BULUGHUL- MARAM MIN ADILLATI-AHKAM
Bulughul-Maram Min Adillati- Aham ,Karangan al-Hafizh Ibnu Hajar
al-Asqalani, adalah suatu kitab fiqh yang kecil berdasarkan sunnag Rasulullah
saw.
Di abad yang akhir ini, kitab
tersebut, kedengaran terpakai dimana-mana, dan Indonesia pun tidak ketinggalan,
terutama diantara pelajar-pelajar di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren.
Tetapi, kitab itu disusun oleh
pengarangnya seolah-olah untuk orang-orang yang sudah tau ilmu Mush-thalahul
Hadits, Ilmu ushl fiqh, dan sudah mahir di dalam urusan fiqh dan Hadits.
Saya katakan demikian, karena
dibeberapa bab terdapat Hadits-hadits yang nampaknya berlawanan. Hadits yang
shahih dan yag lemah, hingga tidak mudah bagi orang yang tidak berpengalaman,
mengambil faidah daripadanya.
Oleh sebab di bahasa Indonesia belum
ada satu kitab fiqh berdasarkan Sunnah mengandung Juz-juz Ibadah, Muamalah,
Munakahah, Jinayah yang sederhana, sedang beberapa ikhwan dari guru-guru minta
saya terjemahkan Bulughul-Maram dengan terjemahan yang mudah dipahami artinya,
dengan penerangan yang menggampangkan pembaca mengerti maksudnya dengan
menjelaskan cara-cara memakai Hadits-hadits yang bertentangan dan lain-lain
yang perlu dengan kitab itu, maka sungguhpun pekerjaan tersebut berat, tetapi
saya telah coba. Dan Alhamdulillah telah berhasil.
Didalam pendahuluan ini saya hendak
terangkan beberapa fashal yang ringkas-ringkasnya yang patut diketahui oleh
pembaca yang belum biasa dengan urusan-urusan Hadits, Ushululfiqh dan
Istilah-ustilah yang terpakai di dalam kitab ini.
FASHAL KE 1 1)
HADITS DAN A-TSAR
Ashal
arti Hadits, ialah omongan, perkataan, ucapan dan sebangsanya.
Ghalibnya
terpakai buat perkataan Nabi saw. Jika disebut Hadits Nabi, maka maksudnya
ialah sabda Nabi saw.
Terkadang
disebut Hadits Anas, umpamanya, maka maksudnya ialah Hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Anas.
Sering
dikata Hadits Bukhari, umpamanya, maka maksudnya ialah Hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitabnya.
Lafazh
Hadits yang diucapkan oleh Nabi saw. Itu, dinamakan matan Hadits atau isi
Hadits.
A –
tsar itu, perkataan sahabat sebgaimana Hadits perkataan Nabi.
Terkadang
omongan dari sahabat, dikatakan riwayat.
FASHAL KE 2
GAMBARAN SANAD
Sabda Rasulullah saw. Didengar oleh
sahabat : seorang atau lebih. Mereka ini : seorang atau lebih sampaikan kepada
tabi’in : seorang atau lebih. Tabi’in pela sampaikan kepada orang- orang yang
dibawah mereka. Demikianlah seterusnya hingga dicatat Hadits – hadits Nabi oleh
imam – imam Ahli Hadits, seperti Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan
lain – lainnya.
Waqtu meriwayatkann Hadits Nabi
saw., Bukhari, umpamanya berkata bahwa Hadits ini diucapkan kepada saya oleh
seorang, namanya A ; dan A berkata, diucapkan kepada saya oleh B; dan B
berkata, diucapkan kepada saya oleh C ; dan C berkata, diucapkan kepada saya
oleh D ; dan D berkata, diucapkan kepada saya oleh E ; dan E berkata, diucapkan
kepada saya oleh F ; dan F berkata, diucapkan kepada saya oleh G ; dan G
berkata, diucapkan kepada saya oleh Nabi Saw.
Menurut contoh ini, antara Nabi dan
Bukhari, ada 7 orang. Tujuh ini tidak mesti ; bias jadi kurang atau lebih.
FASHAL KE 3
RAWI, SANAD, DAN MUDAWWIN
Tiap-tiap seorang dari A sampai G
yang tersebut di fashal ke 2 itu,dinamakan rawi, yakni yang meriwayatkan ; dan
sejumlah dari rawi – rawi bagi sesuatu Hadits, dinamakan sanad, yakni sandaran,
jembaan, titian, atau jalan yang menyampaikan sesuatu Hadits, kepada kita.
Sanad itu terkadang disebut isnad.
Isnad itu berarti juga mengadakan atau menunjukan sanad buat sesuatu
Hadits.
Mudawwin
1), maknanya pembuku, pencatat, pendaftar ; maksudnya ialah orang
alim yang mencatat Hadits Rasulullah saw. Seperti imam-imamm ; Malik, Ahmad,
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lainnya.
FASHAL KE 4
SHAHABI DAN TABI-’I
G yang mendengar Hadits dari Nabi
saw., seperti yang tersebut di fashal ke 2 itu, ialah seorang shahabi, dan F
yang tidak berjumpa Nabi saw., tetapi mendengar Hadits dari Shahabi itu
dinamakan tabi’i. jadi, G itu dinamakan shahi, dan F itu Tabi’i.
FASHAL KE 5
AWAL SANAD DAN AKHIRNYA
Sanad
itu menurut istilah Ahli Hadits ada awalnya dan ada akhirnya, yakni ada
permulaan sanad dan ada kesudahan sanad.
Maka yang dinamakan permulaaan sanad
itu bukanlah dari G yang bertemu Nabi saw., tetapi dari A ke atas ( Lihat
fashal ke 2.
Jadi, rawi seperti Bukhari,
umpamanya, atau orang yang sampaikan kepada Bukhari, dinamakan awal sanad, dan
shahabi ( tabi’i) dinamakan akhir sanad. Demikianlah dengan Muslim, Abu Dawud
dan lainnya.
FASHAL KE 6
SIFAT-SIFAT RAWI
Tiap-tiap
seorang dari rawi-rawi Hadits itu hendaklah bersifat :
1.
Tidak
terkenal sebgai pendusta,
2.
Tidak
dituduh sebagai pendusta,
3.
Tidak
banyak salahnya
4.
Tidak
kurang telitinya
5.
Tidak
fasiq
6.
Tidak
ragu-ragu
7.
Tidak
ahli bid’ah
8.
Tidak
kurang kuat hafalannya,
9.
Tidak
sering menyalahi rawi-rawi yang kuat,
10.
Tidak
tidak terkenal, ( Rawi yang terkenal, ialah seorang yang dikenal dua orang ahli
Hadits di zamannya).
FASHAL KE 7
BAGAIMANA
MENGETAHUI SIFAT-SIFAT RAWI ?
0 comments:
Post a Comment