalkanlah mereka. Jika engkau tinggalkan
mereka, maka sama sekali mereka tidak akan merugikanmu sedikit pun. Tetapi jika
kamu memutuskan perkara, putuskanlah perkara sesama mereka itu dengan adil.
Sungguh Allah mencintai orang-orang yang adil“.
Para pendeta den tokoh-tokoh Yahudi pada masa Al-Quran turun terkenal
sebagai pendusta den pemakan barang haram. Mereka biasa menerima suap atau
melakukan korupsi. Bahkan mereka dengan imbalan sedikit uang bersedia melakukan
pemalsuan ayat-ayat Taurat. Sebagai bukti mereka mau membuat hukum baru yang
membatalkan ayat Taurat mengenai hukuman rajam bagi orang-orang yang berzina.
Dengan adanya moral yang sudah bobrok yang menimpa pendeta den
pemimpin-pemimpin Yahudi, lalu mereka pun berusaha untuk menyeret Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam agar menyetujui penyelewengan-penyelewengan mereka dari
ketentuan-ketentuan kitab Taurat. Salah satu upaya mereka adalah meminta
kepada Nabi agar dapat memberikan hukuman lain bagi pelaku zina. Dengan adanya
hukuman lain ini mereka berjanji untuk mengakui kebenaran Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.
Usaha kotor yang dilakukan tokoh-tokoh Yahudi terhadap hukum kitab Taurat
ini adalah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mereka selama ini tidak
mengakui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sesuatu yang sejalan dengan
perintah Taurat. Akan tetapi Allah menyuruh kepada Nabi-Nya agar
menolak rayuan licik bangsa Yahudi yang meminta hukuman lain pengganti rajam
terhadap orang yang berbuat zina. Sebab kitab Taurat dengan tegas menetapkan
hukuman rajam ini. Jika mereka tidak bersedia menjalankan ketentuan Taurat
ini, maka Nabi diperintahkan untuk menolak permintaan mereka agar menghakimi
perbuatan mereka itu.
Moral yang sudah
bobrok pada bangsa Yahudi tidak segan-segan mendorong mereka untuk mendustakan
hukum Taurat itu sendiri. Bahkan larangan Taurat untuk memakan riba pun mereka abaikan. Lebih dari itu mereka
kemudian menghalalkan riba, dengan dalih riba dan keuntungan dagang sama saja.
Jika bangsa Yahudi telah berani memalsukan ayat-ayat Taurat dan menyeret Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke dalam usaha-usaha
kotor mereka untuk memutarbalikkan kebenaran Taurat, maka seharusnya kita
selalu wajib bersikap curiga kepada setiap gerak-gerik orang Yahudi kapan saja
dan dimana saja.{mospagebreak}
67. BANGSA YANG LEBIH
TAKUT KEPADA SESAMA MANUSIA DARIPADA KEPADA ALLAH
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 44)
"Sungguh Kami
telah menurunkan Kitab Taurat, berisikan petunjuk dan cahaya, yang dengan
Kitab itu para Nabi yang berserah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi
orang-orang Yahudi, (juga) pada Ahli agama dan para pendeta, karena mereka
disuruh memelihara kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena
itu kamu jangan takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku dan janganlah
kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barengsiapa tidak menghukum
menurut yang Allah telah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang
kafir."
Para pendeta Yahudi di masa Nabi Muhammad sebagian
besar terlibat di dalam pemalsuan ayat-ayat Taurat dan mendustakan ajakan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Islam. Mereka ini dengan sadar
mengetahui, bahwa para Nabi Bani Israil telah mengabarkan kepada mereka akan
datangnya seorang Nabi akhir zaman dan menjadi Rasul penutup.
Tetapi sayang sekali
ayat-ayat Taurat yang menjelaskan kabar kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam mereka sembunyikan. Walaupun orang yang pertama-tama memalsukan
ayat-ayat Taurat bukan para pendeta Yahudi yang hidup di zaman Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka ini terus mengikuti kesesatan yang dilakukan
nenek moyang mereka. Ini berarti mereka sendiri sama halnya turut berbuat
pemalsuan tersebut.
Perbuatan pemalsuan
ini mendapat teguran dari Allah di dalam Al-Qur'an, yaitu mereka diperingatkan
agar meninggalkan upaya pemalsuan yang selama ini telah mereka kerjakan dan
kembali mengikuti perintah Taurat yang sebenarnya.
Ternyata para pendeta Yahudi tidak mau mengikuti isi Taurat yang
semestinya. Karena mereka takut kehilangan pengaruh di tengah masyarakatnya,
kehilangan kedudukan dan kehilangan fasilitas keduniaan lainnya. Begitu pula
kalangan awam bangsa Yahudi tidak mau mendengarkan seruan Taurat yang
sebenarnya, karena takut ancaman para pemimpin mereka.
Dalam ayat ini Allah berseru kepada bangsa Yahudi, khususnya para pendeta
mereka, yaitu "Janganlah kamu takut kepada manusia, tapi takut lah kepada
Allah". Para pendeta yang mendapat kecaman dari Al-Qur'an, karena
perbuatannya menyembunyikan kebenaran dan memalsukan ayat-ayat Taurat, ternyata
tidak dapat mengingkari. Karena itu mereka diperingatkan agar berani menerima kebenaran, dan jangan
takut menanggung resiko yang akan menimpa mereka.
