Wednesday, January 23, 2013

Bulughul Maram Min Adillati Ahkam



BULUGHUL- MARAM MIN ADILLATI-AHKAM
Bulughul-Maram Min Adillati- Aham ,Karangan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, adalah suatu kitab fiqh yang kecil berdasarkan sunnag Rasulullah saw.
            Di abad yang akhir ini, kitab tersebut, kedengaran terpakai dimana-mana, dan Indonesia pun tidak ketinggalan, terutama diantara pelajar-pelajar di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren.
            Tetapi, kitab itu disusun oleh pengarangnya seolah-olah untuk orang-orang yang sudah tau ilmu Mush-thalahul Hadits, Ilmu ushl fiqh, dan sudah mahir di dalam urusan fiqh dan Hadits.
            Saya katakan demikian, karena dibeberapa bab terdapat Hadits-hadits yang nampaknya berlawanan. Hadits yang shahih dan yag lemah, hingga tidak mudah bagi orang yang tidak berpengalaman, mengambil faidah daripadanya.
            Oleh sebab di bahasa Indonesia belum ada satu kitab fiqh berdasarkan Sunnah mengandung Juz-juz Ibadah, Muamalah, Munakahah, Jinayah yang sederhana, sedang beberapa ikhwan dari guru-guru minta saya terjemahkan Bulughul-Maram dengan terjemahan yang mudah dipahami artinya, dengan penerangan yang menggampangkan pembaca mengerti maksudnya dengan menjelaskan cara-cara memakai Hadits-hadits yang bertentangan dan lain-lain yang perlu dengan kitab itu, maka sungguhpun pekerjaan tersebut berat, tetapi saya telah coba. Dan Alhamdulillah telah berhasil.
            Didalam pendahuluan ini saya hendak terangkan beberapa fashal yang ringkas-ringkasnya yang patut diketahui oleh pembaca yang belum biasa dengan urusan-urusan Hadits, Ushululfiqh dan Istilah-ustilah yang terpakai di dalam kitab ini.
           








FASHAL KE 1 1)
HADITS DAN A-TSAR
Ashal arti Hadits, ialah omongan, perkataan, ucapan dan sebangsanya.
Ghalibnya terpakai buat perkataan Nabi saw. Jika disebut Hadits Nabi, maka maksudnya ialah sabda Nabi saw.
Terkadang disebut Hadits Anas, umpamanya, maka maksudnya ialah Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Anas.
Sering dikata Hadits Bukhari, umpamanya, maka maksudnya ialah Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitabnya.
Lafazh Hadits yang diucapkan oleh Nabi saw. Itu, dinamakan matan Hadits atau isi Hadits.
A – tsar itu, perkataan sahabat sebgaimana Hadits perkataan Nabi.
Terkadang omongan dari sahabat, dikatakan riwayat.

FASHAL KE 2
GAMBARAN SANAD
            Sabda Rasulullah saw. Didengar oleh sahabat : seorang atau lebih. Mereka ini : seorang atau lebih sampaikan kepada tabi’in : seorang atau lebih. Tabi’in pela sampaikan kepada orang- orang yang dibawah mereka. Demikianlah seterusnya hingga dicatat Hadits – hadits Nabi oleh imam – imam Ahli Hadits, seperti Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan lain – lainnya.
            Waqtu meriwayatkann Hadits Nabi saw., Bukhari, umpamanya berkata bahwa Hadits ini diucapkan kepada saya oleh seorang, namanya A ; dan A berkata, diucapkan kepada saya oleh B; dan B berkata, diucapkan kepada saya oleh C ; dan C berkata, diucapkan kepada saya oleh D ; dan D berkata, diucapkan kepada saya oleh E ; dan E berkata, diucapkan kepada saya oleh F ; dan F berkata, diucapkan kepada saya oleh G ; dan G berkata, diucapkan kepada saya oleh Nabi Saw.
            Menurut contoh ini, antara Nabi dan Bukhari, ada 7 orang. Tujuh ini tidak mesti ; bias jadi kurang atau lebih.


FASHAL KE 3
RAWI, SANAD, DAN MUDAWWIN
            Tiap-tiap seorang dari A sampai G yang tersebut di fashal ke 2 itu,dinamakan rawi, yakni yang meriwayatkan ; dan sejumlah dari rawi – rawi bagi sesuatu Hadits, dinamakan sanad, yakni sandaran, jembaan, titian, atau jalan yang menyampaikan sesuatu Hadits, kepada kita.
            Sanad itu terkadang disebut isnad.
Isnad itu berarti juga mengadakan atau menunjukan sanad buat sesuatu Hadits.
Mudawwin 1), maknanya pembuku, pencatat, pendaftar ; maksudnya ialah orang alim yang mencatat Hadits Rasulullah saw. Seperti imam-imamm ; Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lainnya.
FASHAL KE 4
SHAHABI DAN TABI-’I
            G yang mendengar Hadits dari Nabi saw., seperti yang tersebut di fashal ke 2 itu, ialah seorang shahabi, dan F yang tidak berjumpa Nabi saw., tetapi mendengar Hadits dari Shahabi itu dinamakan tabi’i. jadi, G itu dinamakan shahi, dan F itu Tabi’i.
FASHAL KE 5
AWAL SANAD DAN AKHIRNYA
            Sanad itu menurut istilah Ahli Hadits ada awalnya dan ada akhirnya, yakni ada permulaan sanad dan ada kesudahan sanad.
            Maka yang dinamakan permulaaan sanad itu bukanlah dari G yang bertemu Nabi saw., tetapi dari A ke atas ( Lihat fashal ke 2.
            Jadi, rawi seperti Bukhari, umpamanya, atau orang yang sampaikan kepada Bukhari, dinamakan awal sanad, dan shahabi ( tabi’i) dinamakan akhir sanad. Demikianlah dengan Muslim, Abu Dawud dan lainnya.




FASHAL KE 6
SIFAT-SIFAT RAWI
Tiap-tiap seorang dari rawi-rawi Hadits itu hendaklah bersifat :
1.      Tidak terkenal sebgai pendusta,
2.      Tidak dituduh sebagai pendusta,
3.      Tidak banyak salahnya
4.      Tidak kurang telitinya
5.      Tidak fasiq
6.      Tidak ragu-ragu
7.      Tidak ahli bid’ah
8.      Tidak kurang kuat hafalannya,
9.      Tidak sering menyalahi rawi-rawi yang kuat,
10.  Tidak tidak terkenal, ( Rawi yang terkenal, ialah seorang yang dikenal dua orang ahli Hadits di zamannya).

FASHAL KE 7
BAGAIMANA MENGETAHUI SIFAT-SIFAT RAWI ?


           

0 comments:

Post a Comment