Tetapi ternyata apa yang dipilih bangsa Yahudi? Mereka tetap enggan
menerima seruan kebenaran karena takut kehilangan pengaruhnya di kalangan
manusia, sehingga mereka dengan penuh kedurhakaan menentang ajaran-ajaran
Allah. Tantangan mereka kepada ajaran-ajaran Allah adanya sikap mereka yang
memalsukan ayat-ayat Taurat yang menerangkan hal ihwal Nabi Muhammad,
menyembunyikan ayat-ayat mengenai hukum-hukum tertentu, tetap menerima suap dan
menyuruh anak buahnya memusuhi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.{mospagebreak}
68. BANGSA YANG SENANG MENGEJEK DAN MEMPERMAINKAN AGAMA ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 58)
"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka
menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena
mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal“.
Diriwayatkan, bahwa bilamana tiba waktu shalat, maka salah seorang
mu'adzin menyerukan adzan. Seruan adzan ini oleh Ahli Kitab umumnya, Yahudi
khususnya dijadikan sasaran ejekan. Ejekan yang mereka lakukan ini menunjukkan
kebodohan mereka didalam memahami esensi dari agama Allah. Karena
kalimat-kalimat adzan merupakan pujian kepada Allah, Dzat yang berhak menerima
pujian.
Hakikat seruan adzan adalah ajakan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh
meraih kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, di dunia ini
maupun di akherat. Karena adzan adalah panggilan mengajak kepada shalat. Sedangkan shalat ' adalah inti penyerahan diri kepada
Allah secara totalitas, sehingga manusia dapat memperoleh kejernihan akal,
hati rasa secara utuh. Karena itulah orang yang mengerjakan shalat dipandang
menempuh jalan menuju kepada upaya mencapai kebahagiaan secara totalitas.
Tetapi ternyata Ahli Kitab dan bangsa Yahudi khususnya, karena
kebodohannya, terus menerus mengejek dan menghinakan Islam. Pada dasarnya apa
yang mereka lakukan semata-mata karena kedurhakaan mereka terhadap pesan-pesan
Nabi mereka sendiri yang karena penyelewengan mereka dari iman yang benar.
Pengakuan golongan Ahli Kitab dan bangsa Yahudi bahwa mereka mengikuti
agama para Nabi sebelumnya, sebenarnya hanyalah semata-mata sebagai tradisi dan sikap yang rasialis. Sebab bangsa Yahudi
beranggapan bahwa agama mereka hanyalah merupakan bagian dari kebangsaan
mereka. Dalam sejarah diriwayatkan, bahwa kefasikan dan penyelewengan yang
dilakukan oleh bangsa Yahudi ini menyebabkan mereka mencela segala bentuk
kebaikan di luar golongan Yahudi. Tetapi sebaliknya kebodohan apapun yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi tetap mereka akui kebenaran dan kebaikannya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada suatu hari beberapa
orang Yahudi datang kepada Rasulullah. Nama-nama mereka itu ialah antara lain: Abu Yasir bin Akhtab dan Rofi' bin
Abi Rofi'. Mereka bertanya, "Siapakah Nabi dan Rasul yang Nabi
imani?" Jawab Nabi "Aku
beriman kepada Allah, kepada kitab yang diturunkan kepada kami, kitab yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'kub, anak cucunya, Musa, Isa dan
Nabi-Nabi yang lain. Kami tidak membedakan mereka itu satu dengan lainnya.
Kami hanya berserah diri kepada Allah semata". Tatkala Nabi menyebut nama
Isa, rombongan Yahudi ini menjawab , "Kami tidak beriman kepada orang
ini."
Riwayat Ibnu Jarir ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana bangsa
Yahudi mengejek dan mempermainkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ketidaksenangan mereka kepada Nabi Isa ditonjolkannya pula sebagai dalih untuk
menghina dan mengejek Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jadi ejekan
yang dilontarkan bangsa Yahudi kepada Islam tidak hanya soal adzan, tetapi juga
dalam hal keimanan ummat Islam kepada Nabi Isa.{mospagebreak}
69. BANGSA YANG MENGATAKAN ALLAH ITU BAKHIL
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 64)
'Orang-orang Yahudi
berkata, "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang
dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan perkataan mereka itu. Bahkan kedua tangan-Nya terbuka: Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran pada sebagian besar
mereka. Dan telah Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka
sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah
memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di bumi dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan“.
Ibnu Ishaq dan Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya,
"Seorang Yahudi bernama Mubasy bin Qais berkata kepada Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam: "Tuhanmu itu sungguh kikir, tidak mau mengeluarkan pembelanjaan".
Lalu Allah menurunkan ayat-Nya ini (ayat 64), Abu Syeh meriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahwa ayat ini diturunkan bertalian dengan kasus Fankash seorang tokoh
Yahudi suku Qainuqa. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah sama seperti ini. Dan
diriwayatkan dari Mujahid bahwa kaum Yahudi berkata "Allah menyempitkan
kita wahai Bani Israil, sehingga tangan-Nya dimasukkan ke tempat penyembelihan-Nya."
Kata-kata mereka ini bermakna, bahwa Allah menyempitkan rezki mereka (mereka
hidup serba kekurangan). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas juga, beliau berkata;
"Perkataan mereka (tangan Allah terbelenggu) bukanlah mereka maksudkan bahwa
tangan Allah itu terikat, tetapi maksudnya "Allah itu bakhil",
menahan segala rezki yang dimiliki-Nya. Sungguh Allah Maha Tinggi lagi Maha
Suci dan sifat-sifat yang dikatakan oleh orang-orang dhalim itu.
Yang berkata: "Tangan Allah terbelenggu", hanyalah sebagian
orang Yahudi saja. Tetapi seluruh bangsa Yahudi terkait di dalamnya. Sebab
anggota suatu masyarakat satu dengan yang lainnya punya kewajiban bertanggung
jawab kepada seluruh masyarakatnya. Sebab suatu masyarakat adalah bagaikan
satu tubuh. Dalam semua zaman manusia sering menimpakan perbuatan orang-orang
tertentu dari suatu ummat kepada seluruh ummat itu sendiri. Dan telah menjadi
suatu kebiasaan Al-Qur'an melibatkan generasi belakangannya terhadap perkataan dan
perbuatan generasi sebelumnya yang sudah lewat beberapa abad.
Munculnya anggapan di kalangan bangsa Yahudi, bahwa Allah itu tangan-Nya
terbelenggu atau Allah itu bakhil, karena kemelaratan yang diderita sebagian
besar mereka. Mereka bertanya, mengapa Allah menjadikan sebagian besar manusia
ini hidup dalam kemelaratan ? Mengapa manusia ini semua tidak dijadikan oleh
Allah hidup berkecukupan padahal Allah itu Maha Pemurah dan Maha Luas karunia-Nya?
Terjadinya kemelaratan yang merajalela di tengah bangsa Yahudi adalah
karena tingkah laku mereka sendiri. Golongan kaya dari kalangan bangsa Yahudi
tidak mau mengulurkan tangan untuk mengeluarkan infaq dan memberikan bantuan
materiel bagi kepentingan masyarakatnya. Mereka adalah golongan manusia yang
paling bakhil. Tidak ada seseorang Yahudi bersedia memberikan sesuatu kepada
orang lain secara sukarela, atau tanpa imbalan keuntungan bagi dirinya. Bahkan
Allah telah melaknat mereka karena sikap kebakhilannya dan anggapannya yang
penuh kebohongan bahwa Allah itu bakhil.
Keluasan rahmat Allah dan melimpahnya pemberian-Nya kepada hamba-Nya
bukanlah turun begitu saja. Tetapi Allah telah menetapkan
aturan permainan, bagaimana cara manusia dapat meraih kemurahan dan luasnya
rahmat-Nya. Maka manusia yang ingin memperoleh hidup serta berkecukupan sehingga
tidak ada lagi kemelaratan di tengah masyarakat, maka manusia wajib menempuh
cara-cara yang telah ditetapkan oleh Allah itu.
Bangsa Yahudi,
sebagai golongan manusia yang serta bakhil, setelah melakukan kedurhakaan
begitu rupa kepada Allah, dengan angan-angan kosongnya mengharapkan segenap
masyarakat Yahudi dapat hidup kaya, tanpa mau mematuhi ketentuan-ketentuan Ilahi.
Jalan pikiran bangsa Yahudi semacam ini, kemudian berbalik menyatakan, bahwa
kemelaratan yang diderita oleh ummat manusia adalah karena Allah itu bersifat
bakhil. Sungguh patut bangsa Yahudi mendapat laknat Allah karena dalih penuh
dengan kebohongan ini.{mospagebreak}
70. BANGSA YANG GEMAR MEMBANGKITKAN PEPERANGAN
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 64)
"Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu",
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat
disebabkan perkataan mereka itu. Bahkan kedua tangan-Nya terbuka, Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh
akan menambah kedurhakaan den kekafiran pada sebagian besar mereka. Dan telah
Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.
Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka
berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
membuat kerusakan“.
Antara bangsa Yahudi dan ummat Nasrani senantiasa timbul rasa permusuhan dan
kebencian sampal hari kiamat. Salah satu contoh dari permusuhan ini dengan
hebat dapat kita saksikan di Rusia dan di Jerman. Sedangkan di Inggris, Perancis dan negri-negri
Eropa lainnya sedikit berkurang.
Bangsa Yahudi mempunyai pengaruh yang dominan dalam berbagai bidang usaha
keuangan, sosial dan politik di negri-negri Barat, yang mayoritas rakyatnya
beragama Kristen. Bangsa Yahudi ditempat-tempat ini tak pernah diterima secara
bersahabat oleh bangsa-bangsa tersebut, tetapi dipandang dengan penuh kebencian
dan permusuhan.
Di Perancis dan negara-negara lain telah banyak ditulis buku-buku yang
berisikan semangat permusuhan terhadap bangsa Yahudi, sedangkan bangsa Jerman dan
negara-negara tetangganya setelah perang Dunia II berusaha memencilkan mereka,
sehingga bangsa ini dalam pandangan mereka adalah bangsa yang terkeji di
dunia. Demikianlah pula perasaan permusuhan antara sesama kaum Nasrani terus
menerus berkobar yang berkali-kali muncul antara negara-negara adidaya. Mereka
sesamanya selalu bersiap-slap untuk berperang guna saling menghancurkan.
Peperangan yang sekarang sedang berjalan antara sesama negara-negara Kristen
dapat menjadi bukti terkuat kebenaran pernyataan ayat ini.
Di dalam sejarah sudah begitu terkenal riwayat bangsa Yahudi yang merayu
kaum musyrikin bangsa Arab untuk memerangi Islam dan Nabinya. Mereka tidak
henti-hentinya menghasut bangsa Romawi untuk memerangi pusat Islam di kota
Madinah. Sebagian dari tokoh-tokoh Yahudi memberikan perlindungan dan bantuan
kepada musuh-musuh Islam. Sikap permusuhan dan kegemaran membangkitkan peperangan
terhadap ummat Islam didorong oleh kedengkian dan rasialisme serta hilangnya
pengaruh para pendeta dari tengah masyarakat. Sebab sebelum munculnya kenabian
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, wilayah Hijaz khususnya dan Jazirah
Arab pada umumnya berada di bawah Hegemoni bangsa Yahudi yang meliputi bidang
ilmu pengetahuan, keagamaan, ekonomi dan politik.
Permusuhan kaum Yahudi terhadap kaum Muslimin
semata-mata bersifat. politik kebangsaan bukan karena perjuangan agama ataupun
semangat keagamaan. Sebagai bukti kebenaran pernyataan ini adalah karena kaum
Yahudi di belakang hari membantu kaum Muslimin dalam melakukan perluasan dakwah
ke negeri Syam dan Spanyol, tatkala mereka menghilangkan penindasan dan
kedhaliman yang selama ini dilakukan oleh bangsa Romawi dan Goth terhadap
mereka.
Begitu pula permusuhan kaum Nasrani terhadap kaum Muslimin semata-mata
bersifat politik. Padahal dahulu kala antara kaum Nasrani dengan penjajah
Romawi di negeri-negeri yang bertetangga dengan Hijaz, seperti Syria dan Mesir,
adalah sangat bermusuhan. Negara-negara Nasrani adalah sebenarnya paling
bersimpati kepada kaum Muslimin setelah mereka yakin atas keadilah kaum
Muslimin dan berhasil melenyapkan kedhaliman yang selama itu mereka alami di
bawah kekuasaan bangsa Romawi padahal masih seagama dengan mereka. Memang
menjadi kebiasaan umum seseorang bersikap permusuhan atau mencintai orang lain
tergantung kepada kerugian ataupun keuntungan yang diperolehnya.
Permusuhan terhadap Nabi dan kaum Muslimin, penyebaran fitnah dan perang
sama sekali tidaklah mereka maksudkan demi perbaikan mental dan kesejahteraan
masyarakat, tetapi semata-mata untuk menimbulkan kerusakan di atas bumi,
melakukan tipu daya terhadap kaum Muslimin, mencegah tumbuhnya persatuan ummat
manusia, menghalangi terhapusnya buta huruf sehingga bisa menjadi bangsa yang
berilmu. Atau dari penyembahan berhala kepada tauhid. Sebab mereka sangat dengki
terhadap kaum Muslimin dan ingin mempertahankan hegemoni mereka terhadap ummat
manusia.{mospagebreak}
71. BANGSA YANG SUKA MENDUSTAKAN KEBENARAN YANG TIDAK DISENANGI
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 70)
'Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah
Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada
mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, lalu
sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka
bunuh“
Bangsa Yahudi mengadakan perjanjian dengan Allah yang isinya:
a. wajib mengesakan Allah;
b. mengikuti segala ketentuan hukuman Allah;
c. berakhlaq mulia
Semua janji ini mereka ingkari atau mereka langgar begitu saja. Setiap
rasul datang kepada mereka untuk memperingatkan kedurhakaan mereka kepada
janji-janji tersebut serta merta mereka tolak dan mereka dustakan.
Bangsa Yahudi sudah menjadi manusia yang paling bobrok dan selalu
mengutamakan dorongan nafsu rendah, sehingga mereka menjadi manusia yang
paling sesat. Di dalam hati mereka tidak lagi tersisa tempat untuk menampung nasihat-nasihat
dan bimbingan para rasul. Bahkan mereka menunjukkan sikap kekafiran, kebenaran
dan mendustakan setiap kebenaran yang dibawa oleh para rasul dan tokoh-tokoh
kebajikan.
Yang amat celaka pada karakter bangsa Yahudi ialah kedurhakaan mereka yang
begitu bobrok, namun mereka tetap beranggapan tidak akan mendapat hukuman dari
Allah, sebab mereka berkeyakinan putra dan kekasih Allah sebagaimana mereka ini. Sekiranya mendapat hukuman, toh hanya
sebentar saja.
Apa yang menjadi latar belakang bangsa Yahudi selalu membenci kebenaran
yang tidak disukalnya ialah adanya keyakinan mereka tidak akan di siksa oleh
Allah walaupun melanggar kebenaran. Barangsiapa yang membaca Kitab Talmud akan
mengetahui betapa bobroknya moral bangsa Yahudi yang tergambar di dalam
ayat-ayat Talmud. Di antara ayat Talmud menerangkan bahwa jika Allah mendapati
kesulitan, maka dipanggillah para pendeta Yahudi untuk menyelesaikannya. Berdasarkan
keyakinan sesat semacam inilah, maka bangsa Yahudi menganggap bahwa kebenaran
yang dibawa para rasul itu tidak ada artinya, jika mereka tidak menyetujuinya.
Dengan kata lain bangsa Yahudi jauh lebih tahu daripada Allah itu sendiri.{mospagebreak}
72. BANGSA YANG BERANI MEMBUNUH NABI-NABINYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 71)
"Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana pun
(terhadap mereka dengan membunuh Nabi-Nabi itu), maka (karena itu) mereka
menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan
dari mereka itu buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan"
Sebagian besar bangsa Yahudi menutup mata dan telinganya dari menerima nasihat
kebenaran. Mereka buta terhadap ayat-ayat Allah yang tercantum dalam
kitab-kitab suci mereka. Bangsa Yahudi menutup telinga sehingga tidak mau
mendengar nasihat yang dibawa oleh para rasul mereka. Semakin sering para rasul
itu memperingatkan kedurhakaan, kedhaliman dan kesesatan yang mereka lakukan selalu
saja mereka abaikan.
Sikap mental mereka yang begitu bobrok membuat mereka berani membunuh para
Nabi yang membawa petunjuk dan bimbingan hidup kepada mereka. Mereka telah
membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Bahkan mereka berusaha membunuh Nabi Isa,
tetapi gagal.
Akibat kebobrokan moral mereka, kemudian Allah menurunkan adzab kepada
mereka, sehingga mereka dijadikan bangsa yang hina dan selama berabad-abad
silih berganti dijajah oleh berbagai bangsa. Mereka pernah dijajah bangsa
Parsi, kemudian bangsa Romawi, sehingga mereka hidup dalam perbudakan.
Kedurhakaan bangsa Yahudi sehingga berani membunuh Nabi-Nabi mereka sendiri
menjadi petunjuk puncak kebobrokan moral mereka. Karena itu tidaklah heran
jika terhadap manusia biasa bangsa Yahudi bertindak sangat biadab, penuh
kebuasan dan kelaliman yang tak terkirakan. Adanya kebiadaban yang mereka
lakukan terhadap rakyat Palestina selama kurang lebih 50 tahun akhir-akhir ini
dapat kita jadikan sebagai bukti kebobrokan moral mereka. Karena itu wajib
kite bersikap waspada terhadap setiap gerak-gerik bangsa Yahudi dan bersiap
diri untuk menghadapi kebiadaban mereka. Tanpa kita memiliki persiapan moril
maupun kekuatan menghancurkan kebiadaban bangsa Yahudi, maka kaum Muslimin akan
dijadikan budak mereka{mospagebreak}
73. BANGSA YANG DILAKNAT OLEH NABI-NABINYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 78)
"Orang-orang
kafir dari Bani Israil telah dilaknati melalui lisan Dawud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan selalu melampaui Batas“
Bangsa Yahudi di samping membunuh beberapa orang Nabi mereka sendiri,
mereka juga telah menjadikan beberapa orang Nabi dan orang-orang yang shaleh
sebagai tempat untuk dimintai berkat, kekuatan ghaib dan disembah sebagai
Tuhan. Ringkasnya, mereka telah membuat tuhan lain di samping Allah.
Perbuatan sesat yang mereka lakukan ini mereka ajarkan pula kepada
kalangan awam, bahkan kepada bangsa-bangsa lain. Kesesatan mereka yang telah
begitu hebat menyebabkan mereka mengabaikan ajaran-ajaran Zabur dan Injil
maupun Taurat. Akibat dari pelanggaran itulah, maka Nabi Dawud mengutuk mereka,
karena larangan bekerja pada hari Sabat telah mereka langgar. Begitu juga Nabi
Isa as. telah melaknat mereka, karena terus menerus menolak ajaran agama dan
berkecimpung dosa.
Dalam sejarah ummat manusia, di Barat maupun di Timur, hanyalah bangsa
Yahudi yang banyak dikutuk dan dilaknat oleh berbagai bangsa di dunia.
Ayat ini memberikan gambaran yang jelas kepada kita bahwa Nabi- nabi pun
merasa jengkel membimbing bangsa Yahudi, karena keras kepala mereka menolak
kebenaran. Oleh karena itu adalah sangat patut kalau ummat manusia pada umumnya
bersama-sama mengutuk bangsa Yahudi dimanapun kita berada.{mospagebreak}
74. BANGSA YANG ULAMANYA TIDAK PEDULI KEMUNKARAN DI TENGAH MASYARAKATNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 79)
"Mereka tidak mau saling mencegah kemunkaran yang mereka lakukan.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat i t u“
Bangsa Yahudi sudah sangat egoistis dan apriori satu dengan lainnya. Tidak
seorang pun di antara mereka mau perduli dengan kemunkaran yang dilakukan
oleh temannya biarpun sangat keji dan berbahaya. Mencegah kemunkaran adalah
upaya untuk menegakkan nilai-nilai agama dan membentengi masyarakat dari
perbuatan yang menghancurkan. Bilamana kemunkaran tidak lagi dicegah dengan
gigih, maka timbullah keberanian orang berbuat dosa terang-terangan. Dalam
keadaan semacam ini rakyat awam akan beramai-ramai turut serta melakukan
perbuatan-perbuatan buruk, sehingga kemunkaran menjadi lumrah. Jika kemunkaran
sudah menjadi lumrah, maka selanjutnya agama musnah dan tidak akan ada
keberanian pada orang-orang yang baik untuk menyampaikan kebenaran.
Bagaimana proses kemunkaran itu merajalela di tengah bangsa Yahudi, hal ini
disebutkan dalam hadits riwayat Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Mas'ud, katanya:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya
pertama kali rongrongan yang menimpa Bani Israil adalah semula ada seorang yang
bertemu dengan sesamanya lalu mengingatkan: "Wahai saudara, takutlah
kepada Allah dan tinggalkanlah perbuatan anda ini karena tidak halal anda
lakukan" Kemudian besoknya bertemu lagi dan temannya itu masih berbuat
seperti kemarin, lalu ia tidak mau mengingatkannya lagi agar ia tidak (menjadikan
hasil kerjanya yang haram) sebagai makannya, minumannya dan kebiasaannya.
Tatkala mereka (para pendeta) membiarkan kemunkaran tersebut, maka Allah
menutup hati mereka yang satu dengan yang lainnya." Kemudian Nabi
membacakan ayat-ayat ini (78-81). Kemudian beliau bersabd : "Janjan sekali-kali,
Demi Allah teruskanlah amar maruf dan nahi munkar, kemudian cegahlah tangan
orang yang berbuat dhalim dan kembalikanlah dia kepada kebenaran dan belalah
kebenaran itu dengan pengorbanan. Atau (kalau kamu berdiam diri saja) niscaya
Allah menutup hati kamu, yang satu dengan yang lainnya. Kemudian Allah melaknat
kamu seperti Allah telah melaknat mereka.'
Perilaku ulama Yahudi yang membiarkan kemunkaran berkembang sedikit demi
sedikit, sehingga merajalela di tengah masyarakat mereka dicela dan dikecam
oleh Allah. Karena sikap berdiam diri mereka terhadap kemunkaran yang dilakukan
oleh warga masyarakat mereka sama dengan setuju dengan perbuatan-perbuatan
dosa. Ayat ini memperingatkan kita tentang betapa buruknya perangai ulama
Yahudi, sehingga mereka menjadi bangsa yang bobrok dan terkutuk.{mospagebreak}
75. BANGSA YANG MAU BEKERJA SAMA DENGAN MUSUH-MUSUH AGAMA DEMI
MENGHANCURKAN ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 80)
"Kamu melihat
sebagian besar dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir
(musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri
mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan mereka akan kekal dalam
siksaan”
Bangsa Yahudi, di
dalam upaya menghancurkan Islam dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bahu-membahu dengan kalangan bangsa Arab yang masih musyrik dan kafir. Mereka
mengadakan fakta perjanjian untuk memerangi Nabi dan membangkitkan semangat golongan
Musyrikin bangsa Arab untuk terus melakukan perang melawan beliau.
Bangsa Yahudi pada
dasarnya tahu bahwa ajaran yang dibawa Rasulullah sama esensinya dengan yang
dibawa para Nabi Bani Israil. Mereka tahu bahwa Rasulullah beriman kepada
Allah, Tuhan yang juga mereka sembah, Rasulullah pun beriman kepada kitab suci
mereka, bahkan menjadi saksi akan kebenaran para Nabi mereka. Para Nabi Bani
Israil pun telah memberikan kesaksiannya dan kabar gembira akan munculnya Nabi
akhir zaman yang dijanjikan.
Bangsa Yahudi pun
juga tahu bahwa golongan Musyrik bangsa Arab tidak menyembah Allah, tidak
beriman kepada kitab suci mereka dan tidak pula beriman kepada rasul-rasul
mereka. Karena itu mereka tidak bahu membahu memusuhi musuh Allah dan
Rasul-Nya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Sebagai contoh, seorang
tokoh pendeta Yahudi, bernama Ka'ab bin Asyraf
pergi ke Mekkah dan menghasut kaum Musyrikin sehingga berhasillah membujuk
mereka untuk memerangi Rasulullah pada perang
Ahzab. Perang yang terjadi bulan Syawal tahun 5 Hijriyah ini dari
golongan musuh Islam terdiri dari kaum Musyrikin Mekkah, bangsa Yahudi
Khaibar, suku-suku bangsa Arab yang masih menyembah berhala (Ghotfan, Murrah dan
Asyja').
Perang Ahzab
diceritakan dalam Al-Qur'an pada surat
Al-Ahzab ayat 10. Bangsa Yahudi yang melakukan persekongkolan dengan
musuh-musuh Islam, bahkan musuh bagi agama mereka sendiri adalah karena
dorongan kedengkian dan kebencian kepada Islam. Akibat dari sikap mereka yang
penuh kebencian pada kebenaran mereka rela untuk memberikan angin kepada
musuh-musuh Allah dan RasulNya, asalkan dapat menghancurkan kebenaran yang
tidak diinginkannya.*)-------
*) Praktek-praktek
kejahatan Zionisme yang terselubung menggunakan berbagai cara dan metode
dengan merangkul berbagai idiologi-idiologi baik marxisme, kapitalisme,
Nasionalisme. Dengan demikian seluruh sarana dan potensi yang ada dimanfaatkan
untuk menghancurkan kekuatan Islam, red.{mospagebreak}
76. BANGSA YANG
PALING KERAS PERMUSUHANNYA TERHADAP ISLAM
Allah berfirman :
(QS. Al-Maidah : 82)
"Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman
adalah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang-orang
Nasrani! Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu (orang-orang
Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib (juga) karena sesungguhnya mereka
tidak menyombongkan diri”.
Ayat ini menyebutkan
2 golongan yang sangat keras permusuhannya kepada Islam, yaitu bangsa Yahudi
dan kaum musyrik. Namun di antara 2 golongan ini bangsa Yahudilah yang lebih
keras permusuhannya terhadap Islam. Karena bangsa Yahudi merasa sebagai
bangsa pilihan sehingga tidak rela ada Nabi atau Rasul Allah yang diangkat di
luar golongan Yahudi.
Sejarah Islam telah
menunjukkan bahwa saham bangsa Yahudi dalam menggerakkan manusia untuk memusuhi
Islam telah bermula sejak perkembangan Islam di Mekkah. Pada suatu hari para
tokoh Quraisy yang memusuhi Islam mengadakan pertemuan untuk membahas upaya
menghancurkan Islam. Dalam pertemuan ini para tokoh Quraisy bersepakat untuk
bekerja sama dengan bangsa Yahudi di kota
Madinah. Untuk itu mereka mengirimkan 2 orang utusan, yaitu Nadzar dan Uqbah,
untuk bertemu dengan tokoh-tokoh Yahudi Madinah merundingkan cara-cara
menghancurkan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Setelah
kedua orang utusan Quraisy bertemu dengan para pendeta Yahudi di Madinah dan
menceritakan keperluannya kepada mereka, lalu para pendeta Yahudi ini memberi
petunjuk kepada mereka untuk menghadapi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Petunjuk yang mereka berikan itu menyangkut 3 hal, yaitu:
a. tentang riwayat
beberapa orang pemuda Ashabul Kahfi;
b. tentang Dzul
Qarnain;
c. tentang ruh.
Kata para pendeta
itu, jika Muhammad dapat menerangkan dengan benar, berarti ia seorang Nabi.
Tetapi jika tidak, ia adalah seorang pembual. Karena itu terserah pada kalian,
bagaimana bertindak kepadanya.
Langkah pendeta
Yahudi terhadap 2 utusan orang Quraisy ini adalah pangkal awal bagaimana mereka
ingin menanamkan permusuhan lebih lanjut antara bangsa Quraisy dengan Nabi
Muhammad, sehingga akhirnya dapat menyulut api peperangan.
Pada waktu 2 orang
utusan ini pulang kembali ke Mekkah, mereka melapor kepada para tokoh Quraisy,
lalu mereka melaksanakan saran para pendeta Yahudi Madinah. Apa yang mereka
ajukan kepada Rasulullah mendapatkan jawaban yang tepat. Sedangkan pertanyaan
mereka yang ketiga dijawab oleh Allah dengan Surat Al-Isra' ayat 85.
Jawaban yang
diberikan oleh Rasulullah justru merupakan senjata makan tuan bagi para pendeta
Yahudi Madinah. Sebab di antara tokoh-tokoh Quraisy ini terbuka hatinya untuk
menerima Islam, sehingga para pendeta Yahudi justru menjadi lebih besar
permusuhan dan kedengkiannya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena
masuknya beberapa tokoh Quraisy ini ke dalam Islam berarti memperkuat barisan
para perneluk Islam yang masih sedikit itu. Demikianlah siasat bangsa Yahudi
menghancurkan awal pertumbuhan Islam di Mekkah.
Peperangan-peperangan
besar semasa hayat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seperti: Perang
Badar, perang Uhud, perang Ahzab dan perang Tabuq seluruhnya tidak lepas dari
buah kelicikan bangsa Yahudi. Mereka
mendorong dan membujuk golongan-golongan bangsa Arab yang musyrik maupun yang
kafir agar bersatu padu menghancurkan dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan Islam. Tatkala Rasulullah dan para sahabat dari perang Badar pulang
membawa kemenangan, maka seluruh kaum Muslimin Madinah menjadi gembira. Pada
waktu sampai di kota
Madinah diberitakanlah kepada rakyat nama tokoh-tokoh Quraisy yang mati terbunuh
dalam perang Badar. Pada saat bangsa Yahudi Madinah mendengar berita ini,
seorang tokoh Yahudi bernama Ka'ab bin Asyraf berusaha melontarkan pertanyaan-pertanyaan
yang berisi kebimbangan-kebimbangan terhadap kemenangan kaum Muslimin dan
terbunuhnya tokoh-tokoh Quraisy. Setelah Ka'ab bin Asyraf memperoleh penegasan
kematian para tokoh Quraisy pada perang Badar tersebut, lalu ia pergi ke
Mekkah untuk membangkitkan semangat mereka kembali memerangi Rasulullah. la membacakan puisi,
menangisi kekalahan mereka dan para korban perang itu di desa Al-Qalib. Usaha
Ka'ab tidak hanya sampai di situ saja, tetapi setibanya ia kembali di kota Madinah mulai ia
membuat puisi-puisi yang menyerang kehormatan wanita-wanita Islam Madinah.
Tindakan Ka'ab yang keji ini menimbulkan marah ummat Islam Madinah, sehingga akhirnya
ia dibunuh oleh salah seorang sahabat Nabi.
Kemenangan
Rasulullah. terhadap bangsa Quraisy dalam perang Badar menimbulkan kedengkian
pada bangsa Yahudi Madinah, sehingga mereka berusaha untuk melakukan tipu
daya dan menimbulkan rasa antipati pada golongan-golongan Arab di sekitar
Madinah terhadap Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena kasak-kusuk bangsa
Yahudi ini, maka Rasulullah mendatangi bangsa Yahudi Bani Qainuqa, lalu
mengumpulkannya di salah satu pasar di kota
Madinah. Di tempat ini Nabi berpiciato kepada mereka: "Wahai bangsa Yahudi!
Hati-hatilah kamu terhadap siksa Allah seperti yang menimpa bangsa Quraisy. Islamlah kamu. Karena kamu sendiri telah mengetahui
aku adalah seorang Nabi utusan Allah. Kamu memperoleh keterangan ini dari
kitab suci kamu dan janji Tuhan kepada kamu". Namun dengan congkak dan
penuh tipu muslihat bangsa Yahudi memberikan jawaban: "Wahai Muhammad,
engkau melihat kami seperti bangsamu. Janganlah engkau merasa besar kepala
berhasil menghadapi kaum yang tidak mengetahui pengetahuan perang sehingga
engkau berkesempatan menang. Tetapi demi Tuhan, kami akan memerangimu supaya
kamu tahu, bahwa kamilah sebenarnya manusia". Kecongkakan bangsa Yahudi
ini kemudian memperoleh jawaban Allah yang tercantum dalam surat Ali -Imran
ayat 12 dan 13. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti dikalahkan
(di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya;" 12)
Sesungguhnya telah ada
tenda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan
berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata
kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka.
Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata
hati." 13)
Kemudian kita
perhatikan peranan bangsa Yahudi dalam perang Ahzab. Rombongan bangsa Yahudi
Madinah di bawah pimpinan Hayyi bin Akhta' dari suku Bani Nadzir mengajak
bangsa Quraisy membentuk pasukan persekutuan memerangi Rasulullah di Madinah.
Rombongan Yahudi ini berkata pada para tokoh Quraisy: "Kami akan bahu
membahu dengan kalian untuk membasmi Muhammad sampai akar-akarnya dan
menghancurkan misi keagamaannya". Golongan Quraisy kemudian bertanya kepada rombongan Yahudi ini mengenai
Muhammad, agamanya dan agama bangsa Quraisy. Kata mereka: "Wahai bangsa
Yahudi, anda adalah ahli kitab yang pertama. Kalian tahu persoalan apa yang
membuat kami berselisih dengan Muhammad. Karena itu bagaimana pendapat kalian
? Manakah yang lebih baik, agama kami atau agama Muhammad? Dengan pertanyaan
ini rombongan Yahudi tersebut merasa memperoleh kesempatan emas untuk
melampiaskan balas dendamnya dan kebenciannya kepada Islam. Mereka menjawab
kepada bangsa Quraisy: "Agama kalian jelas lebih baik dari agama Muhammad.
Kalian lebih mulia daripadanya". Pernyataan bangsa Yahudi yang hanya
timbul dari dendam dan kebencian kepada Islam ini diutarakan oleh Allah di
dalam firmanNya pada surat An-Nissa ayat 51 dan 52. Allah berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian
dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan Thaghut,
dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekkah) bahwa mereka itu lebih
benar jalannya dari orang-orang yang beriman" 51) "Mereka itulah
orang-orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu
sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya." 52)
Akibat dorongan
bangsa Yahudi ini, maka kaum Quraisy bersedia turut dalam perang Ahzab. Selain
bangsa Yahudi mempengaruhi bangsa Quraisy mereka pun kemudian dengan aktif
mengorganisasikan suku-suku Arab di sekeliling Madinah yang masih menyembah
berhala untuk ikut serta dalam pasukan sekutu. Suku-suku bangsa Arab di
sekeliling Madinah ini ialah: Ghotfan, Bani Murrah, Bani Asyja' dan lain-lain.
Data-data sejarah
tersebut di atas merupakan fakta yang mencerminkan secara konkret betapa besar
permusuhan Yahudi terhadap Islam, sejak awal munculnya Islam di kota Mekkah sampai di kota Madinah. Karena itu
kita tidak boleh lengah terhadap setiap gerak-gerik bangsa Yahudi yang ada dimanapun
di dunia ini. Karena mereka akan selalu berusaha menghancurkan Islam dengan
seribu satu cara, baik berupa intrik, semboyan-semboyan pintu ilmiah,
organisasi, paham-paham, perdagangan sampai kepada peperangan.
Agar kaum Muslimin
tetap waspada dan mengerti seluk-beluk tipu daya bangsa Yahudi terhadap
Islam, maka adalah bermanfaat sekali membaca literatur sejarah dan buku-buku
tentang Yahudi dan Islam. Dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
karakter Yahudi dan aneka ragam tipu dayanya terhadap Islam, maka kita dapat
melawan kejahatan mereka.
Semoga
Bermanfaat
0 comments:
Post a Comment